- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Prabowo oh Prabowo


TS
ardyasako
Prabowo oh Prabowo
Quote:
Dari Prabowo Lover Menjadi Prabowo Hater
Ini adalah kisah saya dari Prabowo lover berubah menjadi Prabowo hater. Sebelum saya mulai, saya tegaskan bahwa kisah ini sungguh-sungguh jujur dan berasal dari hati nurani saya yang terdalam, tanpa kebohongan sedikitpun di dalamnya.
Pertama kali saya mulai mengenal sosok Prabowo Subianto adalah dalam pemilu 2009. Saat itu saya tidak begitu peduli dengan politik, saya hanya sesekali saja membaca berita di koran tentang pemilu. Saat itulah saya membaca pasangan-pasangan capres-cawapres yang terbentuk. Megawati berpasangan dengan Prabowo. Siapa itu Prabowo? Waktu itu saya hanya tahu bahwa dia adalah pemimpin partai Gerindra, partai yang katanya cukup hebat karena baru terbentuk tapi langsung berhasil memperoleh suara lumayan di pemilu 2009. Kemudian saya sempat membaca sedikit selentingan bahwa katanya dia ini terkait dengan kasus 1998, tapi saya sedikitpun tidak peduli dengan isu semacam itu. Pertama, saya masih sangat kecil saat tahun 1998 itu sehingga saya tidak tahu apa-apa tentang kasus 1998. Kedua, ngapain meributkan hal yang sudah lama berlalu?
Lalu saya pertama kali melihatnya di televisi karena kebetulan melihat acara debat cawapres 2009 antara Prabowo, Boediono, dan Wiranto.
Pada akhirnya seperti yang anda semua ketahui, pasangan SBY-Boediono dengan telak memenangkan pemilu 2009. Sejak itu saya tidak lagi membaca berita tentang Prabowo sampai kemudian menjelang pilkada DKI 2012 muncul fenomena Jokowi-Ahok; 2 orang tokoh yang disebut-sebut merupakan pemimpin fenomenal yang akan membawa perubahan bagi DKI. Saat saya membaca beritanya, barulah saya tahu bahwa Ahok adalah tokoh Tionghoa-Kristen, yang diusung menjadi cawagub DKI oleh Prabowo. Saya mulai kagum dengan Prabowo; dia berani mengusung tokoh Tionghoa-Kristen seperti ini menjadi cawagub DKI padahal banyak orang DKI masih suka rasis dan terbukti kemudian banyak beredar kampanye berbau SARA di pilgub waktu itu. Hal lain yang membuat saya kagum dengan Prabowo adalah dia berani mengusung JOkowi-Ahok tersebut dengan hanya ditemani PDIP, berdua melawan koalisi raksasa yang mengusung Foke-Nara, antara lain Golkar, Demokrat, PAN, PKS, PPP, dan sebagainya.
Selepas pilkada DKI, saya jadi rajin membaca berita-berita tentang politik, terutama tentang Jokowi-Ahok, apalagi setelah saya bergabung di kompasiana. Setelah itulah saya mulai mengenal tokoh-tokoh yang disebut-sebut cocok menjadi RI1 di pemilu 2014, antara lain Dahlan Iskan, Mahfud M.D. , Abraham Samad, dan sebagainya. Saya juga tertarik partai gerindra karena adanya Prabowo dan Ahok di partai tersebut. Saya follow twitter partai gerindra, dan saya jadi makin kagum pada gerindra dan prabowo. Dari twit-twit Gerindra, saya melihat sepertinya Prabowo dan Gerindra benar-benar memahami berbagai permasalahan bangsa ini dan kelihatannya sudah menyiapkan program-program yang tepat untuk mengatasinya. Saya juga melihat sepertinya Gerindra ini benar-benar sungguh-sungguh ingin mencerdaskan bangsa, memberikan pendidikan politik yang cukup baik melalui jejaring sosial. Bahkan hingga kini pun saya mengakui bahwa saya banyak mendapat pengetahuan baru dari twit-twit Gerindra itu.
Suatu kali terjadi polemik dalam pemerintahan Jokowi-Ahok, yaitu kasus tanah abang. Terjadi pertengkaran antara Ahok dengan Abraham Lunggana alias Lulung. Setelah saya mencermati baik-baik, saya tahu bahwa ini jelas-jelas sekali Abraham Lunggana yang salah, tapi si Lulung itu masih terus merasa benar dan menghina-hina Ahok di media. Suatu kali Prabowo angkat bicara dan mengatakan siap pasang badan untuk Ahok. Saya pun langsung senang; Prabowo yang mantan prajurit dan dikenal tegas tentunya cocok untuk menjadi “bekingan” Ahok. Kemudian untuk beberapa waktu lamanya, lulung tidak lagi menghina-hina Ahok, saya pikir mungkin dia takut kepada Prabowo. Eh ternyata saat polemik tanah abang tersebut sudah beres, lulung kemudian menghina-hina lagi, katanya “Jokowi lebih mengerti daripada Ahok yang arogan”. Saat itu saya menunggu-nunggu apa balasan Prabowo kepada lulung si mulut nyinyir ini, tapi apa yang terjadi? Prabowo tidak berucap apa-apa sedikitpun. Inilah awal kekecewaan saya kepada Prabowo. Tapi secara keseluruhan, saya masih tetap memandangnya positif.
Mendekati pilpres, banyak orang menginginkan Jokowi maju menjadi capres, terutama di kompasiana. Saya termasuk orang yang berpendapat beda. Saya menganggap lebih baik Jokowi dimatangkan dulu di Jakarta sampai 2017 baru kemudian nyapres, toh ada banyak tokoh lain yang sepertinya siap untuk memimpin INdonesia di 2014 ini: Prabowo, Dahlan, Mahfud, Samad, dsb. Anda bisa membaca pandangan saya di artikel saya ketika itu di sini: http://politik.kompasiana.com/2013/0...14-568235.html
Di samping itu, ketika itu saya agak khawatir dengan Ahok yang akan sendirian memimpin Jakarta tanpa Jokowi apabila Jokowi menjadi presiden. Ini adalah alasan tambahan saya waktu itu yang membuat saya lebih suka Jokowi tetap memimpin Jakarta saja.
Ketika akhirnya Jokowi secara resmi deklarasi capres, terjadi polemik mengenai perjanjian batu tulis antara Prabowo dengan Megawati. Waktu itu saya berpandangan dua-duanya tokoh yang baik dan hebat, saya mendoakan semoga mereka berpasangan saja supaya terjadi win-win solution. Saya bahkan memandang karakter keduanya saling melengkapi dan cocok menjadi pasangan capres-cawapres, anda bisa membacanya di artikel saya ketika itu di sini: http://politik.kompasiana.com/2014/0...wo-644008.html
Memasuki pileg, saya sangat mendukung Gerindra. Anda bisa menanyakan pada teman-teman fb saya untuk mengetahui bahwa saya sering sekali share artikel-artikel dukungan pada Gerindra, dan sehari sebelum pencoblosan pun saya menyebar broadcast bbm untuk ajakan memilih gerindra. Dalam pandangan saya, Gerindra adalah partai yang terbaik, karena memiliki 7 program aksi yang bagus, memiliki transparansi yang baik dalam keuangan, tidak ada kadernya tersangkut korupsi, berani mengusung Ahok menjadi cawagub DKI, berani membuka absensi kader DPRnya, dan berusaha memberi pendidikan politik yang baik di jejaring sosial. Saya saat itu juga membuat artikel untuk memilih gerindra, anda bisa membacanya di sini http://politik.kompasiana.com/2014/0...ok-645656.html
Ketika selesai pileg saya diberitahu seorang teman gereja bahwa Prabowo itu mendukung FPI. Saya kaget. Masa sih begitu? Saya pun gugling dan saya menemukan ternyata benar Prabowo pernah mengatakan demikian saat ada polemik kata-kata mendagri yang mengajak kerjasama dengan FPI. Saya jadi kecewa pada Prabowo. Padahal harapan terbesar saya pada ketegasan Prabowo adalah: ketegasannya itu akan cocok untuk memberantas koruptor-koruptor, mafia-mafia, maupun para pelanggar hukum seperti FPI itu. Selama ini SBY yang mantan tentara sekalipun ketakutan pada FPI, saya rasa mungkin hanya Prabowo yang terkenal tegas inilah satu-satunya yang cocok untuk memberantas FPI. Lha ini kok malah didukung?
Semakin mendekati pilpres saya semakin lama semakin kehilangan respek pada Prabowo ini. Berikut ini beberapa penyebabnya:
1. Dia berkali-kali menghina Jokowi dengan sebutan “capres boneka”. Well, meskipun secara jujur saya juga kurang suka melihat Jokowi terlalu sering jalan-jalan bersama Megawati, bagi saya sama sekali tidak pantas bagi seorang negarawan untuk mengeluarkan penghinaan semacam itu berkali-kali di depan ribuan orang.
2. Dia menggaet orang-orang gak beres ke dalam timsesnya. Contohnya Rhoma Irama, yang ketika pilkada DKI terang-terangan mengatakan “Cina Kristen pimpin ibukota, aib besar bagi bangsa”. Orang dengan jiwa rasis seperti ini kok malah dijadikan timses. Selain itu juga ada Ahmad Dhani yang anaknya menewaskan banyak orang dalam kecelakaan mobil tapi cuma dihukum masa percobaan. Juga fadli zon yang kerjaannya cuma menghina dan mencaci-maki, tapi tidak pernah ditegur sama sekali oleh Prabowo. Lalu juga Aburizal Bakrie yang masih menanggung hutang dosa dalam kasus lumpur lapindo, suryadharma ali si koruptor dan haji dan alquran, PKS yang korupsi daging sapi dan berkali-kali melawan KPK terang-terangan, dan sebagainya.
3. Dia menggaet Hatta Rajasa sebagai cawapresnya. Padahal jelas-jelas selama ini dialah pemimpin perekonomian bangsa yang membuat perekonomian kacau. Coba baca data kesenjangan ekonomi di BPS. Lalu nilai tukar rupiah yang melemah parah seperti sekarang ini. Pembangunan ekonomi yang terlalu terpusat di Jawa sampai daerah-daerah lain terbengkalai dan bahkan beberapa daerah ingin lepas dari Indonesia. Juga impor pangan dan energi yang sangat menguras APBN. Dan sebagai tambahan, jangan lupakan kasus kecelakaan mobil anaknya yang juga menewaskan beberapa orang tapi dia cuma dihukum masa percobaan.
4. Kebohongan-kebohongan yang diperbuat Prabowo. Dia pernah berujar di iklannya bahwa rakyat menderita karena harga BBM terlalu mahal, eh kali ini dalam visi ekonominya dia berkali-kali bilang mau menaikkan harga BBM untuk mengurangi subsidi BBM. Dalam wawancara dengan Mahfud M.D. di mata najwa 28 mei 2014, Mahfud sempat mengatakan bahwa Prabowo mengatakan padanya bahwa Prabowo sebenarnya ingin Mahfud jadi cawapresnya, namun sayang Mahfud tidak diajukan menjadi cawapres sebagai PKB, sehingga ia “terpaksa” memilih hatta; suatu pernyataan Prabowo yang jelas bohong karena tidak ada aturan seseorang harus diusung partai dulu baru bisa dipilih jadi cawapres. Bukti nyata adalah SBY yang mengusung Boediono di 2009 padahal tidak ada partai yang mengusung Boediono. Anda bisa cek pernyataan Mahfud tsb di videonya di YOutube, cari saja dengan keyword mata najwa 28 mei 2014. Kebohongan Prabowo lainnya antara lain mengkritik habis pemerintahan SBY berkali-kali selama masa kampanye pileg, namun belakangan ini tiba-tiba memuji-muji SBY, menyebutnya bapak bangsa, berhasil membangun bangsa selama 10 tahun, dan sebagainya.
5. Cara-cara kampanye yang kotor yang dilakukan tim suksesnya. Lihat saja segala jurus pemenangan tim prabowo-hatta selama ini: membuat rekayasa survei palsu gallup, menghack akun twitter Asean, menuduh PDIP dan Jokowi itu komunis, mengirim surat + uang ke para guru, dan sebagainya.
6. Saya menemukan bahwa ternyata Prabowo tidaklah secerdas yang saya kira. Hal ini saya sadari ketika menonton debat capres. Saya kira Prabowo yang cerdas dan pandai bicara pasti bisa menang mudah melawan Jokowi yang tidak begitu pandai bicara, tapi nyatanya ternyata Prabowo tidak secerdas yang selama ini saya amati di twitter. Malah beberapa pemikirannya jelas-jelas ngaco, seperti: menaikkan gaji pejabat supaya mereka tidak korupsi. Anda bisa membaca selengkapnya di artikel saya ini: http://politik.kompasiana.com/2014/0...ya-658085.html
Saya akhirnya sadar selama ini saya membuat kesalahan: saya memandang beliau tegas dan nasionalis hanya karena dia berasal dari militer, padahal SBY juga dari militer namun nyatanya tidak tegas. Saya juga akhirnya sadar bahwa Prabowo ini prestasinya nol, dia menjadi capres hanya karena dipandang tegas karena mantan jendral, padahal di Indonesia mantan jendral itu jumlahnya ada ribuan, gak cuma Prabowo. Mengenai kecerdasannya, saya juga melakukan kesalahan karena mengira dia cerdas hanya karena twit-twitnya, padahal bisa saja twit-twitnya itu dari timses/tim ahlinya, bukan asli pemikiran dia sendiri. Mengenai keberaniannya mengusung Ahok jadi cawagub DKI, saya jadi berpikir jangan-jangan itu cuma strategi dia untuk “menghapus dosanya” di kasus 1998 itu.
Mengenai kasus 1998, saya sebenarnya skeptis dan tidak peduli pada kasus itu. Namun mendekati pemilu saya sedikit “kesal” pada media; kok memberitakan polemik kasus 1998 terus-terusan, lagi dan lagi. Akhirnya saya pun “nyerah” dan mulai membaca mengenai polemik kasus itu, dan barulah saya menyadari kenapa kasus tsb terus diungkit: karena hingga saat ini korbannya belum ditemukan. Inilah kuncinya. Menurut saya tidak masalah apakah Prabowo memang bersalah atau tidak dalam kasus 1998 itu, yang terpenting adalah komitmen Prabowo untuk menangani polemik itu: beranikah dia bicara blak-blakan tentagn semua kebenaran di kasus 1998, beranikah dia mengadakan penyelidikan menyeluruh tentang kasus itu dengan segala konsekuensinya? Beranikah dia menghukum teman-teman prajuritnya jika didapati mereka bersalah dalam kasus 1998 itu? Itulah yang membuat saya semakin enggan memilih Prabowo.
Sekian kisah perjalanan saya dari Prabowo lover menjadi Prabowo hater. Namun saya hendak melanjutkan sedikit dengan pemikiran saya.
Pendukung Prabowo sering menuduh prestasi Jokowi yang berderet-deret itu dan hobinya blusukan mendengar suara rakyat adalah pencitraan semata. Menurut saya pencitraan itu ibarat menyembunyikan bangkai dalam sebuah peti dan mendandaninya seindah mungkin sehingga kelihatan indah; meskipun mungkin awalnya orang bisa kagum dan tertipu, lama kelamaan pasti akan ketahuan juga aslinya bagaimana. Inilah yang saya dapati pada Prabowo. Dirinya dicitrakan “tegas dan cerdas” namun semakin lama semakin kelihatan ternyata dia tidak tegas pada tokoh-tokoh kotor macam Rhoma Irama, ARB, Hatta Rajasa, Suryadharma Ali, dan sebagainya. Orang mencitrakan dia cerdas namun lama-kelamaan ketahuan ternyata dalam debat capres dia tidak begitu cerdas dan bahkan pemikirannya seringkali ngaco.
Sebaliknya dengan Jokowi. Dirinya dicitrakan blusukan dan mendengarkan suara rakyat namun hingga kini tidak ada “bau busuk” yang tercium dari itu. Dia sudah buktikan dalam kampanye ini, mau blusukan sampai berapa jam pun, keliling ke sana kemarin sampai dini hari pun, sampai tangannya luka pun, dia tetap gak pernah capek, gak pernah mendadak “ngeloyor pergi” seperti yang dilakukan Prabowo saat blusukan ke tanah abang.
Dan satu lagi, selama masa kampanye pilpres ini, saya mendapati bahwa ternyata pendukung Jokowi pun banyak yang belum tahu bahwa ternyata prestasi Jokowi itu ada sedemikian banyak dan berderet-deret. Biar saya sebutkan beberapa di antaranya:
1 Dari Presiden Republik Indonesia. Penghargaaan Bintang Jasa Utama sebagai Kepala daerah yang mengabdi kepada rakyat
2 Dari Presiden Republik Indonesia. Piala Citra Bhakti Abdi Negara 2008, 2009 dan 2010 Pelayanan Publik dan Piala Citra Bidang Pelayanan Prima Tingkat Nasional (2008), Kinerja Kota dalam Penyediaan Sarana Pelayanan Publik, Kebijakan Deregulasi, Penegakan Disiplin dan Pengembangan Manajemen Pelayanan (2009) dan Inovasi Pelayanan Prima (2010)
3 Dari Dompet Dhuafa Agent of change. Bidang Kemandirian Perhatian atas anak-anak yang kurang beruntung
4 RMOL Democracy Award: Manusia Bintang Bersama-sama Fauzi Bowo menyemarakkan kompetisi demokrasi di Pilkada DKI
5 Men’s Obsession Decade Award: Rising Leader Penghargaan untuk tokoh lintas bidang yang terpilih
6 Kemkominfo e-government: Keberhasilan penerapan e-government
7 Dari Kemenpera. Penghargaan Adiupaya Puritama: Pembangunan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan program kampung deret
8 Delgosea Best City Award: Berhasil dalam melakukan pendekatan kepada warganya di Solo, agar mau memahami dan menaati kebijakan pemerintah kota
9 Dari Bank Indonesia. Penghargaan Pengendali inflasi. Berhasil mengendalikan inflasi di Solo
10 Dari Kementrian PU. Bidang Tata ruang terbaik kedua se-Indonesia. pembangunan di Solo sudah mencapai 80 persen kesesuaiannya dengan konsep penataan ruang yang ideal.
11 Fortune Top 50 Leaders Pemimpin no 37 terbaik atas jasanya membersihkan kota dan menyingkirkan korupsi
12 Dari Kemennaker. Penghargaan Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan (IPK) Pembangunan bidang ketenagakerjaan di Jakarta sepanjang tahun 2013.
13 Meutia Hatta Bung Hatta Anti Corruption Award. Tokoh yang Berperan dalam Pemberantasan Korupsi
14 Dari Komisi Pemberantasan Korupsi. Penghargaan Anti Gratifikasi. Pemerintah daerah yang paling banyak melaporkan gratifikasi.
15 Dari UNICEF. Program Perlindungan Anak. Dianugerahkan pada tahun 2006
16 Dari The City Mayors Foundation. Penghargaan Walikota No 3 Terbaik Dunia atas Keberhasilannya mengubah Surakarta dari kota yang banyak tindak kriminal menjadi pusat seni dan budaya
17 Dari Majalah Marketing dan Frontier Consulting Group. Penghargaaan Social Media Award. Tokoh yang aktif menggunakan media sosial dalam berinteraksi dengan masyarakat dan mendapatkan sentimen positif
18 Tempo 10 Tokoh Pilihan 2008. Memanusiakan warganya dengan pemindahan PKL yang tanpa konflik
18 Dari Lembaga Pemilih Indonesia. Penghargaan Tokoh Pluralis 2013. Mampu Menjaga Kesetaraan Etnis, Agama, dan kelompok lainnya
19 Dari Anugerah Seputar Indonesia. Penghargaan Tokoh Seputar Indonesia 2013. Diserahkan langsung oleh Hary Tanoe
20 Soegeng Soerjadi Good Governance Award Dianugerahkan 20 September 2012, jelang Pilkada
Pertanyaan saya sederhana saja: kalau memang Jokowi itu cuma pencitraan, sengaja dicitrakan terlalu tinggi oleh media dan para cyber troops, lantas kenapa mereka jarang sekali mengungkit rentetan prestasi nyata Jokowi ini? Saya yakin seandainya Jokowi mau lebih “pencitraan” sedikit saja, kalau saja dia mau membeberkan terus-menerus rentetan prestasi-prestasinya itu, pasti dirinya sudah jauh lebih populer daripada sekarang, mungkin dia bahkan bisa memenangi pemilu dengan 80% suara.
sumber
Ini adalah kisah saya dari Prabowo lover berubah menjadi Prabowo hater. Sebelum saya mulai, saya tegaskan bahwa kisah ini sungguh-sungguh jujur dan berasal dari hati nurani saya yang terdalam, tanpa kebohongan sedikitpun di dalamnya.
Pertama kali saya mulai mengenal sosok Prabowo Subianto adalah dalam pemilu 2009. Saat itu saya tidak begitu peduli dengan politik, saya hanya sesekali saja membaca berita di koran tentang pemilu. Saat itulah saya membaca pasangan-pasangan capres-cawapres yang terbentuk. Megawati berpasangan dengan Prabowo. Siapa itu Prabowo? Waktu itu saya hanya tahu bahwa dia adalah pemimpin partai Gerindra, partai yang katanya cukup hebat karena baru terbentuk tapi langsung berhasil memperoleh suara lumayan di pemilu 2009. Kemudian saya sempat membaca sedikit selentingan bahwa katanya dia ini terkait dengan kasus 1998, tapi saya sedikitpun tidak peduli dengan isu semacam itu. Pertama, saya masih sangat kecil saat tahun 1998 itu sehingga saya tidak tahu apa-apa tentang kasus 1998. Kedua, ngapain meributkan hal yang sudah lama berlalu?
Lalu saya pertama kali melihatnya di televisi karena kebetulan melihat acara debat cawapres 2009 antara Prabowo, Boediono, dan Wiranto.
Pada akhirnya seperti yang anda semua ketahui, pasangan SBY-Boediono dengan telak memenangkan pemilu 2009. Sejak itu saya tidak lagi membaca berita tentang Prabowo sampai kemudian menjelang pilkada DKI 2012 muncul fenomena Jokowi-Ahok; 2 orang tokoh yang disebut-sebut merupakan pemimpin fenomenal yang akan membawa perubahan bagi DKI. Saat saya membaca beritanya, barulah saya tahu bahwa Ahok adalah tokoh Tionghoa-Kristen, yang diusung menjadi cawagub DKI oleh Prabowo. Saya mulai kagum dengan Prabowo; dia berani mengusung tokoh Tionghoa-Kristen seperti ini menjadi cawagub DKI padahal banyak orang DKI masih suka rasis dan terbukti kemudian banyak beredar kampanye berbau SARA di pilgub waktu itu. Hal lain yang membuat saya kagum dengan Prabowo adalah dia berani mengusung JOkowi-Ahok tersebut dengan hanya ditemani PDIP, berdua melawan koalisi raksasa yang mengusung Foke-Nara, antara lain Golkar, Demokrat, PAN, PKS, PPP, dan sebagainya.
Selepas pilkada DKI, saya jadi rajin membaca berita-berita tentang politik, terutama tentang Jokowi-Ahok, apalagi setelah saya bergabung di kompasiana. Setelah itulah saya mulai mengenal tokoh-tokoh yang disebut-sebut cocok menjadi RI1 di pemilu 2014, antara lain Dahlan Iskan, Mahfud M.D. , Abraham Samad, dan sebagainya. Saya juga tertarik partai gerindra karena adanya Prabowo dan Ahok di partai tersebut. Saya follow twitter partai gerindra, dan saya jadi makin kagum pada gerindra dan prabowo. Dari twit-twit Gerindra, saya melihat sepertinya Prabowo dan Gerindra benar-benar memahami berbagai permasalahan bangsa ini dan kelihatannya sudah menyiapkan program-program yang tepat untuk mengatasinya. Saya juga melihat sepertinya Gerindra ini benar-benar sungguh-sungguh ingin mencerdaskan bangsa, memberikan pendidikan politik yang cukup baik melalui jejaring sosial. Bahkan hingga kini pun saya mengakui bahwa saya banyak mendapat pengetahuan baru dari twit-twit Gerindra itu.
Suatu kali terjadi polemik dalam pemerintahan Jokowi-Ahok, yaitu kasus tanah abang. Terjadi pertengkaran antara Ahok dengan Abraham Lunggana alias Lulung. Setelah saya mencermati baik-baik, saya tahu bahwa ini jelas-jelas sekali Abraham Lunggana yang salah, tapi si Lulung itu masih terus merasa benar dan menghina-hina Ahok di media. Suatu kali Prabowo angkat bicara dan mengatakan siap pasang badan untuk Ahok. Saya pun langsung senang; Prabowo yang mantan prajurit dan dikenal tegas tentunya cocok untuk menjadi “bekingan” Ahok. Kemudian untuk beberapa waktu lamanya, lulung tidak lagi menghina-hina Ahok, saya pikir mungkin dia takut kepada Prabowo. Eh ternyata saat polemik tanah abang tersebut sudah beres, lulung kemudian menghina-hina lagi, katanya “Jokowi lebih mengerti daripada Ahok yang arogan”. Saat itu saya menunggu-nunggu apa balasan Prabowo kepada lulung si mulut nyinyir ini, tapi apa yang terjadi? Prabowo tidak berucap apa-apa sedikitpun. Inilah awal kekecewaan saya kepada Prabowo. Tapi secara keseluruhan, saya masih tetap memandangnya positif.
Mendekati pilpres, banyak orang menginginkan Jokowi maju menjadi capres, terutama di kompasiana. Saya termasuk orang yang berpendapat beda. Saya menganggap lebih baik Jokowi dimatangkan dulu di Jakarta sampai 2017 baru kemudian nyapres, toh ada banyak tokoh lain yang sepertinya siap untuk memimpin INdonesia di 2014 ini: Prabowo, Dahlan, Mahfud, Samad, dsb. Anda bisa membaca pandangan saya di artikel saya ketika itu di sini: http://politik.kompasiana.com/2013/0...14-568235.html
Di samping itu, ketika itu saya agak khawatir dengan Ahok yang akan sendirian memimpin Jakarta tanpa Jokowi apabila Jokowi menjadi presiden. Ini adalah alasan tambahan saya waktu itu yang membuat saya lebih suka Jokowi tetap memimpin Jakarta saja.
Ketika akhirnya Jokowi secara resmi deklarasi capres, terjadi polemik mengenai perjanjian batu tulis antara Prabowo dengan Megawati. Waktu itu saya berpandangan dua-duanya tokoh yang baik dan hebat, saya mendoakan semoga mereka berpasangan saja supaya terjadi win-win solution. Saya bahkan memandang karakter keduanya saling melengkapi dan cocok menjadi pasangan capres-cawapres, anda bisa membacanya di artikel saya ketika itu di sini: http://politik.kompasiana.com/2014/0...wo-644008.html
Memasuki pileg, saya sangat mendukung Gerindra. Anda bisa menanyakan pada teman-teman fb saya untuk mengetahui bahwa saya sering sekali share artikel-artikel dukungan pada Gerindra, dan sehari sebelum pencoblosan pun saya menyebar broadcast bbm untuk ajakan memilih gerindra. Dalam pandangan saya, Gerindra adalah partai yang terbaik, karena memiliki 7 program aksi yang bagus, memiliki transparansi yang baik dalam keuangan, tidak ada kadernya tersangkut korupsi, berani mengusung Ahok menjadi cawagub DKI, berani membuka absensi kader DPRnya, dan berusaha memberi pendidikan politik yang baik di jejaring sosial. Saya saat itu juga membuat artikel untuk memilih gerindra, anda bisa membacanya di sini http://politik.kompasiana.com/2014/0...ok-645656.html
Ketika selesai pileg saya diberitahu seorang teman gereja bahwa Prabowo itu mendukung FPI. Saya kaget. Masa sih begitu? Saya pun gugling dan saya menemukan ternyata benar Prabowo pernah mengatakan demikian saat ada polemik kata-kata mendagri yang mengajak kerjasama dengan FPI. Saya jadi kecewa pada Prabowo. Padahal harapan terbesar saya pada ketegasan Prabowo adalah: ketegasannya itu akan cocok untuk memberantas koruptor-koruptor, mafia-mafia, maupun para pelanggar hukum seperti FPI itu. Selama ini SBY yang mantan tentara sekalipun ketakutan pada FPI, saya rasa mungkin hanya Prabowo yang terkenal tegas inilah satu-satunya yang cocok untuk memberantas FPI. Lha ini kok malah didukung?
Semakin mendekati pilpres saya semakin lama semakin kehilangan respek pada Prabowo ini. Berikut ini beberapa penyebabnya:
1. Dia berkali-kali menghina Jokowi dengan sebutan “capres boneka”. Well, meskipun secara jujur saya juga kurang suka melihat Jokowi terlalu sering jalan-jalan bersama Megawati, bagi saya sama sekali tidak pantas bagi seorang negarawan untuk mengeluarkan penghinaan semacam itu berkali-kali di depan ribuan orang.
2. Dia menggaet orang-orang gak beres ke dalam timsesnya. Contohnya Rhoma Irama, yang ketika pilkada DKI terang-terangan mengatakan “Cina Kristen pimpin ibukota, aib besar bagi bangsa”. Orang dengan jiwa rasis seperti ini kok malah dijadikan timses. Selain itu juga ada Ahmad Dhani yang anaknya menewaskan banyak orang dalam kecelakaan mobil tapi cuma dihukum masa percobaan. Juga fadli zon yang kerjaannya cuma menghina dan mencaci-maki, tapi tidak pernah ditegur sama sekali oleh Prabowo. Lalu juga Aburizal Bakrie yang masih menanggung hutang dosa dalam kasus lumpur lapindo, suryadharma ali si koruptor dan haji dan alquran, PKS yang korupsi daging sapi dan berkali-kali melawan KPK terang-terangan, dan sebagainya.
3. Dia menggaet Hatta Rajasa sebagai cawapresnya. Padahal jelas-jelas selama ini dialah pemimpin perekonomian bangsa yang membuat perekonomian kacau. Coba baca data kesenjangan ekonomi di BPS. Lalu nilai tukar rupiah yang melemah parah seperti sekarang ini. Pembangunan ekonomi yang terlalu terpusat di Jawa sampai daerah-daerah lain terbengkalai dan bahkan beberapa daerah ingin lepas dari Indonesia. Juga impor pangan dan energi yang sangat menguras APBN. Dan sebagai tambahan, jangan lupakan kasus kecelakaan mobil anaknya yang juga menewaskan beberapa orang tapi dia cuma dihukum masa percobaan.
4. Kebohongan-kebohongan yang diperbuat Prabowo. Dia pernah berujar di iklannya bahwa rakyat menderita karena harga BBM terlalu mahal, eh kali ini dalam visi ekonominya dia berkali-kali bilang mau menaikkan harga BBM untuk mengurangi subsidi BBM. Dalam wawancara dengan Mahfud M.D. di mata najwa 28 mei 2014, Mahfud sempat mengatakan bahwa Prabowo mengatakan padanya bahwa Prabowo sebenarnya ingin Mahfud jadi cawapresnya, namun sayang Mahfud tidak diajukan menjadi cawapres sebagai PKB, sehingga ia “terpaksa” memilih hatta; suatu pernyataan Prabowo yang jelas bohong karena tidak ada aturan seseorang harus diusung partai dulu baru bisa dipilih jadi cawapres. Bukti nyata adalah SBY yang mengusung Boediono di 2009 padahal tidak ada partai yang mengusung Boediono. Anda bisa cek pernyataan Mahfud tsb di videonya di YOutube, cari saja dengan keyword mata najwa 28 mei 2014. Kebohongan Prabowo lainnya antara lain mengkritik habis pemerintahan SBY berkali-kali selama masa kampanye pileg, namun belakangan ini tiba-tiba memuji-muji SBY, menyebutnya bapak bangsa, berhasil membangun bangsa selama 10 tahun, dan sebagainya.
5. Cara-cara kampanye yang kotor yang dilakukan tim suksesnya. Lihat saja segala jurus pemenangan tim prabowo-hatta selama ini: membuat rekayasa survei palsu gallup, menghack akun twitter Asean, menuduh PDIP dan Jokowi itu komunis, mengirim surat + uang ke para guru, dan sebagainya.
6. Saya menemukan bahwa ternyata Prabowo tidaklah secerdas yang saya kira. Hal ini saya sadari ketika menonton debat capres. Saya kira Prabowo yang cerdas dan pandai bicara pasti bisa menang mudah melawan Jokowi yang tidak begitu pandai bicara, tapi nyatanya ternyata Prabowo tidak secerdas yang selama ini saya amati di twitter. Malah beberapa pemikirannya jelas-jelas ngaco, seperti: menaikkan gaji pejabat supaya mereka tidak korupsi. Anda bisa membaca selengkapnya di artikel saya ini: http://politik.kompasiana.com/2014/0...ya-658085.html
Saya akhirnya sadar selama ini saya membuat kesalahan: saya memandang beliau tegas dan nasionalis hanya karena dia berasal dari militer, padahal SBY juga dari militer namun nyatanya tidak tegas. Saya juga akhirnya sadar bahwa Prabowo ini prestasinya nol, dia menjadi capres hanya karena dipandang tegas karena mantan jendral, padahal di Indonesia mantan jendral itu jumlahnya ada ribuan, gak cuma Prabowo. Mengenai kecerdasannya, saya juga melakukan kesalahan karena mengira dia cerdas hanya karena twit-twitnya, padahal bisa saja twit-twitnya itu dari timses/tim ahlinya, bukan asli pemikiran dia sendiri. Mengenai keberaniannya mengusung Ahok jadi cawagub DKI, saya jadi berpikir jangan-jangan itu cuma strategi dia untuk “menghapus dosanya” di kasus 1998 itu.
Mengenai kasus 1998, saya sebenarnya skeptis dan tidak peduli pada kasus itu. Namun mendekati pemilu saya sedikit “kesal” pada media; kok memberitakan polemik kasus 1998 terus-terusan, lagi dan lagi. Akhirnya saya pun “nyerah” dan mulai membaca mengenai polemik kasus itu, dan barulah saya menyadari kenapa kasus tsb terus diungkit: karena hingga saat ini korbannya belum ditemukan. Inilah kuncinya. Menurut saya tidak masalah apakah Prabowo memang bersalah atau tidak dalam kasus 1998 itu, yang terpenting adalah komitmen Prabowo untuk menangani polemik itu: beranikah dia bicara blak-blakan tentagn semua kebenaran di kasus 1998, beranikah dia mengadakan penyelidikan menyeluruh tentang kasus itu dengan segala konsekuensinya? Beranikah dia menghukum teman-teman prajuritnya jika didapati mereka bersalah dalam kasus 1998 itu? Itulah yang membuat saya semakin enggan memilih Prabowo.
Sekian kisah perjalanan saya dari Prabowo lover menjadi Prabowo hater. Namun saya hendak melanjutkan sedikit dengan pemikiran saya.
Pendukung Prabowo sering menuduh prestasi Jokowi yang berderet-deret itu dan hobinya blusukan mendengar suara rakyat adalah pencitraan semata. Menurut saya pencitraan itu ibarat menyembunyikan bangkai dalam sebuah peti dan mendandaninya seindah mungkin sehingga kelihatan indah; meskipun mungkin awalnya orang bisa kagum dan tertipu, lama kelamaan pasti akan ketahuan juga aslinya bagaimana. Inilah yang saya dapati pada Prabowo. Dirinya dicitrakan “tegas dan cerdas” namun semakin lama semakin kelihatan ternyata dia tidak tegas pada tokoh-tokoh kotor macam Rhoma Irama, ARB, Hatta Rajasa, Suryadharma Ali, dan sebagainya. Orang mencitrakan dia cerdas namun lama-kelamaan ketahuan ternyata dalam debat capres dia tidak begitu cerdas dan bahkan pemikirannya seringkali ngaco.
Sebaliknya dengan Jokowi. Dirinya dicitrakan blusukan dan mendengarkan suara rakyat namun hingga kini tidak ada “bau busuk” yang tercium dari itu. Dia sudah buktikan dalam kampanye ini, mau blusukan sampai berapa jam pun, keliling ke sana kemarin sampai dini hari pun, sampai tangannya luka pun, dia tetap gak pernah capek, gak pernah mendadak “ngeloyor pergi” seperti yang dilakukan Prabowo saat blusukan ke tanah abang.
Dan satu lagi, selama masa kampanye pilpres ini, saya mendapati bahwa ternyata pendukung Jokowi pun banyak yang belum tahu bahwa ternyata prestasi Jokowi itu ada sedemikian banyak dan berderet-deret. Biar saya sebutkan beberapa di antaranya:
1 Dari Presiden Republik Indonesia. Penghargaaan Bintang Jasa Utama sebagai Kepala daerah yang mengabdi kepada rakyat
2 Dari Presiden Republik Indonesia. Piala Citra Bhakti Abdi Negara 2008, 2009 dan 2010 Pelayanan Publik dan Piala Citra Bidang Pelayanan Prima Tingkat Nasional (2008), Kinerja Kota dalam Penyediaan Sarana Pelayanan Publik, Kebijakan Deregulasi, Penegakan Disiplin dan Pengembangan Manajemen Pelayanan (2009) dan Inovasi Pelayanan Prima (2010)
3 Dari Dompet Dhuafa Agent of change. Bidang Kemandirian Perhatian atas anak-anak yang kurang beruntung
4 RMOL Democracy Award: Manusia Bintang Bersama-sama Fauzi Bowo menyemarakkan kompetisi demokrasi di Pilkada DKI
5 Men’s Obsession Decade Award: Rising Leader Penghargaan untuk tokoh lintas bidang yang terpilih
6 Kemkominfo e-government: Keberhasilan penerapan e-government
7 Dari Kemenpera. Penghargaan Adiupaya Puritama: Pembangunan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan program kampung deret
8 Delgosea Best City Award: Berhasil dalam melakukan pendekatan kepada warganya di Solo, agar mau memahami dan menaati kebijakan pemerintah kota
9 Dari Bank Indonesia. Penghargaan Pengendali inflasi. Berhasil mengendalikan inflasi di Solo
10 Dari Kementrian PU. Bidang Tata ruang terbaik kedua se-Indonesia. pembangunan di Solo sudah mencapai 80 persen kesesuaiannya dengan konsep penataan ruang yang ideal.
11 Fortune Top 50 Leaders Pemimpin no 37 terbaik atas jasanya membersihkan kota dan menyingkirkan korupsi
12 Dari Kemennaker. Penghargaan Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan (IPK) Pembangunan bidang ketenagakerjaan di Jakarta sepanjang tahun 2013.
13 Meutia Hatta Bung Hatta Anti Corruption Award. Tokoh yang Berperan dalam Pemberantasan Korupsi
14 Dari Komisi Pemberantasan Korupsi. Penghargaan Anti Gratifikasi. Pemerintah daerah yang paling banyak melaporkan gratifikasi.
15 Dari UNICEF. Program Perlindungan Anak. Dianugerahkan pada tahun 2006
16 Dari The City Mayors Foundation. Penghargaan Walikota No 3 Terbaik Dunia atas Keberhasilannya mengubah Surakarta dari kota yang banyak tindak kriminal menjadi pusat seni dan budaya
17 Dari Majalah Marketing dan Frontier Consulting Group. Penghargaaan Social Media Award. Tokoh yang aktif menggunakan media sosial dalam berinteraksi dengan masyarakat dan mendapatkan sentimen positif
18 Tempo 10 Tokoh Pilihan 2008. Memanusiakan warganya dengan pemindahan PKL yang tanpa konflik
18 Dari Lembaga Pemilih Indonesia. Penghargaan Tokoh Pluralis 2013. Mampu Menjaga Kesetaraan Etnis, Agama, dan kelompok lainnya
19 Dari Anugerah Seputar Indonesia. Penghargaan Tokoh Seputar Indonesia 2013. Diserahkan langsung oleh Hary Tanoe
20 Soegeng Soerjadi Good Governance Award Dianugerahkan 20 September 2012, jelang Pilkada
Pertanyaan saya sederhana saja: kalau memang Jokowi itu cuma pencitraan, sengaja dicitrakan terlalu tinggi oleh media dan para cyber troops, lantas kenapa mereka jarang sekali mengungkit rentetan prestasi nyata Jokowi ini? Saya yakin seandainya Jokowi mau lebih “pencitraan” sedikit saja, kalau saja dia mau membeberkan terus-menerus rentetan prestasi-prestasinya itu, pasti dirinya sudah jauh lebih populer daripada sekarang, mungkin dia bahkan bisa memenangi pemilu dengan 80% suara.
sumber
Quote:
Liputan6.com, Jakarta - Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto menegaskan keyakinannya memenangkan Pilpres 2014 dan mendapat mandat dari rakyat Indonesia. Alasannya, semua survei yang ada menurut Prabowo menunjukkan dia dan pasangannya unggul.
"Semua survei menunjukkan saya unggul dan saya yakin akan mendapat mandat dari rakyat Indonesia," tegasnya seperti dilansir BBC yang mewawancarainya secara khusus, Jumat (11/7/2014) malam.
Usai pilpres pada Rabu lalu, kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK sama-sama mengklaim kemenangan, meskipun hasil resmi baru akan diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada tanggal 22 Juli mendatang. Namun demikian, kepada BBC Prabowo mengatakan bakal menghormati hasil yang akan dirilis KPU,
"Jika KPU sudah memutuskan kehendak rakyat, saya akan menghormati, tapi tidak pernah sekali pun mereka (kubu Jokowi-JK) mengatakan hal itu. Yang ada justru pengumuman kalau Prabowo menang berarti dia curang," ujarnya.
Mantan Danjen Kopassus ini mengatakan, dia sama sekali tidak ngotot dan memakasakan hasil Pilpres 2014. "Saya yakin saya akan menang, tapi kalau rakyat Indonesia tidak membutuhkan saya, saya baik-baik saja," imbuhnya.
Bahkan, lanjutnya, dia selalu meminta para pendukungnya untuk tetap tenang, karena kubu Jokowi-JK adalah saudara dan bukan musuh. "Tetapi tidak sekalipun saingan saya mengatakan hal yang sama," paparnya.
Saat ditanya tentang gaya berpolitik yang berbeda dari Jokowi, Prabowo mengatakan persepsi tentang Jokowi diciptakan oleh tim humas. "Ia bukan orang yang merakyat, ia mengklaim sebagai orang yang rendah hati, tapi saya rasa itu cuma akting," kata Prabowo.
Dalam wawancara Prabowo juga ditanya soal tuduhan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) terhadap dirinya terkait kerusuhan pada 1998 saat Suoeharto lengser. Dia mengatakan tuduhan tersebut adalah kampanye untuk menjatuhkannya.
"Saya sudah menjawab berkali-kali, saya bebas, saya tidak pernah didakwa atas apa pun, ini adalah kampanye politik untuk menghancurkan saya, mereka tidak suka dengan apa yang saya perjuangkan. Saya berjuang demi Indonesia bersih, keadilan bagi rakyat saya," tegasnya.
Ketika ditanyakan apa yang akan dilakukan bila tidak menang dalam pilpres kali ini, Prabowo menegaskan hal itu tak akan menjadi masalah buat dirinya.
"Saya punya hidup yang tenang dan menyenangkan, hidup yang damai. Saya akan kembali ke kehidupan saya. Saya bersyukur atas hidup saya. Saya melakukan semua ini hanya untuk bangsa saya," urainya.
-Sumber
"Semua survei menunjukkan saya unggul dan saya yakin akan mendapat mandat dari rakyat Indonesia," tegasnya seperti dilansir BBC yang mewawancarainya secara khusus, Jumat (11/7/2014) malam.
Usai pilpres pada Rabu lalu, kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK sama-sama mengklaim kemenangan, meskipun hasil resmi baru akan diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada tanggal 22 Juli mendatang. Namun demikian, kepada BBC Prabowo mengatakan bakal menghormati hasil yang akan dirilis KPU,
"Jika KPU sudah memutuskan kehendak rakyat, saya akan menghormati, tapi tidak pernah sekali pun mereka (kubu Jokowi-JK) mengatakan hal itu. Yang ada justru pengumuman kalau Prabowo menang berarti dia curang," ujarnya.
Mantan Danjen Kopassus ini mengatakan, dia sama sekali tidak ngotot dan memakasakan hasil Pilpres 2014. "Saya yakin saya akan menang, tapi kalau rakyat Indonesia tidak membutuhkan saya, saya baik-baik saja," imbuhnya.
Bahkan, lanjutnya, dia selalu meminta para pendukungnya untuk tetap tenang, karena kubu Jokowi-JK adalah saudara dan bukan musuh. "Tetapi tidak sekalipun saingan saya mengatakan hal yang sama," paparnya.
Saat ditanya tentang gaya berpolitik yang berbeda dari Jokowi, Prabowo mengatakan persepsi tentang Jokowi diciptakan oleh tim humas. "Ia bukan orang yang merakyat, ia mengklaim sebagai orang yang rendah hati, tapi saya rasa itu cuma akting," kata Prabowo.
Dalam wawancara Prabowo juga ditanya soal tuduhan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) terhadap dirinya terkait kerusuhan pada 1998 saat Suoeharto lengser. Dia mengatakan tuduhan tersebut adalah kampanye untuk menjatuhkannya.
"Saya sudah menjawab berkali-kali, saya bebas, saya tidak pernah didakwa atas apa pun, ini adalah kampanye politik untuk menghancurkan saya, mereka tidak suka dengan apa yang saya perjuangkan. Saya berjuang demi Indonesia bersih, keadilan bagi rakyat saya," tegasnya.
Ketika ditanyakan apa yang akan dilakukan bila tidak menang dalam pilpres kali ini, Prabowo menegaskan hal itu tak akan menjadi masalah buat dirinya.
"Saya punya hidup yang tenang dan menyenangkan, hidup yang damai. Saya akan kembali ke kehidupan saya. Saya bersyukur atas hidup saya. Saya melakukan semua ini hanya untuk bangsa saya," urainya.
-Sumber
0
13K
Kutip
88
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan