- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Untuk Siapa Piala Dunia Ini?


TS
skullbulk
Untuk Siapa Piala Dunia Ini?
Sebulan penuh kita dihibur dengan gelaran Piala Dunia 2014 di Brazil.
Piala Dunia yang begitu megah dan luar biasa, tapi di sisi lain tak sedikit warga Brazil yang menanggung beban akibat Gelaran Piala Dunia Ini.
Langsung aja dibaca gan.
Untuk Siapa Piala Dunia Ini?
INILAHCOM. Rio de Janeiro -- Dulu, setiap empat tahun -- atau jelang perhelatan Piala Dunia -- jalan-jalan di Brasil berhias hijau dan kuning. Kini, ketika Brasil menjadi tuan rumah, tulisan Piala Dunia untuk Siapa bertebaran di tembok-tembok pinggir jalan Sao Paulo.
Kelas menengah Brasil tak puas dengan efek Piala Dunia terhadap kehidupan mereka. Harga-harga meroket. Biaya hidup menjadi lebih mahal. Kemacetan memburuk, dan booming sektor konstruksi hanya menimbulkan masalah karena tingginya perpindahan penduduk dari desa ke kota.
Orang miskin Brasil harus menanggung beban keputusan politik negara menjadi tuan rumah Piala Dunia 2014. Padahal, selama ini yang diketahui orang miskin Brasil hanya berpesta merayakan kemenangan timnya di Piala Dunia entah di mana.
Komite Rakyat untuk Piala Dunia dan Olimpiade, kelompok penentang dua perhelatan olahraga terbesar ini, mengatakan 250 ribu orang di seluruh Brasil terpaksa kehilangan rumah dan penghidupan akibat penggusuran. Sao Paulo, Rio de Janeiro, dan Porto Alegre, yang paling terkena dampak buruk.
Keluarga Marli Nascimento, bersama 117 lainnya, telah lama tinggal di Parque Sao Francisco -- wilayah kumuh miskin, kumuh padat di Recife. Kini, permukiman itu tinggal kenangan. Pemerintah kota meratakannya antara Februari 2013 sampai Maret 2014, untuk jalan raya menuju Stadion Arena Pernambucano. Di tempat ini, Jerman, Italia, Meksiko, Jepang, dan AS, akan bermain.
Tidak ada negosiasi. Dalam pertemuan publik, menurut Marli, pemerintah mengatakan; "Kalian hanya punya waktu lima hari untuk meninggalkan tempat ini."
Pemukim di Parque Sao Francisco kebanyakan berusia lanjut. Tidak adan yang bisa mereka lakukan kecuali ketakutan, dan menghindari kemungkinan bentrok dengan polisi jika mereka membangkang. Namun beberapa tidak tahu harus pergi ke mana.
Henrique Frota, sekretaris eksekutif Brazilian Institute for Urbanistic Law, mengatakan Brasil memiliki kebijakan perkotaan paling maju di dunia dan banyak menandatangani perjanjian internasional untuk melindungi hak-hak atas perumahan. Namun Brasil melanggar semuanya demi Piala Dunia 2014.
Raquel Rolnik, petugas PBB untuk perumahan, mengatakan; "Sesuai norma, harus ada pergantian yang layak sebelum penggusuran dilakukan. Yang terjadi di Brasil justru sebaliknya, kehidupan masyarakat tergusur kian memburuk."
Demian Castro, peneliti perencana kota di Universitas Federal Rio de Janeiro, mengatakan pemerintah kota seharusnya mempresentasikan rencana kepada keluarga-keluarga yang terkena dampak proyek. "Hak-hak untuk tinggal harus dihormati," kata Castro kepada Al Jazeera. "Semua itu tidak terjadi."
Maria do Socorro, penduduk Indiana berusia 47 tahun, mengeluhkan harga rel estate yang melambung tinggi sejak renovasi Stadion Maracana selesai. Ia juga tidak berniat meninggalkan favela, sebutan untuk permukiman kumuh Brasil, karena telah hidup di dalamnya selama 40 tahun.
Indiana adalah daerah kumuh kecil di Tijuca, di Rio de Janeiro. Biro Perumahan mengatakan 110 dari 443 keluarga di Indiana telah mengungsi ke fasilitas perumahan yang disediakan pemerintah. Lainnya, memilih menerima ganti rugi, atau bertahan.
Mereka yang berusaha bertahan dihantui kekhawatiran akan digusur paksa, setelah sebagian penghuni pergi. Socorro salah satunya. "Akar saya di sini. Saya berharap walikota datang dan membahas perbaikan favela kami," ujarnya.
Celia Abend, juru bicara Biro Perumahan Rio de Janeiro, mengatakan pemerintah telah mengadakan pertemuan dengan penduduk Indiana dan pengacara mereka. Pertemuan untuk memastikan penduduk Indiana memiliki hak-hak yang dihormati, sesuai komitmen yang ditanda-tangani walikota Eduardo Paes, Agustus lalu.
Castro mengatakan dirinya setuju favela di Rio de Janeiro tidak teratur. Namun, katanya, apakah itu cukup sebagai pembenar penggusuran massal demi Piala Dunia 2014.
Seolah menjadi wakil semua pemukim favela, Socorro mengatakan tidak ingin Piala Dunia 2014 berlangsung di Brasil. "Jika Brasil juara, kami tidak akan berpesta, karena setelah Piala Dunia usai kami harus berjuang lebih keras agar rumah kami tidak digusur paksa," ujar Socorro.
FIFA Bantah Piala Dunia Korbankan Rakyat Brazil
Badan sepak bola dunia (FIFA) membantah bahwa mereka menikmati keuntungan besar dari turnamen Piala Dunia dengan mengorbankan rakyat Brazil.
Badan sepak bola dunia (FIFA) membela diri dari kritik bahwa mereka menikmati keuntungan besar dari turnamen Piala Dunia yang paling mahal dalam sejarah, dengan mengorbankan rakyat Brazil.
FIFA mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka telah membayar seluruh 2 milyar dolar biaya operasional Piala Dunia dengan uang yang diperoleh dari penjualan hak penyiaran TV Piala Dunia dan hak pemasaran, dan tidak satu sen menggunakan dana dari rakyat Brazil.
Untuk persiapan turnamen yang diikuti oleh 32 negara yang akan dibuka hari Kamis (12/6) ini, pemerintah Brazil telah mengeluarkan dana sebesar 11,5 milyar dollar untuk biaya investasi bagi pembangunan prasarana seperti stadion, bandara, transportasi perkotaan dan perbaikan infrastruktur lainnya. Sepertiga dari anggaran tersebut digunakan untuk membangun stadion baru atau melakukan renovasi stadion yang ada di 12 kota di Brazil yang menjadi tuan rumah Piala Dunia.
FIFA mengatakan bahwa itu adalah pilihan pemerintah Brazil sendiri untuk membangun 12 stadion, dan bukannya memilih 8 atau 10 stadion saja.
Demikian pula banyak pengeluaran anggaran terkait dengan investasi infrastruktur yang tidak secara langsung terkait dengan Piala Dunia, namun akan memberi keuntungan bagi Brazil selama bertahun-tahun yang akan datang, seusai turnamen Piala Dunia.
Banyak warga Brazil mengatakan bahwa pemerintah mereka telah mengeluarkan dana yang berlebihan sebagai negara berkembang, yang memiliki banyak prioritas pembangunan lainnya yang jauh lebih penting.
Para pengecam pemerintah mengatakan dana Piala Dunia itu seharusnya dibelanjakan untuk perbaikan layanan publik di bidang kesehatan, pendidikan dan transportasi yang masih sangat kurang memadai di Brazil.
Warga Brazil melakukan protes di kota Sao Paulo menjelang pembukaan Piala Dunia 2014 (Senin, 9/6).Warga Brazil melakukan protes di kota Sao Paulo menjelang pembukaan Piala Dunia 2014 (Senin, 9/6).
Tingginya biaya Piala Dunia telah membawa kekecewaan terhadap banyak warga yang biasanya sangat bergairah dalam menyambut pesta Piala Dunia. Ini terbukti dari banyaknya gerakan anti-Piala Dunia yang mengadakan protes jalanan besar-besaran sejak tahun lalu. Para demonstran bahkan mengancam akan mengganggu akses ke stadion Piala Dunia pada saat pelaksanaan turnamen nanti.
Banyak warga Brazil percaya bahwa FIFA telah mengubah Piala Dunia menjadi sebuah ajang bisnis yang menguntungkan para sponsor. Mereka mengatakan bahkan FIFA berhasil mendesak pemerintah Brazil untuk mengubah undang-undang agar supaya mengizinkan penjualan minuman beralkohol yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan yang menjadi sponsor Piala Dunia.
Warga Brazil juga mengeluh bahwa tiket untuk pertandingan di stadion begitu mahal sehingga banyak fans di Brazil tidak mampu pergi ke stadion. Namun, FIFA mengatakan bahwa tiket Piala Dunia yang dijual lebih murah dibandingkan dengan acara olahraga lainnya seperti Olimpiade, balap Formula 1 atau turnamen tenis.
FIFA membantah bahwa mereka menuntut pemerintah Brazil memberikan pembebasan pajak bagi para sponsor dan kegiatan komersial selama Piala Dunia. Namun FIFA mengakui telah minta pelonggaran aturan pabean bagi impor peralatan yang dibutuhkan untuk mengatur acara Piala Dunia, seperti komputer, bola dan papan iklan elektronik.
Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan menghasilkan pendapatan sebesar $ 3,65 milyar bagi FIFA, termasuk $ 2,4 milyar dari hasil penjualan hak siar televisi, tapi tidak termasuk pendapatan dari penjualan tiket. Biaya operasional yang dikeluarkan pada Piala Dunia 2010 menurut FIFA mencapai $1,3 miliar, sementara biaya operasional Piala Dunia 2014 di Brazil mencapai $2 milyar.
(Reuters).
Sekian trid ane.
Piala Dunia yang begitu megah dan luar biasa, tapi di sisi lain tak sedikit warga Brazil yang menanggung beban akibat Gelaran Piala Dunia Ini.
Langsung aja dibaca gan.
Untuk Siapa Piala Dunia Ini?
Quote:
Spoiler for Gambar Ilustrasi :

Spoiler for Demo Penggusuran:

Spoiler for Gambar:

INILAHCOM. Rio de Janeiro -- Dulu, setiap empat tahun -- atau jelang perhelatan Piala Dunia -- jalan-jalan di Brasil berhias hijau dan kuning. Kini, ketika Brasil menjadi tuan rumah, tulisan Piala Dunia untuk Siapa bertebaran di tembok-tembok pinggir jalan Sao Paulo.
Kelas menengah Brasil tak puas dengan efek Piala Dunia terhadap kehidupan mereka. Harga-harga meroket. Biaya hidup menjadi lebih mahal. Kemacetan memburuk, dan booming sektor konstruksi hanya menimbulkan masalah karena tingginya perpindahan penduduk dari desa ke kota.
Orang miskin Brasil harus menanggung beban keputusan politik negara menjadi tuan rumah Piala Dunia 2014. Padahal, selama ini yang diketahui orang miskin Brasil hanya berpesta merayakan kemenangan timnya di Piala Dunia entah di mana.
Komite Rakyat untuk Piala Dunia dan Olimpiade, kelompok penentang dua perhelatan olahraga terbesar ini, mengatakan 250 ribu orang di seluruh Brasil terpaksa kehilangan rumah dan penghidupan akibat penggusuran. Sao Paulo, Rio de Janeiro, dan Porto Alegre, yang paling terkena dampak buruk.
Keluarga Marli Nascimento, bersama 117 lainnya, telah lama tinggal di Parque Sao Francisco -- wilayah kumuh miskin, kumuh padat di Recife. Kini, permukiman itu tinggal kenangan. Pemerintah kota meratakannya antara Februari 2013 sampai Maret 2014, untuk jalan raya menuju Stadion Arena Pernambucano. Di tempat ini, Jerman, Italia, Meksiko, Jepang, dan AS, akan bermain.
Tidak ada negosiasi. Dalam pertemuan publik, menurut Marli, pemerintah mengatakan; "Kalian hanya punya waktu lima hari untuk meninggalkan tempat ini."
Pemukim di Parque Sao Francisco kebanyakan berusia lanjut. Tidak adan yang bisa mereka lakukan kecuali ketakutan, dan menghindari kemungkinan bentrok dengan polisi jika mereka membangkang. Namun beberapa tidak tahu harus pergi ke mana.
Henrique Frota, sekretaris eksekutif Brazilian Institute for Urbanistic Law, mengatakan Brasil memiliki kebijakan perkotaan paling maju di dunia dan banyak menandatangani perjanjian internasional untuk melindungi hak-hak atas perumahan. Namun Brasil melanggar semuanya demi Piala Dunia 2014.
Raquel Rolnik, petugas PBB untuk perumahan, mengatakan; "Sesuai norma, harus ada pergantian yang layak sebelum penggusuran dilakukan. Yang terjadi di Brasil justru sebaliknya, kehidupan masyarakat tergusur kian memburuk."
Demian Castro, peneliti perencana kota di Universitas Federal Rio de Janeiro, mengatakan pemerintah kota seharusnya mempresentasikan rencana kepada keluarga-keluarga yang terkena dampak proyek. "Hak-hak untuk tinggal harus dihormati," kata Castro kepada Al Jazeera. "Semua itu tidak terjadi."
Maria do Socorro, penduduk Indiana berusia 47 tahun, mengeluhkan harga rel estate yang melambung tinggi sejak renovasi Stadion Maracana selesai. Ia juga tidak berniat meninggalkan favela, sebutan untuk permukiman kumuh Brasil, karena telah hidup di dalamnya selama 40 tahun.
Indiana adalah daerah kumuh kecil di Tijuca, di Rio de Janeiro. Biro Perumahan mengatakan 110 dari 443 keluarga di Indiana telah mengungsi ke fasilitas perumahan yang disediakan pemerintah. Lainnya, memilih menerima ganti rugi, atau bertahan.
Mereka yang berusaha bertahan dihantui kekhawatiran akan digusur paksa, setelah sebagian penghuni pergi. Socorro salah satunya. "Akar saya di sini. Saya berharap walikota datang dan membahas perbaikan favela kami," ujarnya.
Celia Abend, juru bicara Biro Perumahan Rio de Janeiro, mengatakan pemerintah telah mengadakan pertemuan dengan penduduk Indiana dan pengacara mereka. Pertemuan untuk memastikan penduduk Indiana memiliki hak-hak yang dihormati, sesuai komitmen yang ditanda-tangani walikota Eduardo Paes, Agustus lalu.
Castro mengatakan dirinya setuju favela di Rio de Janeiro tidak teratur. Namun, katanya, apakah itu cukup sebagai pembenar penggusuran massal demi Piala Dunia 2014.
Seolah menjadi wakil semua pemukim favela, Socorro mengatakan tidak ingin Piala Dunia 2014 berlangsung di Brasil. "Jika Brasil juara, kami tidak akan berpesta, karena setelah Piala Dunia usai kami harus berjuang lebih keras agar rumah kami tidak digusur paksa," ujar Socorro.
Spoiler for Sumur:
[URL="http://bola.inilah..com/read/detail/2104300/untuk-siapa-piala-dunia-ini#.U8OiREBT6hr"]Sumur[/URL]
Spoiler for Berita 2:
REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANEIRO -- Sudah menjadi ritual empat tahunan bagi warga Brasil aktif menyambut Piala Dunia. Kompetisi sepak bola sejagat ini selalu disambut meriah publik negeri Samba. Warga Brasil acapkali menghiasi jalan raya dengan warna kuning dan biru.
Mengingat Piala dunia 2014 akan dihelat di Rio de Janeiro, sontak warga Brasil lebih gegap gempita menyambutnya. Namun, kemeriahan dalam menyambut Piala Dunia seperti beberapa waktu lalu tidak dirasakan di semua lokasi.
Di beberapa lokasi seperti Sao Paulo, Rio De Janiero dan Porto Alegre, penyelenggaraan Piala Dunia justru menjadi momok bagi warga kota. Beberapa warga mengeluhkan adanya pentas Piala Dunia di Brasil biaya hidup di kota penyelenggara naik tajam.
Pun, kemacetan bertambah dan pembangunan bombastis yang bertujuan menungkatakan mobilitas warga kota justeru memperparah problem warga Brasil. Warga miskin Brasil merupakan elemen harus menanggung dampak dari persiapan Piala Dunia.
Menurut Popular Committee untuk Piala Dunia dan Olimpiade, persiapan Piala Dunia berdampak pada penggusuran atau ancaman pengusiran terhadap 250 ribu warga Brasil. Sao Paulo, Rio De Janeiro dan Porto Alegre merupakan kota terparah yang mengalami penggusuran dan ancama kehilangan rumah.
Marli Nascimento merupakan salah seorang dari 117 keluarga di Rafice brasil yang terancam oleh pagelaran akbar Piala Dunia yang akan digelar beberapawa waktu lagi. Bagi Marli, keberadaan Piala Dunia yang akan digelar di negaranya merupakan ancaman baginyadan keluargananya.
Untuk membangun stadion sepak bola dan infrastruktur penunjangnya, Nascimento dan keluarganya harus merelakan tempat tinggalnya digusur. Sejak Februari 2013 hingga Maret 2014, tempat tinggal keluarganya telah diratakan untuk membuat jalan raya ke Stadion Arena Pernambuncano, tempat bertanding Jerman, Italia, Mexico, Jepang dan Amerika Serikat.
"Pemerintah (Brasil) tidak mau melakukan negosiasi. Pemerintah datang, dan hanya memberi lima hari untuk pergi. Padahal tidak semua memiliki tempat untuk pergi,” kata Nascimento dilansir Al Jazeera.
Nascimento menyatakan tidak akan merayakan Piala Dunia kali ini. Sebab, menurut dia, Piala Dunia hanya datang untuk menyakiti kehidupan warga miskin Brasil. Wanita yang bekerja di rumah sakit selama 27 tahun ini membangun rumah lamanya dengan penuh pengorbanan.
Reporter PBB, Raquel Rolnik mengatakan dalam norma internasional tentang hak perumahan bagi korban penggusuran. Kondisi rumah yang diberikan kepada korban penggusuran seharusnya lebih baik dari sebelumnya atau setidaknya sama dengan yang sebeumnya.
"Namun yang terjadi di Brasil, justru lebih buruk," kata Raquel beberapa waktu lalu. Tapi, Eksekutor wilayah Pernambuco, Francisco Nogueira membantah pernyataan Raquel. Dia menyatakan pemerintah telah memberikan hak korban penggusuran.
Mengingat Piala dunia 2014 akan dihelat di Rio de Janeiro, sontak warga Brasil lebih gegap gempita menyambutnya. Namun, kemeriahan dalam menyambut Piala Dunia seperti beberapa waktu lalu tidak dirasakan di semua lokasi.
Di beberapa lokasi seperti Sao Paulo, Rio De Janiero dan Porto Alegre, penyelenggaraan Piala Dunia justru menjadi momok bagi warga kota. Beberapa warga mengeluhkan adanya pentas Piala Dunia di Brasil biaya hidup di kota penyelenggara naik tajam.
Pun, kemacetan bertambah dan pembangunan bombastis yang bertujuan menungkatakan mobilitas warga kota justeru memperparah problem warga Brasil. Warga miskin Brasil merupakan elemen harus menanggung dampak dari persiapan Piala Dunia.
Menurut Popular Committee untuk Piala Dunia dan Olimpiade, persiapan Piala Dunia berdampak pada penggusuran atau ancaman pengusiran terhadap 250 ribu warga Brasil. Sao Paulo, Rio De Janeiro dan Porto Alegre merupakan kota terparah yang mengalami penggusuran dan ancama kehilangan rumah.
Marli Nascimento merupakan salah seorang dari 117 keluarga di Rafice brasil yang terancam oleh pagelaran akbar Piala Dunia yang akan digelar beberapawa waktu lagi. Bagi Marli, keberadaan Piala Dunia yang akan digelar di negaranya merupakan ancaman baginyadan keluargananya.
Untuk membangun stadion sepak bola dan infrastruktur penunjangnya, Nascimento dan keluarganya harus merelakan tempat tinggalnya digusur. Sejak Februari 2013 hingga Maret 2014, tempat tinggal keluarganya telah diratakan untuk membuat jalan raya ke Stadion Arena Pernambuncano, tempat bertanding Jerman, Italia, Mexico, Jepang dan Amerika Serikat.
"Pemerintah (Brasil) tidak mau melakukan negosiasi. Pemerintah datang, dan hanya memberi lima hari untuk pergi. Padahal tidak semua memiliki tempat untuk pergi,” kata Nascimento dilansir Al Jazeera.
Nascimento menyatakan tidak akan merayakan Piala Dunia kali ini. Sebab, menurut dia, Piala Dunia hanya datang untuk menyakiti kehidupan warga miskin Brasil. Wanita yang bekerja di rumah sakit selama 27 tahun ini membangun rumah lamanya dengan penuh pengorbanan.
Reporter PBB, Raquel Rolnik mengatakan dalam norma internasional tentang hak perumahan bagi korban penggusuran. Kondisi rumah yang diberikan kepada korban penggusuran seharusnya lebih baik dari sebelumnya atau setidaknya sama dengan yang sebeumnya.
"Namun yang terjadi di Brasil, justru lebih buruk," kata Raquel beberapa waktu lalu. Tapi, Eksekutor wilayah Pernambuco, Francisco Nogueira membantah pernyataan Raquel. Dia menyatakan pemerintah telah memberikan hak korban penggusuran.
Spoiler for Berita 3:
Sindonews.com – Kepolisian Rio de Janeiro menggelar operasi besar-besaran untuk mengusir ratusan warga miskin penghuni bangunan liar. Operasi penggusuran itu disambut “hujan batu” oleh para penghuni permukiman kumuh.
Lebih dari 1.500 polisi berdatangan saat fajar, untuk mengusir hampir 5.000 orang dari wilayah permukiman yang status tanahnya dimiliki perusahaan telekomunikasi. Sejumlah keluarga ada yang menuruti perintah polisi untuk hengkang secara baik-baik.
Namun, banyak keluarga lain melawan dan melempari polisi dengan batu. Polisi pun membalas dengan tembakan gas air mata dan granat kejut. Beberapa orang terluka dalam bentrokan itu, termasuk anak-anak dan petugas kepolisian.
Tak hanya itu, penggusuran juga berubah menjadi aksi anarkis. Di mana warga membakar kendaraan dan menjarah supermarket. ”Mereka (polisi) datang ke sini melanggar segalanya, mengusir orang-orang dari sana,” kata Sandro Sousa, salah satu penghuni liar, seperti dilansir kantor berita Associated Press, kemarin waktu setempat atau hari ini (12/4/2014) WIB.
”Kami kehilangan rumah kami dan kami sekarang berusaha untuk memiliki rumah,” lanjut Sousa. ”Saya menangis karena saya tidak punya tempat untuk tinggal. Saya tidak punya rumah,” imbuh Drielo Almeida, warga penghuni liar lainnya.
Kendati demikian, pemerintah Kota Rio bersikeras bahwa bantuan telah ditawarkan kepada keluarga gelandangan itu. ”Tim dari pekerja sosial menjalankan tugas di area tersebut, tetapi hanya 177 penghuni liar yang bersedia menerima bantuan,” bunyi pernyataan pemerintah setempat seperti diwartakan kantor berita Globo.
Lebih dari 1.500 polisi berdatangan saat fajar, untuk mengusir hampir 5.000 orang dari wilayah permukiman yang status tanahnya dimiliki perusahaan telekomunikasi. Sejumlah keluarga ada yang menuruti perintah polisi untuk hengkang secara baik-baik.
Namun, banyak keluarga lain melawan dan melempari polisi dengan batu. Polisi pun membalas dengan tembakan gas air mata dan granat kejut. Beberapa orang terluka dalam bentrokan itu, termasuk anak-anak dan petugas kepolisian.
Tak hanya itu, penggusuran juga berubah menjadi aksi anarkis. Di mana warga membakar kendaraan dan menjarah supermarket. ”Mereka (polisi) datang ke sini melanggar segalanya, mengusir orang-orang dari sana,” kata Sandro Sousa, salah satu penghuni liar, seperti dilansir kantor berita Associated Press, kemarin waktu setempat atau hari ini (12/4/2014) WIB.
”Kami kehilangan rumah kami dan kami sekarang berusaha untuk memiliki rumah,” lanjut Sousa. ”Saya menangis karena saya tidak punya tempat untuk tinggal. Saya tidak punya rumah,” imbuh Drielo Almeida, warga penghuni liar lainnya.
Kendati demikian, pemerintah Kota Rio bersikeras bahwa bantuan telah ditawarkan kepada keluarga gelandangan itu. ”Tim dari pekerja sosial menjalankan tugas di area tersebut, tetapi hanya 177 penghuni liar yang bersedia menerima bantuan,” bunyi pernyataan pemerintah setempat seperti diwartakan kantor berita Globo.
Spoiler for Berita 4:
FIFA Bantah Piala Dunia Korbankan Rakyat Brazil
Badan sepak bola dunia (FIFA) membantah bahwa mereka menikmati keuntungan besar dari turnamen Piala Dunia dengan mengorbankan rakyat Brazil.
Badan sepak bola dunia (FIFA) membela diri dari kritik bahwa mereka menikmati keuntungan besar dari turnamen Piala Dunia yang paling mahal dalam sejarah, dengan mengorbankan rakyat Brazil.
FIFA mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka telah membayar seluruh 2 milyar dolar biaya operasional Piala Dunia dengan uang yang diperoleh dari penjualan hak penyiaran TV Piala Dunia dan hak pemasaran, dan tidak satu sen menggunakan dana dari rakyat Brazil.
Untuk persiapan turnamen yang diikuti oleh 32 negara yang akan dibuka hari Kamis (12/6) ini, pemerintah Brazil telah mengeluarkan dana sebesar 11,5 milyar dollar untuk biaya investasi bagi pembangunan prasarana seperti stadion, bandara, transportasi perkotaan dan perbaikan infrastruktur lainnya. Sepertiga dari anggaran tersebut digunakan untuk membangun stadion baru atau melakukan renovasi stadion yang ada di 12 kota di Brazil yang menjadi tuan rumah Piala Dunia.
FIFA mengatakan bahwa itu adalah pilihan pemerintah Brazil sendiri untuk membangun 12 stadion, dan bukannya memilih 8 atau 10 stadion saja.
Demikian pula banyak pengeluaran anggaran terkait dengan investasi infrastruktur yang tidak secara langsung terkait dengan Piala Dunia, namun akan memberi keuntungan bagi Brazil selama bertahun-tahun yang akan datang, seusai turnamen Piala Dunia.
Banyak warga Brazil mengatakan bahwa pemerintah mereka telah mengeluarkan dana yang berlebihan sebagai negara berkembang, yang memiliki banyak prioritas pembangunan lainnya yang jauh lebih penting.
Para pengecam pemerintah mengatakan dana Piala Dunia itu seharusnya dibelanjakan untuk perbaikan layanan publik di bidang kesehatan, pendidikan dan transportasi yang masih sangat kurang memadai di Brazil.
Warga Brazil melakukan protes di kota Sao Paulo menjelang pembukaan Piala Dunia 2014 (Senin, 9/6).Warga Brazil melakukan protes di kota Sao Paulo menjelang pembukaan Piala Dunia 2014 (Senin, 9/6).
Tingginya biaya Piala Dunia telah membawa kekecewaan terhadap banyak warga yang biasanya sangat bergairah dalam menyambut pesta Piala Dunia. Ini terbukti dari banyaknya gerakan anti-Piala Dunia yang mengadakan protes jalanan besar-besaran sejak tahun lalu. Para demonstran bahkan mengancam akan mengganggu akses ke stadion Piala Dunia pada saat pelaksanaan turnamen nanti.
Banyak warga Brazil percaya bahwa FIFA telah mengubah Piala Dunia menjadi sebuah ajang bisnis yang menguntungkan para sponsor. Mereka mengatakan bahkan FIFA berhasil mendesak pemerintah Brazil untuk mengubah undang-undang agar supaya mengizinkan penjualan minuman beralkohol yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan yang menjadi sponsor Piala Dunia.
Warga Brazil juga mengeluh bahwa tiket untuk pertandingan di stadion begitu mahal sehingga banyak fans di Brazil tidak mampu pergi ke stadion. Namun, FIFA mengatakan bahwa tiket Piala Dunia yang dijual lebih murah dibandingkan dengan acara olahraga lainnya seperti Olimpiade, balap Formula 1 atau turnamen tenis.
FIFA membantah bahwa mereka menuntut pemerintah Brazil memberikan pembebasan pajak bagi para sponsor dan kegiatan komersial selama Piala Dunia. Namun FIFA mengakui telah minta pelonggaran aturan pabean bagi impor peralatan yang dibutuhkan untuk mengatur acara Piala Dunia, seperti komputer, bola dan papan iklan elektronik.
Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan menghasilkan pendapatan sebesar $ 3,65 milyar bagi FIFA, termasuk $ 2,4 milyar dari hasil penjualan hak siar televisi, tapi tidak termasuk pendapatan dari penjualan tiket. Biaya operasional yang dikeluarkan pada Piala Dunia 2010 menurut FIFA mencapai $1,3 miliar, sementara biaya operasional Piala Dunia 2014 di Brazil mencapai $2 milyar.
(Reuters).
Spoiler for Versi Berita Mirror:
Sekian trid ane.
Diubah oleh skullbulk 14-07-2014 17:29
0
2.8K
Kutip
14
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan