Quote:
[img]

[/img]
Ini sejumlah petikan wawancara menarik Fariz N. Mehdawi, Duta Besar Palestina untuk Indonesia tentang PLURALISME PALESTINA dan perjuangannnya. ( Catatan Photo : Seorang anak korban Gaza beragama Katholik )
" Di Palestina, orang tidak bisa menebak agama seseorang dari namanya. Abdullah belum tentu Muslim. Isa dan Maryam belum tentu Kristen. Orang Palestina juga tidak bisa dibedakan agamanya berdasarkan model pakaian yang dikenakan. Mungkin saja di sini kesannya menjadi seperti itu karena perjuangan Palestina ini menarik digunakan untuk kepentingan pencitraan kelompok-kelompok tertentu. Palestina, juga mengambil dasar negara sekuler yang menghormati kemanusiaan. Kini, kami punya dua walikota Kristen, Vera Baboun di Bethlehem dan Janet Mikhail di Ramallah. Di Palestina, saat Natal, orang yang datang ke sana bakal mengira penduduknya mayoritas Kristen, sebab semua merayakan dengan meriah. Saat Idul Fitri, orang akan mengira warga Palestina semua Muslim. Yang menarik, di Palestina, kekristenan bukanlah agama impor. Agama lain berasal dari luar Palestina. Namun, kekristenan lahir di Palestina. Yesus lahir di Bethlehem, Palestina. Orang Kristen Palestina punya nenek moyang yang bisa jadi adalah orang-orang yang pernah bertatap muka dengan Yesus. Jadi, kekristenan adalah agama asli di Palestina.
Namun, lebih dari itu, perjuangan kami adalah perjuangan sebuah bangsa yang dijajah negara lain. Kelak, saat merdeka semua keputusan harus menjadi kesepakatan seluruh rakyat Palestina, tanpa membeda-bedakan latar belakangnya. Kami belajar dari Indonesia. JAKARTA, SATUHARAPAN.COM.
JANGAN BIARKAN MEREKA KECEWA KARENA TELAH BELAJAR PADA BANGSA YANG SALAH,TETAP JAGA PERDAMAIAN NEGERI INI WALAUPUN BEDA NAMUN TETAP SATU INDONESIA,SEHINGGA LEBIH BANYAK LAGI BANGSA DILUAR SANA YANG BELAJAR DARI INDONESIA
