kemarin saya habis bertemu dgn kawan lama saya. yup seneng sih karena kita dulu melewati pancaroba pertemanan dan metamorfosis yang waowww.. walau sekarang takdir memisahkan kita, but our truly friendship still on.
nah dari obrolan2 mainstream antar teman yang lama udah ga ketemu, hal yang ditanyakan biasanya;
1. gimana kabar?
2. kerja dimana?
3. pasangan ?

Nah diantara 3 pertanyaan reguler diatas yang membuat saya menjadi stroke temporer saat menjawab adalah pertanyaan point ke 3.
dimana, as you know, saya seorang Tuna Asmara Garis Keras ! .
karena kita berteman dan bergaul dari zaman belum ada internet, belum ada wifi, dan masih banyak Dinosaurus yang memangsa sesama dan manusia, hingga zaman yang didominasi oleh internet. Ejekan sebagai candaan serta masukkan positif terlontar dari mulutnya. salah satu masukan yg membuat saya agak mikir adalah "Belajarlah Mendamaikan Idealisme dgn Realita".
tujuan teman saya sih untuk menasehati saya agar jangan terlalu idealis dalam memilih pasangan hidup dikarenakan Realitanya Pasangan atau calon Pasangan kita tidak selamanya menuruti keinginan kita.

Namun saya coba menelaah kata "Belajarlah Mendamaikan Idealisme dgn Realita". dengan scope yang lebih besar, ga melulu tentang C I N T A.
apa sih Idealisme itu? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Idealisme artinya adalah ilmu filsafat yg menganggap pikiran atau cita-cita sbg satu-satunya hal yang benar yg dapat dicamkan dan dipahami; 2 hidup atau berusaha hidup menurut cita-cita, menurut patokan yg dianggap sempurna; 3 Sas aliran yg mementingkan khayal atau fantasi untuk menunjukkan keindahan dan kesempurnaan meskipun tidak sesuai dengan kenyataan.

Saat kuliah dulu kala, saya berprinsip ga mau bekerja dibawah tekanan target. namun pada kenyataannya, saya terdomblong karena ternyata dunia kerja tidak seindah yang saya bayangkan. pekerjaan yg ber-target lah yang mudah saya temui dan bisa memenuhi hidup saya. Pada akhirnya, saya mengalah dan mengambil pekerjaan tersebut.
Sadar atau Koma , banyak pelajaran hidup tentang Idealisme VS Realita yang kita temui. namun dari perperangan keduanya (Idealisme dan Realita) yang menjadi tujuan adalah Perdamaian dgn diri Sendiri . as the time fly by, kita akan paham bahwasanya Idealisme2 yang selama ini kita anut tidak selamanya bisa diterapkan di kehidupan nyata. lantas Kita pun akan menyadari jika ada orang yg ga bisa mengikuti Idealismenya bukan berarti Munafik, mungkin Mereka yg terpaksa meninggalkan idealismenya bisa jadi sedang menghadapi ujian berat dalam kehidupan mereka. Dan tidak sepantasnya kita menghakimi.
dari pengalaman2 saya diatas, saya berkesimpulan "Saya tidak lagi perlu untuk terlalu mempertontonkan Idealisme saya, justru saya ingin belajar untuk flexible, hidup bersahaja dan memberikan banyak kemanfaatan bagi diri sendiri dan sesama".. "Rasionalitas mengalahkan emosi dan egoisme. Hidup sudah cukup melelahkan dengan segala rutinitas, saya cuma ingin punya hidup yang tenang dan terkendali."

Tujuan Tulisan Saya kali ini mencoba untuk membuka pandangan kita dengan yang manis (emang Puasa?);
kita semestinya, lebih bisa menerima jika ada hal yang tidak berjalan sesuai rencana. kita yakin, bahwa ada hal-hal yang memang tertakdirkan dan pasti terjadi. in the other hand ada beberapa hal lain, yang tidak tertakdirkan, sepatutnya diikhlaskan saja.
Kita harus mempercayai kekuatan besar diluar diri kita yang jadi penentu penting kemana hidup kita akan berjalan. Demi menciptakan ketenangan dalam diri kita, kita harus mendekatkan diri pada Sang Maha Besar itu lewat berbagai cara.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Terima Kasih buat Teman ku, walau dengan obrolan santai dan penuh tawa bisa mendatangkan Inspirasi seperti ini.
Teman adalah Dia yg bisa diajak berdiskusi ketika ada masalah, dia yang cukup konsisten untuk terus ada di hidupmu yang tidak sempurna, dia yang punya semangat untuk saling membangunkan ketiak salah satu dari kita terjatuh, dan dia yg selalu mempunyai 1000 cara untuk membuat tawa apapun 'musim' dunia kita.