Pembukaan



Sebelumnya maaf jika judul thread ini agak kasar dan memprovokasi... Saya memang agak menggebu-gebu jika membicarakan orang-orang yang suka judge orang lain hanya dari luar nya saja. So buat kamu2 yang sudah merasa dewasa silahkan menyimak artikel berikut. Saya ulangi, HANYA UNTUK KAMU YANG SUDAH DEWASA.

Tidak bisa dipungkiri di Indonesia bahkan mungkin di seluruh dunia hingga saat ini masih banyak orang yang memandang negatif terhadap aktivitas gaming dan gamer sebagai pelakunya.

Para game sering sekali disepelekan, mulai dari disebut gak berguna lah, gak punya masa depan, buang-buang waktu, kekanak2an dan lainnya. Tapi apa benar semua gamer seperti itu?

Karena untuk saya pribadi aktivitas gaming sesungguhnya sama dengan hoby lainnya, seperti sepak bola, musik, film, dance dan lainnya. Nah bagaimanapun juga namanya hoby pasti selalu punya sisi baik dan sisi buruk. "Apapun yang dilakukan berlebihan pastilah tidak baik!"



Mari kita analogikan, kita semau sepakat olah raga itu baik. Tapi olah raga terus menerus sepanjang hari lupa waktu, lupa makan istirahat, dll juga tentu tidak baik. Begitu pula dengan aktivitas gaming, main game tentu tidak salah asal tau batas-batasnya.

Karena saya sendiri punya banyak teman gamer dan saya juga aktif di beberapa komunitas game saya sering sekali 'menceramahi' teman-teman yang bermain game sampai lupa waktu, lupa kehidupan sosialnya, lupa kuliah, kerja dan lainnya.



Jadi masalah game cuma buang-buang waktu itu kembali ke pribadinya masing-masing, tidak bisa generalisir. Karena tidak semua gamer seperti itu.

Yang kedua yang pasti sering sekali di dengar semua gamer adalah "Gamers tidak punya masa depan, karena yang mereka lakukan gak lebih dari aktivitas anak-anak!".

Salah satu motif saya membuat ulang thread ini adalah karena saat ini sedang diadakan turnamen game berskala internasional yaitu "The International - Dota 2 Championships, dengan total hadiah 10 juta dollar amerikadengan juara pertama memperoleh uang $ 4.8 juta.



Turnamen ini sendiri rutin diadakan setiap tahun dengan Valve sebagai penyelenggara utama, dan tiap tahun hadiahnya terus meningkat.




"Itu kan di luar negeri gan! Di Indonesia mah paling tetep jadi bocah warnet!"

Ok, kalau begitu langsung aja gambar yang berbicara:





Selain dua contoh diatas masih banyak lagi gamer-gamer profesional Indonesia yang berprestasi baik di tingkat nasional maupun internasional. Tapi entah cari-cari celah buat nyerang atau apa pasti ada aja yang bakal tanya "Yah dari 1000 orang yang main game berapa orang sih yang jadi pro gamer?". Well, itu cukup saya jawab dengan pertanyaan balik, "Dari 1000 orang diantara kamu yang hoby main bola, berapa orang yang benar-benar jadi atlet bola profesional?"

Oh ya perlu diingat, gamer2 yang saya sebutkan diatas berprestasi di level Internasional. Nah mereka yang katanya anak kecil, tidak punya masa depan, sampah tak berguna, cuma bisa buang waktu, ternyata BISA MENGIBARKAN MERAH PUTIH DI PANGGUNG DUNIA!!

Sebagai informasi, beberapa jenis game saat ini disebut sebagai e-sports, atau olahraga elektronik. Karena menurut beberapa penelitian jenis-jenis game yang masuk dalam kategori e-sports ini mampu memberikan manfaat pada tubuh manusia sama seperti olahraga pada umumnya. Dan oleh karena itu para pelakunya pun tidak lagi disebut pemain namun atlet.



Saat ini para pelaku e-sports di Indonesia sudah memiliki wadah berupa asosiasi IeSPA yang juga merupakan anggota resmi dari International e-Sports Federation (IeSF). Dan bulanJuni 2014 kemarin pemerintah Indonesia sudah mengukuhkan IeSPA secara resmi oleh Pengurus Nasional Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI). Sesuai UU Sistem Keolahragaan Nasional (UU Nomor 3 tahun 2005), FORMI merupakan institusi resmi yang mendapat amanat membina olahraga rekreasi di Indonesia.

Kemudian di sisi Industri game nya sendiri saat ini Indonesia sudah semakin maju. Jika di tahun-tahun sebelumnya kita hanya berkutat di game-game mobile atau game ringan, saat ini Developer-developer Indonesia sudah mampu mengembangkan game dengan skala yang lebih besar dan kualitas yang lebih baik.



Salah satu game 'serius' buatan anak bangsa yang cukup berhasil akhir-akhir ini adalah DreadOut. Game bergenre horror besutan Digital Happiness dinilai cukup berhasil menarik pasar baik luar maupun dalam negeri. Sesaat setelah diluncurkan di portal distribusi game Steam, DreadOut mencetak penjualan yang tidak mengecewakan.

Dan dengan dikukuhkannya bandung sebagai kota StartUp Indonesia, sangat besar kemungkinan bermunculannya game-game buatan anak bangsa di masa depan dengan kualitas yang tidak kalah dengan buatan developer luar negeri.

Sebenarnya masih banyak yang ingin saya tuliskan disini, salah satu diantaranya alternatif bagi para penggila game yang tidak ingin menjadi pro gamer tapi ingin memasuki dunia yang masih berhubungan dengan game. Tapi mungkin akan saya bagikan nanti di Thread selanjutnya.



Dengan tulisan ini saya berharap orang-orang tidak lagi memandang sebelah mata para gamer, karena jika dilakukan dengan baik dan bertanggung jawab tentu akan memberikan imbal balik yang positif. Dan ingat, kita tidak bisa menilai hobby orang lain, karena apapun itu selama ia menikmatinya maka tidak ada yang sia-sia.