- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Ini Analisa Kejanggalan Quick Count Tim Jokowi-JK
TS
armansky
Ini Analisa Kejanggalan Quick Count Tim Jokowi-JK
Quote:
INILAHCOM, Jakarta - Mantan peneliti LP3ES yang juga peneliti opini publik, Agung Prihatna mencoba menganalisa kejanggalan dari quick count lembaga survei yang memenangkan Jokowi-JK.
Dia mengatakan, di masa tenang ada 3 lembaga survei (Charta Politica, SMRC, LSI Lingkaran) terkemuka, yang masing-masing pimpinannya secara terbuka berafiliasi ke Jokowi-JK merilis kalau pasangan ini unggul 3% dari pasangan Prabowo-Hatta.
Pada pencoblosan, kata dia, CSIS-Cyrus Network, mengeluarkan hasil exit poll yang menyatakan capres-cawapres nomor 2 unggul 3% dari nomor 1. Kemudian, CSIS-Cyrus, SMRC, Litbang Kompas, RRI, juga menyebut selisih 3%.
"Ini juga pertama kalinya ada pihak yang secara sepihak mengklaim kemenangan berdasarkan hasil quick count yang baru mencapai 70% an. Yang bikin aneh pula, sekitar jam 15.00 data quick count sebesar 70%, di luar logika," kata Agung Prihatna, Kamis (10/7/2014).
Dia menjelaskan, untuk melaporkan sample di daerah pelosok Papua, Medan, Sumatera dan pulau lainnya, butuh waktu 1-3 jam untuk melaporkan melalui sms di area on spot (daerah yang terdapat sinyal). Mengingat, tidak semua daerah yang kita tentukan sebagai zona sampling, terdapat sinyal operator telepon selular.
"Katakanlah benar data masuk 70% selang 2 jam setelah TPS ditutup (pukul 13.00). Maka, kemungkinannya adalah sample ditarik semua ke daerah perkotaan, sehingga sebenarnya nihil sampling dari desa/ wilayah pelosok," katanya.
Dalam berbagai moment pilkada, jelas dia, biasanya yang terjadi adalah pengakuan dari pihak lain terhadap keunggulan pasangan lainnya. Tidak pernah salah satu pihak melakukan klaim kemenangan berdasarkan hasil quick count.
Dia menangkap beberapa keanehan jelang pencoblosan. Indobarometer, Lingkaran Survei, Charta Politica pada H-5 sebelum pilpres menyatakan ada ‘lampu kuning’ bagi Jokowi, jika keadaan terus begini karena trend Jokowi terus turun dan trend Prabowo terus naik. Pada saat itu, katanya, selisih Jokowi dengan Prabowo semakin dekat tinggal 3%.
"Menjadi aneh karena 3 hari setelah pernyataan tersebut, mereka (para lembaga survei) mengeluarkan pernyataan bahwa terjadi rebound. Artinya, dalam waktu 3 hari pengakuan mereka terjadi perubahan trend. Padahal dalam logika survei, trend itu tidak mungkin berbalik trendnya hanya dalam waktu 2-3 hari," jelas dia.
Catatan berikutnya, lanjut Agung, pihak Jokowi pada sepekan sebelum pilpres sudah menyatakan bahwa kemenangan mereka akan sulit jika pihak lawan melakukan kecurangan.
"Artinya mereka melakukan prakondisi bahwa di atas kertas mereka bisa kalah. Bahkan Cawapres JK pernah menyatakan, bahwa pasangannya hanya akan kalah jika dicurangi," katanya.
Menurut dia, gejala-gejala di atas patut dicurigai sebagai upaya terencana untuk memenangkan Jokowi dengan melakukan manipulasi survei sejumlah lembaga yang selama ini Pro Jokowi.
Dari berbagai data di atas, kata Agung, pihaknya telah melakukan kajian diskusi. Ada beberapa hal kenapa lembaga-lembaga survei itu memenangkan Jokowi-JK.
"Pihak penyelenggara survei sepakat menggunakan sample yang sama dalam quick count, untuk menghasilkan hasil quick count yang sama," kata dia.
Sementara, proses pengumpulan data dari hasil pengiriman sms di TPS saat berada di database, dimungkinkan untuk terjadi intervensi oleh petugas quick count yang bisa menghasilkan angka yang menguntungkan.[ris]
Dia mengatakan, di masa tenang ada 3 lembaga survei (Charta Politica, SMRC, LSI Lingkaran) terkemuka, yang masing-masing pimpinannya secara terbuka berafiliasi ke Jokowi-JK merilis kalau pasangan ini unggul 3% dari pasangan Prabowo-Hatta.
Pada pencoblosan, kata dia, CSIS-Cyrus Network, mengeluarkan hasil exit poll yang menyatakan capres-cawapres nomor 2 unggul 3% dari nomor 1. Kemudian, CSIS-Cyrus, SMRC, Litbang Kompas, RRI, juga menyebut selisih 3%.
"Ini juga pertama kalinya ada pihak yang secara sepihak mengklaim kemenangan berdasarkan hasil quick count yang baru mencapai 70% an. Yang bikin aneh pula, sekitar jam 15.00 data quick count sebesar 70%, di luar logika," kata Agung Prihatna, Kamis (10/7/2014).
Dia menjelaskan, untuk melaporkan sample di daerah pelosok Papua, Medan, Sumatera dan pulau lainnya, butuh waktu 1-3 jam untuk melaporkan melalui sms di area on spot (daerah yang terdapat sinyal). Mengingat, tidak semua daerah yang kita tentukan sebagai zona sampling, terdapat sinyal operator telepon selular.
"Katakanlah benar data masuk 70% selang 2 jam setelah TPS ditutup (pukul 13.00). Maka, kemungkinannya adalah sample ditarik semua ke daerah perkotaan, sehingga sebenarnya nihil sampling dari desa/ wilayah pelosok," katanya.
Dalam berbagai moment pilkada, jelas dia, biasanya yang terjadi adalah pengakuan dari pihak lain terhadap keunggulan pasangan lainnya. Tidak pernah salah satu pihak melakukan klaim kemenangan berdasarkan hasil quick count.
Dia menangkap beberapa keanehan jelang pencoblosan. Indobarometer, Lingkaran Survei, Charta Politica pada H-5 sebelum pilpres menyatakan ada ‘lampu kuning’ bagi Jokowi, jika keadaan terus begini karena trend Jokowi terus turun dan trend Prabowo terus naik. Pada saat itu, katanya, selisih Jokowi dengan Prabowo semakin dekat tinggal 3%.
"Menjadi aneh karena 3 hari setelah pernyataan tersebut, mereka (para lembaga survei) mengeluarkan pernyataan bahwa terjadi rebound. Artinya, dalam waktu 3 hari pengakuan mereka terjadi perubahan trend. Padahal dalam logika survei, trend itu tidak mungkin berbalik trendnya hanya dalam waktu 2-3 hari," jelas dia.
Catatan berikutnya, lanjut Agung, pihak Jokowi pada sepekan sebelum pilpres sudah menyatakan bahwa kemenangan mereka akan sulit jika pihak lawan melakukan kecurangan.
"Artinya mereka melakukan prakondisi bahwa di atas kertas mereka bisa kalah. Bahkan Cawapres JK pernah menyatakan, bahwa pasangannya hanya akan kalah jika dicurangi," katanya.
Menurut dia, gejala-gejala di atas patut dicurigai sebagai upaya terencana untuk memenangkan Jokowi dengan melakukan manipulasi survei sejumlah lembaga yang selama ini Pro Jokowi.
Dari berbagai data di atas, kata Agung, pihaknya telah melakukan kajian diskusi. Ada beberapa hal kenapa lembaga-lembaga survei itu memenangkan Jokowi-JK.
"Pihak penyelenggara survei sepakat menggunakan sample yang sama dalam quick count, untuk menghasilkan hasil quick count yang sama," kata dia.
Sementara, proses pengumpulan data dari hasil pengiriman sms di TPS saat berada di database, dimungkinkan untuk terjadi intervensi oleh petugas quick count yang bisa menghasilkan angka yang menguntungkan.[ris]
[url]http://nasional.inilah..com/read/detail/2118438/ini-analisa-kejanggalan-quick-count-tim-jokowi-jk#.U797Q9IW35w[/url]
Quote:
Quote:
Original Posted By mangapet►
Diubah oleh armansky 11-07-2014 09:31
0
2.5K
Kutip
28
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan