[Tanya Pendapat] Seandainya Jokowi Dinyatakan Kalah oleh KPU
TS
purplezone
[Tanya Pendapat] Seandainya Jokowi Dinyatakan Kalah oleh KPU
Assalamualaikum..
Siang Agan/Aganwati.. Ane dah lama gak nge-thread dan kali ini pengen buat thread damai yak Melihat fenomena pilpres sekarang kan, masing2 pihak menyatakan menang entah melalui QC atau RC internal.
Kemenangan yang diakui masing2 pihak ini secara gak langsung memecah rakyat Indonesia. Banyak yang tadinya sahabatan mendadak saling bully di Media Sosial karena beda pilihan presidennya. Muji pilihan sendiri dikatain norak dan bodoh , ngejek pilihan orang lain dikatain kurang ajar.
Tapi dari pengamatan ane, Pak Jokowi dkk kn paling getol nge-klaim kemenangan sampe selebrasi di TV n segala macam Medsos segala, bikin para pendukungnya menggelinjang karena bahagia. Awalnya sih ane selow Gan, ane menghargai siapapun yang terpilih secara demokrasi walaupun jagoan ane gak menang. Tapi belakangan ane jadi kesal gegara beberapa temen ane yang berlebihan mengangkat berita terpilihnya Jokowi melalui QC seakan mengkerdilkan peranan KPU Belum lagi pake acara merendahkan pendukung pihak sebelah, seakan2 pilihan pihak sebelah emang gak ada pantes2nya jadi presiden Mau gak mau ane jadi kefikiran kalau ternyata Jokowi gak menang, ni anak bakal gimana kedepannya, ya?
Belum lagi baca beberapa surat yang ditulis oleh simpatisan Jokowi yang hampir seluruhnya meminta Prabowo untuk Legowo karena mayoritas lembaga survey telah memenangkan KPU. Disini ane sedikit miris karena merasa hak suara ane dikebiri Gan, karena yang ane ingat ane mencoblos didalam sistem yg disebut KPU bukan Lembaga Quick Count
Spoiler for Surat Untuk Pak Bowo:
Spoiler for Edy "Khemod" Susanto:
Kepada Bapak Prabowo di tempat.
Salam sesama pecinta Indonesia,
Melihat interview bapak di BBC Indonesia, saya berkesimpulan bahwa Bapak sangat ingin menjadi Presiden Republik Indonesia. Saya mah heran, Bapak kok mau sih jadi Presiden Indonesia saat ini? Kenapa Bapak begitu gigih mau jadi presiden, sehingga "losing is not an option" seperti yang Anda ucapkan?
Padahal jadi Presiden Indonesia sekarang ini berat menurut saya. Korupsi dari kekuasaan tidak lagi semudah dulu. KPK mendapat banyak dukungan dan laporan dari masyarakat, sehingga kalau Bapak dan kroni ingin mendapatkan keuntungan dari kekuasaan sekarang lebih sulit. Beda dengan zaman besan Bapak dulu, yang begitu nyaman bisa mensejahterakan koalisinya. Jadi, kalau motivasi Bapak itu untuk keuntungan, saya sih ragu zaman sekarang bisa semudah itu.
Rakyat sekarang lebih melek politik. Bahkan hingga ke figur publiknya. Artis, musisi, sutradara, komedian, semua sekarang bersuara mengenai politik. Semua mengawal jalannya pemilu dan penghitungannya di kelurahan-kelurahan. Jadi, kalau mau menipu dan mengatur masyarakat dengan undang-undang pun sekarang sulit. Dikit-dikit masyarakat kerjanya bikin petisi. DPR mau cari selamat lewat revisi UUMD3 pun keburu ditolak oleh masyarakat. Jadi, kalau motivasi Bapak itu untuk dapat kekuasaan, saya juga ragu zaman sekarang bisa semudah itu.
Sekarang warga sudah tidak bisa diatur dengan kekerasan seperti dulu, Pak. Dengan adanya sosial media yang mulai merata penggunaannya ke berbagai daerah, masyarakat mulai teredukasi soal hak-hak mereka sebagai warga negara. Orang desa mulai melek soal Hak Asasi Manusia. Para petani di Rembang tahu haknya untuk melawan kooptasi korporat yang dibantu oleh aparat pemerintah, yang ironisnya, dibayar oleh pajak mereka sendiri. Bahkan hanya dengan sosial media, kita bisa menggerakan massa hingga puluhan ribu berkumpul di GBK, tanpa atribut partai apa pun. Partisipasi, bukan lagi mobilisasi. Jadi kalau motivasi Bapak itu untuk mengatur masyarakat, saya sih ragu zaman sekarang bisa semudah itu.
Kalau ternyata niat Bapak untuk berbakti kepada rakyat, masih agak aneh menurut saya. Karena rakyat sudah memilih. Paling tidak, kurang lebih 54% rakyat sudah memilih, bahwa mereka ingin rival Bapak yang berbakti. Meskipun ada yg berbeda di pilpres sekarang ini menurut saya. Ini bukan lagi kemenangan seorang calon atau golongan tertentu, tapi ini lebih ke kemenangan rakyat. Dengan gigihnya rakyat menjalani pemilu, mengawasi jalannya suara dan berkurang drastisnya golput, buat saya sih ini jadi pemilunya rakyat. Jadi, kalau motivasi Bapak untuk berbakti pada rakyat, tapi tidak mau menerima suara rakyat, ya agak aneh juga.
Jadi, buat saya sih aneh, Bapak begitu gigihnya ingin jadi presiden dari Indonesia yang seperti sekarang ini. Tidak ada untungnya kalau menurut saya, Pak. Apalagi Bapak sampai membentuk koalisi dengan para elit politik oportunis, yang hanya akan loyal pada Bapak selama koalisinya masih menguntungkan. Betapa tidak enaknya jadi Presiden, tapi kemudian dirongrong dan ditagih hutang kepentingan oleh para koalisi Bapak ini.
Ada perbedaan tipis antara gigih dan ngotot. Kalau keinginan menjadi Presiden mulai memakai ‘otot’, maka saya perlu mempertanyakan ulang motivasi Bapak sebagai Presiden. Karena di atas kertas, jadi Presiden Indonesia sekarang adalah pekerjaan yang paling tidak enak menurut saya.
Seharusnya Bapak biarkan saja rival Bapak menerima jabatan itu, biar rival Bapak yang kerepotan menghadapi jutaan warga Indonesia. Bapak bisa ongkang kaki di kediaman Bapak sambil ngangon kuda. Kayaknya opsi yg terakhir lebih enak deh, Pak…
Sebenarnya banyak sekali yang ingin saya bicarakan dengan Bapak berkaitan dengan masa lalu kelam Indonesia, siapa yang bertanggung jawab atas tertembaknya teman SMP saya, Hafidin, di tragedi Trisakti, dll. Saya yakin bukan hanya Bapak yang terlibat di dalamnya, tapi saya juga yakin bahwa Bapak mampu menguak kebenaran untuk kasus-kasus ini.Tapi, saya mencoba legowo dan berpikir bahwa pertanyaan-pertanyaan itu tidak kondusif untuk suasana sekarang, saat Indonesia sedang di ujung tanduk. Mungkin di lain kesempatan saya akan bertanya lagi kepada Bapak. Untuk sekarang, saya akan legowo. Semoga Bapak juga bisa legowo. Seperti meme yang sedang hits sekarang, Pak. Let it Go, Wo…
Edy “Khemod” Susanto.
Spoiler for Riri Riza:
Untuk Bapak Prabowo,
Saya belum pernah bicara dengan Bapak, mungkin karena itu bagi saya tidak terlalu mudah menulis surat ini. Karenanya saya ingin mulai dengan cerita saja: Saya sudah menyaksikan sendiri sebagian kecil keindahan Indonesia, dan bertemu dengan mereka yang adalah bagian penting darinya. Anak-anak Indonesia. Mereka berlarian di pesisir Aceh, berjalan pulang sekolah di kaki gunung di Flores, Bermain bola perbatasan Timor, berlarian di pinggiran kebun kelapa sawit di Lebak atau Jambi.
Mereka adalah orang-orang yang jarang terdengar, Mereka tidak datang dari keluarga terpandang atau kaya raya. Kebanyakan dari mereka orang biasa, orang sederhana.
Di tahun pemilihan presiden ini muncul dua calon yang harus diakui adalah putra terbaik yang lolos dalam sistem seleksi politik kita. Calon pertama adalah Pak Prabowo sendiri, anak ekonom terpandang, mantan petinggi militer, pengusaha, pendiri partai politik. Calon kedua adalah contoh kebanyakan orang Indonesia yang banyak saya temui dalam perjalanan saya itu, Bapak Joko Widodo. Jokowi orang biasa, tidak terlalu punya citra umum pemimpin di Indonesia, ia kurus dan berpenampilan sederhana serta datang dari keluarga biasa di Solo. Namun, ia melesat sebagai pengusaha, walikota dan gubernur yang dicintai rakyatnya.
Pak Prabowo, walau saya adalah pendukung Jokowi, saya cukup tersentuh oleh sikap bapak dalam beberapa bagian debat capres di televisi nasional. Bapak menunjukkan sikap terbuka, hangat memeluk Pak Jokowi dan Pak Jusuf Kalla, bahkan mengungkapkan akan bersedia menerima apapun hasil dari pemilihan presiden. Prabowo dan Jokowi adalah putra terbaik, wajar saja bersikap tetap saling hormat dalam sebuah kontes pimpinan nasional. Kita telah melewati masa kampanye dan pemilihan yang berjalan baik dan relatif damai.
Nah, pada pengumuman resmi 22 Juli 2014 nanti, hanya dua kemungkinan yang bisa terjadi bagi kedua calon: kalah atau menang. Tentu bapak menyadari ini saat memutuskan untuk maju sebagai calon presiden.
Saya tutup surat ini dengan mengirimkan kepada bapak sebuah lagu yang tentu Bapak kenal: Rayuan Pulau Kelapa karya Ismail Marzuki. Lagu yang mengingatkan keindahan Indonesia, yang akan lebih banyak Bapak nikmati sambil berbakti pada bangsa dengan berbagai kelebihan yang yang bapak miliki, jika rakyat ternyata memilih Bapak Joko Widodo sebagai presiden RI.
Demi masa depan, demi anak-anak Indonesia.
Demikian Pak Prabowo.
Salam,
Riri Riza
Spoiler for Mira Lesmana:
Dear Pak Prabowo,
Saya sedang bersedih dan saya yakin begitu juga dengan sebagian besar penduduk Indonesia yang telah bersuara saat Pilpres 2014 yang baru lalu.
Belum pernah begitu banyak fitnah muncul dan mengaburkan pandangan seseorang tentang Calon Presidennya seperti yang terjadi saat kampanye Pilpres 2014 ini.
Pilihan saya memang jatuh pada Bapak Joko Widodo, karena saya yakin, sebesar apapun fitnah yang telah dilontarkan padanya, tiada kebenaran didalamnya. Yang pasti saya percaya sudah waktunya Indonesia dipimpin oleh seseorang yang datang dari rakyat biasa, yang bersih dan jujur, serta tidak mempunyai beban masa lalu dan lepas dari keterkaitan rezim Orde Baru.
Saya bersedih dengan pernyataan Bapak di dalam interview Bapak di stasiun televisi BBC 11 Juli yang lalu, dimana Bapak mengatakan “”Ia (Joko Widodo) bukan orang yang merakyat, ia mengklaim sebagai orang yang rendah hati tapi saya rasa itu cuma pura pura…”
Sekali lagi, dari begitu banyak fitnah yang menyerang Bapak Joko Widodo, maupun menyerang Bapak sendiri, tidak pernah terbayang akan terlontar ucapan yang merendahkan Pak Joko Widodo dan mengagetkan begitu banyak orang dari seorang calon pemimpin. Bapak telah merendahkan Pak Jokowi secara publik, dihadapan pendukungnya yang adalah 50% (saya tidak ingin mengatakan lebih dari itu sebelum tanggal 22 Juli nanti) dari penduduk Indonesia yang telah bersuara memilihnya di Pilpres 2014 yang baru lalu.
Bapak Jokowi telah menyampaikan pidatonya seusai Pilpres tanggal 9 Juli 2014. Beliau menyampaikan:
"Saya mengapresiasi Prabowo dan Hatta yang telah berkontribusi membuat demokrasi yang lebih baik. Bapak berdua adalah patriot, pejuang bagi bangsa Indonesia. Peran apa pun yang Bapak jalankan bagi bangsa ini pasti akan berguna untuk melayani rakyat Indonesia,"
Begitulah pemimpin yang kami harapkan, seperti pernah Bapak katakan sendiri beberapa waktu yang lalu di akun resmi twitter Bapak:
“Selalu berkata baik dan berbuat baik. Kita bersaing dengan saudara-saudara kita dalam gagasan, nilai keyakinan akan masa depan bangsa”.
Saya berharap Bapak legowo, dan menyerahkan kepemimpinan Indonesia kepada Bapak Joko Widodo, dan Bapak akan selalu ada untuk membantu mimpi kita menuju Indonesia Hebat.
Salam Damai,
Mira Lesmana
banyak lagi surat yang sebenernya bagus2, cuma yaa itu, terlalu dini menurut ane
Spoiler for Sumur:
http://suratuntukpakbowo.tumblr.com/
seandainya ternyata KPU menyatakan ternyata Jokowi tidak memenangkan Pilpres, Apa tanggapan Agan/Aganwati? Kalo ane, siapapun presidennya, selama beliau terpilih secara demokrasi yang jujur dan disahkan oleh KPU, ane dukung
Karena ini thread damai, mohon tidak menjelek2an pihak lain yaa Maksud ane Pro-Jokowi jangan jelekin Prabowo dan Pro-Prabowo jangan jelekin Jokowi
BTW Seinget ane, ane gada nyebut disini ane mencoba netral, ane cuma nyebut kalo ane mencoba damai.. Mohon difahami dan dibedakan yaa Gan