- Beranda
- Komunitas
- Pilih Capres & Caleg
PRABOWO BIKIN ANJLOK,JOKOWI BIKIN RUPIAH MENGUAT.


TS
ngapakepol
PRABOWO BIKIN ANJLOK,JOKOWI BIKIN RUPIAH MENGUAT.
kemenangan capres semakin jelas memberikan dampak positif dan negatif terhadap financial ekonomi indonesia
*mari kita bandingkan
1.prabowo menang,rupiah anjlok
BANDINGKAN....!!!!
2.jokowi menang,rupiah menguat.
DAH PAHAM KAN MANA YG BERDAMPAK BURUK DAN MANA YG BERDAMPAK BAIK BAGI EKONOMI KITA...
cuuuussss...coblos nomer 2 biar rupiah ga anjlok..
*mari kita bandingkan
1.prabowo menang,rupiah anjlok
Quote:
JAKARTA, KOMPAS.com - Institusi keuangan global terus menyorot penyelenggaraan pemilihan umum di Indonesia. Bagaimanapun, presiden yang terpilih akan sangat mempengaruhi mood investor memutar dananya di pasar finansial Indonesia.
Sebagaimana yang ditulis dalam riset Morgan Stanley yang diterima Kompas.com, Selasa (1/7/2014), disebutkan bahwa pelaku pasar berharap figur reformis, Joko Widodo memenangkan pilpres yang akan datang.
Sebaliknya, jika Prabowo Subianto menang hal itu akan memberi dampak yang kurang bagus terhadap pasar finansial. Akibatnya, akan banyak pelarian modal ke luar negeri dan rupiah diprediksi akan melorot hingga Rp 12.300 per dollar AS.
"Jokowi memenangkan pilpres, akan memberi kepastian terhadap pasar valas. Tapi sebaliknya, jika Prabowo menang, hal itu akan memicu capital outflow, dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot kami perkirakan mencapai Rp 12.300 per dollar AS," tulis Morgan Stanley
Riset tersebut disusun oleh sejumlah analis, yaitu Geoffrey Kendrick, Deyi Tan, Chetan Ahya, Hozefa Topiwalla, Jonathan F. Garner, Viktor Hjort dan Kewei Yang. Disebutkan juga bahwa jika Jokowi memenangkan pilpres, dia akan menghadapi kekuatan politik yang terbelah.
Di satu sisi ada kubu yang mendukung dirinya di pemerintahan. Adapun di kubu yang lain terdapat parpol dengan kekuatan mayoritas di parlemen. "Sepertinya akan terjadi sebuah pemerintahan yang terbelah apabila Jokowi menjadi presiden," tulis riset itu.
Para investor menilai Jokowi merupakan sosok yang reformis dan bakal mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang produktif. "Pertumbuhan ekonomi Indonesia seperti India, akan terus berlangsung. Jika ada kebijakan yang mampu mendorong produktifitas, pertumbuhan ekonomi akan terus terjaga," lanjut riset itu.
Terkait dengan pasar modal, pilpres sedikit banyak akan berpengaruh terhadap volatilitas pasar. "Namun, jika Prabowo yang menang, hal itu akan semakin menambah volatilitas pasar modal."
Sebelumnya, banyak analis yang khawatir pasar finansial akan terganggu jika Prabowo menang. Dalam riset Deutsche Bank yang dirilis beberapa waktu lalu menyebutkan bahwa,jika dalam pilpres nanti pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa memenangi pemilu, maka 56 persen dari investor yang disurvei mengaku akan menjual aset Indonesia. Sementara itu, ada 13 persen yang akan membeli aset di Indonesia.
Sementara itu, pialang dari PT Sucorinvest Central Gani (Sucorinvest), Isfhan Helmy mengungkapkan salah satu yang dikhawatirkan pelaku pasar adalah kebijakan yang akan ditempuh Prabowo Subianto terkait dengan harga BBM bersubsidi.
Menurut Isfhan, Prabowo melalui tim suksesnya pernah menyatakan akan tetap mempertahankan harga BBM bersubsidi. Namun konsekwensinya, pendapatan pajak dan rasio utang terhadap PDB dinaikkan.
"Ini yang dikhawatirkan pelaku pasar. Saat ini rasio utang terhadap PDB masih di kisaran 20-30 persen. Jika rasio tersebut dinaikkan hingga misalnya 50 persen, pastinya akan berpengaruh terhadap peringkat utang Indonesia. Pelaku pasar sangat khawatir dengan rencana ini," ujarnya saat berkunjung ke kantor Kompas.com, Jumat (27/6/2014)
Sebagaimana yang ditulis dalam riset Morgan Stanley yang diterima Kompas.com, Selasa (1/7/2014), disebutkan bahwa pelaku pasar berharap figur reformis, Joko Widodo memenangkan pilpres yang akan datang.
Sebaliknya, jika Prabowo Subianto menang hal itu akan memberi dampak yang kurang bagus terhadap pasar finansial. Akibatnya, akan banyak pelarian modal ke luar negeri dan rupiah diprediksi akan melorot hingga Rp 12.300 per dollar AS.
"Jokowi memenangkan pilpres, akan memberi kepastian terhadap pasar valas. Tapi sebaliknya, jika Prabowo menang, hal itu akan memicu capital outflow, dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot kami perkirakan mencapai Rp 12.300 per dollar AS," tulis Morgan Stanley
Riset tersebut disusun oleh sejumlah analis, yaitu Geoffrey Kendrick, Deyi Tan, Chetan Ahya, Hozefa Topiwalla, Jonathan F. Garner, Viktor Hjort dan Kewei Yang. Disebutkan juga bahwa jika Jokowi memenangkan pilpres, dia akan menghadapi kekuatan politik yang terbelah.
Di satu sisi ada kubu yang mendukung dirinya di pemerintahan. Adapun di kubu yang lain terdapat parpol dengan kekuatan mayoritas di parlemen. "Sepertinya akan terjadi sebuah pemerintahan yang terbelah apabila Jokowi menjadi presiden," tulis riset itu.
Para investor menilai Jokowi merupakan sosok yang reformis dan bakal mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang produktif. "Pertumbuhan ekonomi Indonesia seperti India, akan terus berlangsung. Jika ada kebijakan yang mampu mendorong produktifitas, pertumbuhan ekonomi akan terus terjaga," lanjut riset itu.
Terkait dengan pasar modal, pilpres sedikit banyak akan berpengaruh terhadap volatilitas pasar. "Namun, jika Prabowo yang menang, hal itu akan semakin menambah volatilitas pasar modal."
Sebelumnya, banyak analis yang khawatir pasar finansial akan terganggu jika Prabowo menang. Dalam riset Deutsche Bank yang dirilis beberapa waktu lalu menyebutkan bahwa,jika dalam pilpres nanti pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa memenangi pemilu, maka 56 persen dari investor yang disurvei mengaku akan menjual aset Indonesia. Sementara itu, ada 13 persen yang akan membeli aset di Indonesia.
Sementara itu, pialang dari PT Sucorinvest Central Gani (Sucorinvest), Isfhan Helmy mengungkapkan salah satu yang dikhawatirkan pelaku pasar adalah kebijakan yang akan ditempuh Prabowo Subianto terkait dengan harga BBM bersubsidi.
Menurut Isfhan, Prabowo melalui tim suksesnya pernah menyatakan akan tetap mempertahankan harga BBM bersubsidi. Namun konsekwensinya, pendapatan pajak dan rasio utang terhadap PDB dinaikkan.
"Ini yang dikhawatirkan pelaku pasar. Saat ini rasio utang terhadap PDB masih di kisaran 20-30 persen. Jika rasio tersebut dinaikkan hingga misalnya 50 persen, pastinya akan berpengaruh terhadap peringkat utang Indonesia. Pelaku pasar sangat khawatir dengan rencana ini," ujarnya saat berkunjung ke kantor Kompas.com, Jumat (27/6/2014)
BANDINGKAN....!!!!
2.jokowi menang,rupiah menguat.
Quote:
Jakarta - Hari ini, pasar keuangan Indonesi melanjutkan penguatannya. Sentimen positif jelang pemilihan presiden (pilpres) menjadi bahan bakar optimisme pelaku pasar.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di posisi 5.036,992, naik 47,418 poin (0,95%). Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat di posisi Rp 11.670 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan kemarin di Rp 11.695 per dolar AS.
Menurut Destry Damayanti, Kepala Ekonom Bank Mandiri, faktor non fundamental menjadi penggerak utama pasar. "Ini terkait psikologis, di mana berbagai ketakutan yang sebelumnya muncul sepertinya tidak terealisasi," katanya kala berbincang dengan detikFinance, Selasa (8/7/2014).
ini, lanjut Destry, faktor non fundamental utama di pasar adalah perkembangan politik terkait pilpres. Sejauh ini, perkembangannya masih sesuai dengan harapan pelaku pasar yang sepertinya lebih nyaman dengan pasangan nomor urut 2, Joko Widodo-Jusuf Kalla.
"Ada kabar hasil exit poll di luar negeri yang membuat pasar bergairah. Market memang lebih condong ke calon tertentu, dan mereka cukup yakin calon yang favorable itu will win the election," tutur Destry.
Hasil survei elektabilitas dari berbagai lembaga menunjukkan Jokowi-JK lebih unggul dari pasangan nomor urut 1, Prabowo Subianto-Jusuf Kalla. Misalnya survei dari Soegeng Sarjadi School of Government (SSSG) kemarin menyebutkan, pasangan Jokowi-JK lebih banyak dipilih responden (51%), jauh di atas Prabowo-Hatta (43,4%).
Survei ini dilakukan pada 21 Juni-5 Juli 2014 dengan mewawancarai responden via telepon. Jumlah responden ada 1.250 orang dari 10 kota besar di Indonesia yakni Jakarta, Surabaya, Bandung, Balikpapan, Bali, Medan, Makassar, Semarang, Palembang, dan Yogyakarta. Tingkat keyakinan survei ini 95%, dan sampling error penelitian kurang lebih 2,78%.
"Market memang punya confidence tinggi, mereka tentunya tidak ingin ketinggalan kapal. Investor pun mulai melakukan aksi beli, terutama asing yang kemarin net buy mencapai lebih dari Rp 700 miliar," kata Destry.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di posisi 5.036,992, naik 47,418 poin (0,95%). Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat di posisi Rp 11.670 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan kemarin di Rp 11.695 per dolar AS.
Menurut Destry Damayanti, Kepala Ekonom Bank Mandiri, faktor non fundamental menjadi penggerak utama pasar. "Ini terkait psikologis, di mana berbagai ketakutan yang sebelumnya muncul sepertinya tidak terealisasi," katanya kala berbincang dengan detikFinance, Selasa (8/7/2014).
ini, lanjut Destry, faktor non fundamental utama di pasar adalah perkembangan politik terkait pilpres. Sejauh ini, perkembangannya masih sesuai dengan harapan pelaku pasar yang sepertinya lebih nyaman dengan pasangan nomor urut 2, Joko Widodo-Jusuf Kalla.
"Ada kabar hasil exit poll di luar negeri yang membuat pasar bergairah. Market memang lebih condong ke calon tertentu, dan mereka cukup yakin calon yang favorable itu will win the election," tutur Destry.
Hasil survei elektabilitas dari berbagai lembaga menunjukkan Jokowi-JK lebih unggul dari pasangan nomor urut 1, Prabowo Subianto-Jusuf Kalla. Misalnya survei dari Soegeng Sarjadi School of Government (SSSG) kemarin menyebutkan, pasangan Jokowi-JK lebih banyak dipilih responden (51%), jauh di atas Prabowo-Hatta (43,4%).
Survei ini dilakukan pada 21 Juni-5 Juli 2014 dengan mewawancarai responden via telepon. Jumlah responden ada 1.250 orang dari 10 kota besar di Indonesia yakni Jakarta, Surabaya, Bandung, Balikpapan, Bali, Medan, Makassar, Semarang, Palembang, dan Yogyakarta. Tingkat keyakinan survei ini 95%, dan sampling error penelitian kurang lebih 2,78%.
"Market memang punya confidence tinggi, mereka tentunya tidak ingin ketinggalan kapal. Investor pun mulai melakukan aksi beli, terutama asing yang kemarin net buy mencapai lebih dari Rp 700 miliar," kata Destry.
DAH PAHAM KAN MANA YG BERDAMPAK BURUK DAN MANA YG BERDAMPAK BAIK BAGI EKONOMI KITA...
cuuuussss...coblos nomer 2 biar rupiah ga anjlok..

0
5.2K
Kutip
83
Balasan
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan