- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Kubu Jokowi Dinilai Pandai Mengklaim Menang


TS
kaskus.corner
Kubu Jokowi Dinilai Pandai Mengklaim Menang
Kubu Prabowo - Hatta menilai timses Jokowi - JK pandai mengklaim menang. Hal itu sudah tidak aneh lagi, karena sejak dulu, mereka memang pandai melakukan itu. Sayangnya, klaim tersebut tidak sesuai dengan kenyataan.
Ketum Barisan Muda Penegak Amanat Nasional (BM PAN), Yandri Susanto menyebutkan sejumlah klaim yang pernah diutarakan kubu Jokowi, yaitu PDIP.
"Setelah kita kumpulkan beberapa fakta, ternyata memang sudah jadi prosedur standard selama ini," imbuhnya, kepada Republika, Ahad (13/7). Berikut adalah sejumlah klaim kemenangan yang ternyata adalah kekalahan.
Pertama adalah klaim kemenangan Megawati pada pilpres 2004. Ketika itu Mega berpasangan dengan KH Hasyim Muzadi. Ternyata hasilnya, SBY yang menang.
Saat pilgub Jabar beberapa waktu lalu, anggota timses Jokowi saat ini yang ketika itu maju sebagai cagub Jabar, Rieke Dyah Pitaloka, mengklaim menangi pilkada. Ternyata, yang menang adalah Aher. Hal sama juga dilakukan Effendi Simbolon dalam pilkada Sumut
Wasekjen PAN, Kuntum Khairu Basa, memaparkan klaim kemenangan kubu Jokowi-JK tidak benar. Klaim itu dipublikasikan agar masyarakat terlanjur meyakini Jokowi dan JK yang menang. "Padahal KPU belum menentukan," imbuhnya.
Strategi ini adalah bentuk perang psikologis. Hal ini adalah bentuk provokasi massa. Masyarakat dibuat terlanjur percaya. Jika nantinya hasil rekap KPU tidak sama maka akan diprotes masyarakat.
Ditambah lagi dengan ucapan Burhanudin Muhtadi yang mengklaim hitung cepat lembaga survei yang mendukung Jokowi - JK menang sudah benar. Dan jika KPU dalam rekapitulasinya tidak sama dengan hasil hitung cepat itu, maka dipertanyakan. "Ini nantinya tidak baik bagi proses demokrasi di Indonesia," imbuhnya.
Bentuk provokasi seperti itu menurutnya tidak akan digubris masyarakat. Saat ini, semua elemen bangsa menyadari harus menunggu hasil akhir KPU. "Karena hasil KPU adalah rujukan, bukan hitung cepat," imbuhnya.
SUMBER:
http://m.republika.co.id/berita/pemilu/hot-politic/14/07/13/n8mph3-kubu-jokowi-dinilai-pandai-mengklaim-menang
KOMENTAR:
Sebaiknya berhentilah saling mengklaim, merasa paling "suci", mengaku-ngaku terzhalimi.. Tunggu saja keputusan resmi KPU. Kalau krn kebusukan hati selalu curiga, ente kawal tu proses demi proses perhitungannya. Ada kecurangan laporkan, bukan main seruduk terus menuduh orang bermain playing the victim. Kalau tidak percaya aparat, angkat kaki dari negeri ini!
Kalau ada yg mencak-mencak mengatakan apa hak ane nyuruh-nyuruh, ane katakan: apa pula hak ente larang ane ngomong-ngomong?!
Kalau trit ni berubah jadi kebun binatang krn kemasukan "binatang" yang cuma mampu berbahasa & berkomentar layaknya binatang, ane katakan:
'Ala kulli hal, tukang fitnah terbiasa memfitnah & menuduh orang lain yang "tersangka".
Tukang curang biasanya sangat tahu cara-cara berbuat curang, jd tidak heran selalu berburuk sangka & curiga.
Muter kesana kesini, intinya cuma satu: kita tunggu saja keputusan resmi KPU nanti. Sebaiknya diterima saja, kalau ada temuan kecurangan, gunakan jalur yang sudah disediakan; mengamuk bukan termasuk jalurnya!
Semoga aparat diberikan wewenang menindak "TEGAS" pelaku kerusuhan, provokator, tukang fitnah, hujat & adu domba dinegeri ini tnpa perlu perdulikan "HAM" mereka sebab HAM rakyat banyak yang jadi atau akan jadi korban lebih layak diperhatikan!!
Ketum Barisan Muda Penegak Amanat Nasional (BM PAN), Yandri Susanto menyebutkan sejumlah klaim yang pernah diutarakan kubu Jokowi, yaitu PDIP.
"Setelah kita kumpulkan beberapa fakta, ternyata memang sudah jadi prosedur standard selama ini," imbuhnya, kepada Republika, Ahad (13/7). Berikut adalah sejumlah klaim kemenangan yang ternyata adalah kekalahan.
Pertama adalah klaim kemenangan Megawati pada pilpres 2004. Ketika itu Mega berpasangan dengan KH Hasyim Muzadi. Ternyata hasilnya, SBY yang menang.
Saat pilgub Jabar beberapa waktu lalu, anggota timses Jokowi saat ini yang ketika itu maju sebagai cagub Jabar, Rieke Dyah Pitaloka, mengklaim menangi pilkada. Ternyata, yang menang adalah Aher. Hal sama juga dilakukan Effendi Simbolon dalam pilkada Sumut
Wasekjen PAN, Kuntum Khairu Basa, memaparkan klaim kemenangan kubu Jokowi-JK tidak benar. Klaim itu dipublikasikan agar masyarakat terlanjur meyakini Jokowi dan JK yang menang. "Padahal KPU belum menentukan," imbuhnya.
Strategi ini adalah bentuk perang psikologis. Hal ini adalah bentuk provokasi massa. Masyarakat dibuat terlanjur percaya. Jika nantinya hasil rekap KPU tidak sama maka akan diprotes masyarakat.
Ditambah lagi dengan ucapan Burhanudin Muhtadi yang mengklaim hitung cepat lembaga survei yang mendukung Jokowi - JK menang sudah benar. Dan jika KPU dalam rekapitulasinya tidak sama dengan hasil hitung cepat itu, maka dipertanyakan. "Ini nantinya tidak baik bagi proses demokrasi di Indonesia," imbuhnya.
Bentuk provokasi seperti itu menurutnya tidak akan digubris masyarakat. Saat ini, semua elemen bangsa menyadari harus menunggu hasil akhir KPU. "Karena hasil KPU adalah rujukan, bukan hitung cepat," imbuhnya.
SUMBER:
http://m.republika.co.id/berita/pemilu/hot-politic/14/07/13/n8mph3-kubu-jokowi-dinilai-pandai-mengklaim-menang
KOMENTAR:
Sebaiknya berhentilah saling mengklaim, merasa paling "suci", mengaku-ngaku terzhalimi.. Tunggu saja keputusan resmi KPU. Kalau krn kebusukan hati selalu curiga, ente kawal tu proses demi proses perhitungannya. Ada kecurangan laporkan, bukan main seruduk terus menuduh orang bermain playing the victim. Kalau tidak percaya aparat, angkat kaki dari negeri ini!
Kalau ada yg mencak-mencak mengatakan apa hak ane nyuruh-nyuruh, ane katakan: apa pula hak ente larang ane ngomong-ngomong?!
Kalau trit ni berubah jadi kebun binatang krn kemasukan "binatang" yang cuma mampu berbahasa & berkomentar layaknya binatang, ane katakan:

'Ala kulli hal, tukang fitnah terbiasa memfitnah & menuduh orang lain yang "tersangka".
Tukang curang biasanya sangat tahu cara-cara berbuat curang, jd tidak heran selalu berburuk sangka & curiga.
Muter kesana kesini, intinya cuma satu: kita tunggu saja keputusan resmi KPU nanti. Sebaiknya diterima saja, kalau ada temuan kecurangan, gunakan jalur yang sudah disediakan; mengamuk bukan termasuk jalurnya!
Semoga aparat diberikan wewenang menindak "TEGAS" pelaku kerusuhan, provokator, tukang fitnah, hujat & adu domba dinegeri ini tnpa perlu perdulikan "HAM" mereka sebab HAM rakyat banyak yang jadi atau akan jadi korban lebih layak diperhatikan!!

0
1.9K
19


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan