

TS
kenang19
LUKISAN KLASIK BALI, KARYA LOKAL YANG MENDUNIA

Lukisan klasik Bali diusulkan menjadi warisan budaya nasional dan warisan budaya dunia. Seni lukis klasik Bali, yang berkembang pesat pada abad ke-15 Masehi pada masa kepemimpinan Raja Dalem Waturenggong di Klungkung, merefleksikan nilai estetika, filosofis agama Hindu, etika, dan sekaligus karya narasi.
Perupa, yang juga pemilik Museum Nyoman Gunarsa, Nyoman Gunarsa, menyatakan, seni lukis klasik merupakan warisan leluhur yang adiluhung. ”Seni lukis klasik Bali memiliki nilai seni tertinggi,” ujar Gunarsa dalam seminar ”Seri Sastra Sosial Budaya” di Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Selasa (24/6/2014).
Gunarsa mengatakan, lukisan klasik Bali, yang masih dihasilkan sampai saat ini, akan diusulkan sebagai warisan budaya nasional dan sekaligus warisan budaya dunia. Menurut Gunarsa, seni lukis klasik Bali merupakan ekspresi dan identitas budaya tradisional Bali, yang mampu bersaing secara global. ”Seni lukis klasik Bali ini kebanggaan bagi kami,” ujar Gunarsa.
Kisah dalam lukisan
Spoiler for kisah:
Ketika mengamati lukisan klasik Bali, seseorang sekaligus membaca narasi yang terkandung di dalam lukisan itu. Sumber ide lukisan klasik Bali, umumnya dari epos Mahabharata, Ramayana, atau kisah Tantri dan Pararaton. Lukisan klasik Bali itu dinilai unik dan karya seni tinggi serta memiliki filsafat kehidupan, etika, dan pengetahuan.
Mendunia
Spoiler for mendunia:
Lukisan klasik Bali sudah lama mendunia. Lukisan klasik Bali dijadikan barang koleksi dan barang dagangan serta semakin tersebar sejak Bali bersentuhan dengan industri pariwisata mulai 1930-an. Sementara lukisan klasik Kamasan sudah berkembang sejak zaman Majapahit.
Kamasan merupakan sebuah desa di Klungkung yang disebut-sebut menjadi pusat seni lukis klasik di Bali. Meskipun demikian, seni lukis klasik Bali berkembang dan menyebar ke wilayah lain, di antaranya Denpasar, Badung, Tabanan, Bangli, dan Singaraja serta Gianyar. Situs yang memajang lukisan klasik Bali gaya Kamasan yang cukup lengkap, terdapat di Taman Gili Kerta Gosa, Klungkung.
Sejarah Kamasan
TRADISI megalitik pernah mewarnai kehidupan di Kamasan pada 2000 tahun SM, yang diserap oleh para ke-pande-an dan undagi. Akhirnya, kiprah para pande semakin dikenal, sehingga kepiawaian mereka dimanfaatkan oleh raja sejak kerajaan berpusat di Gelgel (1380-1651). Ketika itu, seni ukir berkembang secara maksimal, yang diaplikasikan pada logam emas atau perak dan dijadikan perlengkapan barang-barang perhiasan Keraton Suweca Linggaarsa Pura Gelgel.
Tidak hanya seni ukir. Seni lukis wayang pun turut berkembang, yang biasanya digunakan untuk hiasan di atas kain, seperti lepramuriak, kober atau umbul-umbul, dan difungsikan sebagai dekorasi di bangunan keraton. Ketika pusat pemerintahan dipindahkan dari Gelgel ke Klungkung oleh Dewa Agung Jambe tahun 1686, kedudukan Desa Kamasan yang mayoritas dihuni sangging dan pande mas tetap dipertahankan. Para seniman dan perajin sangging, pande mas dan banjar-banjar, masih terus menghasilkan lukisan atau ukiran gaya Kamasan atau gaya wayang.
Perluasan produk perajin menjadi kian beragam. Tidak hanya terbatas pada ukiran emas dan perak, tetapi muncul juga seni ukir yang berbahan tembaga, kuningan dan peluru. Produk kesenian mereka berupa lukisan atau ukiran banyak dipesan oleh wisatawan mancanegara atau nusantara.
Sumber: Masuk
0
14.6K
10
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan