- Beranda
- Komunitas
- Pilih Capres & Caleg
REVOLUSI IRAN DI INDONESIA ( keganjilan QC LSI )


TS
adinasrie
REVOLUSI IRAN DI INDONESIA ( keganjilan QC LSI )
BANYAK masyarakat yang bingung, terkhusus pemilih pemula. Mengapa hasil perhitungan cepat berbeda-beda? TV ini memenangkan capres kubu anu, TV itu memenangkan capres kubu lain. Tidak heran jika banyak orang yang menduga kalau survei yang dijadikan acuan atau patokan untuk dipublikasikan ini adalah survei partisan. Apalagi ada salah satu kubu yang sudah melakukan konferensi pers secara mengharu biru, mengumumkan kemenangan pada publik. Lengkap dengan air mata yang menitik. Kubu lain melakukan klaim serupa. Mengaku sama-sama menang.
Tapi semua sepakat kalau hasil resmi versi KPU adalah hasil pemenangan sebenarnya. Itu akan diumumkan pada 22 Juli 2014. Di sini kita akan mengetahui siapa yang akan jadi presiden RI ketujuh.
Berikut ini hasil akhir Quick Count yang digunakan beberapa televisi swasta:
Survei yang dijadikan acuan Transmedia (Trans TV, Trans 7), SCTV, Metro TV, Indosiar. Sementara TVRI nasional menggunakan survei RRI, dan Metro TV menggunakan Litbang Kompas.
LSI
PRABOWO HATTA 47,20% VS JOKOWI-JK 52,80%
CSIS
PRABOWO HATTA 48,10% VS JOKOWI-JK 51,90%
RRI
PRABOWO HATTA 47,60% VS JOKOWI-JK 52,42%
KOMPAS
PRABOWO HATTA 47,88% VS JOKOWI-JK 52,12%
Sementara survei ini dijadikan acuan TV One, MNC TV, Anteve, Global TV, dan RCTI:
JSI (Jaringan Survei Indonesia)
PRABOWO HATTA 50,19 % VS JOKOWI-JK 49,81
PUSKAPTIS
PRABOWO HATTA 52,07% VS JOKOWI-JK 47,93
LSN (LEMBAGA SURVEI NASIONAL)
PRABOWO HATTA 50,53 % VS JOKOWI-JK 49,65
Kredibilitas survei itu akan diketahui publik sesaat setelah hasil perolehan suara Pilpres resmi diumumkan KPU. Saat itu kita bisa menebak mana survei partisan dan mana survei independen dan idealis. Namun adanya klaim kemenangan sepihak yang dilakukan salah satu kubu, bisa jadi akan memiliki dampak yang cukup signifikan. Apabila mereka kalah, maka mereka akan menuduh telah dicurangi, karena berpatokan pada hasil survei Quick Count yang memenangkan mereka.
Satu hal yang harus diketahui masyarakat, Quick Count adalah contoh/sampel hasil penghitungan suara. Informasi atau data yg dikirim hanya dari sekitar 2000 TPS atau 0.02% dari 517.000 TPS. Itupun hanya angka rekap.Kenapa hasil survei berbeda-beda.
Sebagai masyarakat, dengan sangat lapang kita bisa mengetahui arah keberpihakan survei dan media TV yang menyiarkan secara live Quick Count ini. Transmedia, Metro TV, SCTV, NET, JAK TV secara kompak menayangkan langsung saat Megawati konferensi pers. Sementara TV One dan RCTI meliput Prabowo saat dimintai statemen terhadap perolehan suara bayangan.
Nah, mari bersabar menunggu keputusan resmi KPU. Siapapun capres terpilih, dia akan jadi presiden kita bersama. Siap kalah, siap menang. Karena pilpres ini adalah kehendak rakyat. Jika nanti jumlah kemenangan hanya disekat selisih sekian persen saja, sesungguhnya dua-duanya sama baiknya. Tapi yang namanya kompetisi, pasti harus ada yang keluar sebagai sang juara. Saat ini masyarakat cukup untuk berpikir lebih jernih, tidak terlalu hype, jangan mudah tergiring pengarahan media mainstream, intinya tunggu keputusan KPU.
revolusi hijau iran :
Pilpres 2014 ini tidak berbeda dengan Pilpres Iran 2009. Ketika itu Mir-Hossein Mousavi bersaing ketat dengan Mahmoud Ahmadinejad. Saking ketatnya, tidak satu pun survei yang secara meyakinkan dapat memprediksi pemenangnya. Pada Hari H pemilu berseliweran rilis quick count lewat berbagai media sosial dan juga SMS yang memenangkan Mousavi. Namun, menurut hasil resmi pemilu memutuskan Ahmadinejad lah pemenangnya. Perbedaan antara rilis quick count dan hasil resmi pemilu inilah yang menimbulkan demonstrasi besar-besaran. Kubu Mousavi menuding adanya kecurangan pemilu. Maka, terjadilah konflik horisontal di mana kelompok-kelompok dari kedua kubu saling berhadapan. Oleh kubu Mousavi demonstrasi besar-besaran itu dinamai Revolusi Hijau.
Pilpres 2014 ini menjadi pilpres terpanas di mana perbedaan dipandang sebagai sikap permusuhan. Kampanye negatif, kampanye hitam, fitnah, ancaman, intimidasi, dan indikasi kecurangan semakin menguat. Bila pihak-pihak yang berwenang tidak mampu meredamnya tidak menutup kemungkinan peristiwa yang terjadi di Iran 5 tahun lalu bisa terjadi di Indonesia pasca Pilpres 2014 ini.
Pertanyaannya, dari mana LSI bisa mendapat data quick count yang dirilisnya itu? Jika benar data itu diperoleh dari TPS, berarti ada TPS di Indonesia Timur yang telah selesai menghitung suara sebelum pukul 12.45 WIT. Artinya, ada TPS di Indonesia Timur yang melanggar aturan KPU karena telah tutup sebelum waktu yang telah ditentukan, yaitu pukul 13.00. Masalahnya, bukankah data quick count itu diperoleh dari TPS sample yang didapat secara acak, kok bisa LSI secara kebetulan mendapat TPS yang melanggar aturan KPU. Bisa dipastikan media mainstream dan media sosial akan menjadi medan perang bagi kedua kubu untuk saling lempar hasil quick count-nya. Celakanya lagi, tidak satu pun instrumen negara yang bisa mencegah media mempublikasikan quick count.
kubu om joko tolong jangan girang dulu.
sabar om
om bowo juga sabarr
intinya siapapun yang nanti nya jadi presiden, semoga bisa membawa indonesia ini ke arah lebih baik.
sumber :
1. http://m.kompasiana.com/post/read/66...iran-2009.html
2. http://m.kompasiana.com/post/read/66...ick-count.html
Tapi semua sepakat kalau hasil resmi versi KPU adalah hasil pemenangan sebenarnya. Itu akan diumumkan pada 22 Juli 2014. Di sini kita akan mengetahui siapa yang akan jadi presiden RI ketujuh.
Berikut ini hasil akhir Quick Count yang digunakan beberapa televisi swasta:
Survei yang dijadikan acuan Transmedia (Trans TV, Trans 7), SCTV, Metro TV, Indosiar. Sementara TVRI nasional menggunakan survei RRI, dan Metro TV menggunakan Litbang Kompas.
LSI
PRABOWO HATTA 47,20% VS JOKOWI-JK 52,80%
CSIS
PRABOWO HATTA 48,10% VS JOKOWI-JK 51,90%
RRI
PRABOWO HATTA 47,60% VS JOKOWI-JK 52,42%
KOMPAS
PRABOWO HATTA 47,88% VS JOKOWI-JK 52,12%
Sementara survei ini dijadikan acuan TV One, MNC TV, Anteve, Global TV, dan RCTI:
JSI (Jaringan Survei Indonesia)
PRABOWO HATTA 50,19 % VS JOKOWI-JK 49,81
PUSKAPTIS
PRABOWO HATTA 52,07% VS JOKOWI-JK 47,93
LSN (LEMBAGA SURVEI NASIONAL)
PRABOWO HATTA 50,53 % VS JOKOWI-JK 49,65
Kredibilitas survei itu akan diketahui publik sesaat setelah hasil perolehan suara Pilpres resmi diumumkan KPU. Saat itu kita bisa menebak mana survei partisan dan mana survei independen dan idealis. Namun adanya klaim kemenangan sepihak yang dilakukan salah satu kubu, bisa jadi akan memiliki dampak yang cukup signifikan. Apabila mereka kalah, maka mereka akan menuduh telah dicurangi, karena berpatokan pada hasil survei Quick Count yang memenangkan mereka.
Satu hal yang harus diketahui masyarakat, Quick Count adalah contoh/sampel hasil penghitungan suara. Informasi atau data yg dikirim hanya dari sekitar 2000 TPS atau 0.02% dari 517.000 TPS. Itupun hanya angka rekap.Kenapa hasil survei berbeda-beda.
Sebagai masyarakat, dengan sangat lapang kita bisa mengetahui arah keberpihakan survei dan media TV yang menyiarkan secara live Quick Count ini. Transmedia, Metro TV, SCTV, NET, JAK TV secara kompak menayangkan langsung saat Megawati konferensi pers. Sementara TV One dan RCTI meliput Prabowo saat dimintai statemen terhadap perolehan suara bayangan.
Nah, mari bersabar menunggu keputusan resmi KPU. Siapapun capres terpilih, dia akan jadi presiden kita bersama. Siap kalah, siap menang. Karena pilpres ini adalah kehendak rakyat. Jika nanti jumlah kemenangan hanya disekat selisih sekian persen saja, sesungguhnya dua-duanya sama baiknya. Tapi yang namanya kompetisi, pasti harus ada yang keluar sebagai sang juara. Saat ini masyarakat cukup untuk berpikir lebih jernih, tidak terlalu hype, jangan mudah tergiring pengarahan media mainstream, intinya tunggu keputusan KPU.
revolusi hijau iran :
Pilpres 2014 ini tidak berbeda dengan Pilpres Iran 2009. Ketika itu Mir-Hossein Mousavi bersaing ketat dengan Mahmoud Ahmadinejad. Saking ketatnya, tidak satu pun survei yang secara meyakinkan dapat memprediksi pemenangnya. Pada Hari H pemilu berseliweran rilis quick count lewat berbagai media sosial dan juga SMS yang memenangkan Mousavi. Namun, menurut hasil resmi pemilu memutuskan Ahmadinejad lah pemenangnya. Perbedaan antara rilis quick count dan hasil resmi pemilu inilah yang menimbulkan demonstrasi besar-besaran. Kubu Mousavi menuding adanya kecurangan pemilu. Maka, terjadilah konflik horisontal di mana kelompok-kelompok dari kedua kubu saling berhadapan. Oleh kubu Mousavi demonstrasi besar-besaran itu dinamai Revolusi Hijau.
Pilpres 2014 ini menjadi pilpres terpanas di mana perbedaan dipandang sebagai sikap permusuhan. Kampanye negatif, kampanye hitam, fitnah, ancaman, intimidasi, dan indikasi kecurangan semakin menguat. Bila pihak-pihak yang berwenang tidak mampu meredamnya tidak menutup kemungkinan peristiwa yang terjadi di Iran 5 tahun lalu bisa terjadi di Indonesia pasca Pilpres 2014 ini.
Pertanyaannya, dari mana LSI bisa mendapat data quick count yang dirilisnya itu? Jika benar data itu diperoleh dari TPS, berarti ada TPS di Indonesia Timur yang telah selesai menghitung suara sebelum pukul 12.45 WIT. Artinya, ada TPS di Indonesia Timur yang melanggar aturan KPU karena telah tutup sebelum waktu yang telah ditentukan, yaitu pukul 13.00. Masalahnya, bukankah data quick count itu diperoleh dari TPS sample yang didapat secara acak, kok bisa LSI secara kebetulan mendapat TPS yang melanggar aturan KPU. Bisa dipastikan media mainstream dan media sosial akan menjadi medan perang bagi kedua kubu untuk saling lempar hasil quick count-nya. Celakanya lagi, tidak satu pun instrumen negara yang bisa mencegah media mempublikasikan quick count.
kubu om joko tolong jangan girang dulu.
sabar om

om bowo juga sabarr

intinya siapapun yang nanti nya jadi presiden, semoga bisa membawa indonesia ini ke arah lebih baik.

sumber :
1. http://m.kompasiana.com/post/read/66...iran-2009.html
2. http://m.kompasiana.com/post/read/66...ick-count.html
Diubah oleh adinasrie 09-07-2014 23:51
0
4.1K
40
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan