Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

aniquniqAvatar border
TS
aniquniq
Dampingi Anak Beranjak Dewasa
Dampingi Anak Beranjak Dewasa

Dampingi Anak Beranjak Dewasa

Mendengarkan dan Mendampingi tanpa Mendikte membuat anak merasa aman, didukung dan dihargai


Pada dasarnya kenakalan remaja pada masa ke masa memiliki jenis yang sama. Berdasar pada asumsi bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa.

Seperti banyak teori yang dikemukakan oleh ahli psikologi. Hingga kini, kita pun lazim untuk memanggil remaja dengan ABGalias anak baru gede.

Masih berdasar teori yang dikemukakan oleh para ahli psikologis Barat, dikatakan pula bahwa pada masa ini individu yang disebut remaja, menunjukkan perkembangan seksual, psikologis, pola identifikasi dari anak menjadi dewasa, perkembangan kemampuan fisik, dan daya pikir.

Perkembangan dan perubahan inilah yang kemudian membuat remaja kemudian seringkali meledak-ledak, tempramental, dan berkonflik dengan orangtua.

Dengan asumsi dan teori yang demikian, kita "harus memaklumi" bahwa "ada masa" dalam perkembangan manusia, dimana seseorang yang sudah baligh, boleh berperilaku sesukanya: tempramental, melawan, tak bermanfaat bahkan cenderung merusak.

Padahal, bila kita membuka catatan sejarah Islam, para remaja di masa keemasan Islam adalah orang-orang yang berkontribusi luar biasa untuk kemajuan agamanya.

Sebut saja Rafi' bin Khudaiji yang memaksa Rasulullah SAW untuk mengikutkannya dalam peperangan padahal usianya ketika itu baru 12 tahun.

Dengan cakapnya, ia memperlihatkan permainan panah yang dikuasainya. Hingga akhirnya, Rasulullah pun mengizinkannya ikut berperang.

Tak kalah luar biasa adalah apa yang dicapai oleh Sultan Al Fatih II ketika merebut Konstantinopel di usianya yang baru 19 tahun dan kepemimpinan Usamah bin Zaid yang dimandatkan langsung oleh Rasulullah SAW di usia 17 tahun.

Meskipun mereka mencapai kegemilangan "di masa remaja". Masa yang direntangkan antara 15. 12 hingga 21 tahun tersebut, tentu bukan dibiarkan dengan berperilaku sesukanya, tempramental, dan tanpa kendali.

Mereka pastilah mengasah kecakapannya dengan tekad yang kuat, semangat, ilmu yang luas, dan disiplin tinggi.

Dengarkanlah dan Bersepakatlah

Inilah saatnya bagi kita sebagai orangtua untuk kembali mengarahkan pandangan kita pada bagaimana Rasulullah SAW mendidik generasi. Sekali lagi, harus bermula dari diri kita sendiri.

Sebelum kita ingin menerapkan bagaimana Rasulullah SAW mendidik, tentu kita pun harus membiasakan akhlak Rasulullah SAW sebagai orangtua dan pendidik pada diri kita.

Salah satunya adalah dengan membiasakan diri menerapkan sikap Rasulullah SAW ketika mendengarkan orang lain yang sedang bicara bahkan selalu menghadapkan seluruh wajah dan tubuhnya pada orang yang sedang berbicara tersebut.

Sikap ini sangat penting manakala kita tengah berbicara dengan anak, terutama anak yang tengah menuju dewasa. Bila diilustrasikan dengan cangkir, maka bila kita hendak menuangkan air pada cangkir, kita harus memastikan apakah cangkir dalam keadaan siap menerima air.

Bila cangkir dalam keadaan miring atau malah terbalik, tentu air yang akan dituang hanya akan terbuang. Dengan demikian, berbicara pada anak sedari kecil dan terutama pada saat dia beranjak dewasa harus dipastikan dalam keadaan siap untuk mendengar dan mengungkapkan.

Sehingga anak merasa nyaman, dihargai pendapatnya oleh orangtua, dan siap menerima masukan. Lebih jauh, bila ada orang yang berbicara maka tak ubahnya seperti orang yang sedang mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan kita.

Bila kita bersedia bersalaman dengannya, maka tentu kita juga akan mengangkat tangan kita menyambut tangannya. Dengan demikian, bila kita tengah mendengarkan orang lain berbicara, berarti kita tengah mencoba mengerti, memahami ucapannya, dan tak ubahnya orang yang berjabat tangan.

Inilah pola dialog yang sangat efektif manakala kita berbicara dengan anak yang tengah beranjak dewasa. Pola dialog yang diharapkan mampu mendekatkan sekaligus membuahkan kesepakatan antara anak dengan orangtua.

Karena, di masa ini, anak bukanlah lagi sekadar orang yang hanya menerima masukan tetapi ia sudah mulai memiliki ketajaman logika untuk menganalisa dan keinginan untuk diakui sebagai mitra.

Sehingga, anak yang tengah beranjak dewasa dapat mengungkapkan hal-hal yang dipikirkannya dan dirasakannya, yang kemudian ditanggapi oleh orangtua, tanpa merasa didikte.

Pola pembicaraan seperti ini juga sangat efektif untuk mendewasakan anak karena ia telah dilatih untuk mengkondisikan dirinya untuk siap berbicara.

Sehingga ketika ia dewasa, ia selalu dapat mempersiapkan dirinya untuk berbicara dengan baik, mengemukakan pikirannya, dan membuat kesepakatan dengan orang lain.

Sikap seperti ini tentunya sangat berguna manakala ia berada dalam tim. Kinerja tim akan optimal karena kemampuannya mengeluarkan ide dan mengutarakan solusi.

Sikap seperti ini juga sangat mendukung performan manakala ia menjadi pemimpin. Kemampuannya untuk berbicara sekaligus mengakomodir pendapat orang lain, dapat melejitkan kemampuannya membuat terobosoan-terobosan spektakuler seperti yang telah dilakukan oleh Al Fatih II.

Berguna meski Belia

Kenakalan remaja sejatinya adalah buah dari tidak terakomodirnya keinginan mereka untuk menjadi dewasa oleh orangtua dan lingkungan. Bila mereka ingin menjadi orang dewasa, maka tugas orangtua dan lingkunganlah untuk mendukung proses mereka menjadi dewasa yang seharusnya.

Bukan mentolerir kelabilan yang mereka rasakan dengan membiarkan mereka trial and error dalam segala hal. Kita memang tidak dapat lagi menuntun mereka di depan tetapi mendampingi langkahnya.

Ini tentu akan membuat mereka tetap merasa aman sekaligus merasa didukung dan dihargai. Menuju dewasa ini memang masa yang luar biasa. Keterbukaan dan kesiapan orangtua untuk dapat menerima perubahan anak menuju tahap yang lebih baik, memegang kunci keberhasilan anak di masa dewasanya.

Sikap orangtua untuk menerima dan menghargai keputusannya, sebaiknya diikuti dengan pendampingan tentang arah mana yang harus menjadi fokus anak.

Rasulullah SAW Bersabda; "Muliakanlah anak kalian dan didiklah mereka dengan budi pekerti yang baik." (Riwayat Ibnu Majah)

Kita tentu berharap, anak-anak kita di usia beranjak dewasanya juga menjadi pribadi saleh dan berguna bagi agama dan orangtuanya. Alangkah baiknya, jika di usia dini mereka dapat memanfaatkan energi luar biasanya untuk membuahkan karya yang bermanfaat.

Dengan energi yang besar, pikiran cemerlang, dan keberanian melakukan yang tak biasa, mereka tentu dapat mengulang sejarah. Menjadi secakap Rafi' bin Khudaiji, seinovatif al Fatih II, atau setangguh dan seterpercaya Usamah bin Zaid.

Kartika Trimarti

Ibu Rumah Tangga tinggal di Bekasi, Jawa Barat.


Dikutip ulang dari @bundanyaniq (Follow Us!) - Source

Quote:
Diubah oleh aniquniq 13-07-2014 02:40
0
2.2K
24
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan