Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mashakoAvatar border
TS
mashako
[HOT] Ramai-ramai Tinggalkan Jokowi karena Banyak yg Alergi dgn Pernyataan2nya
Instansi Kepolisian RI dibawah Depdagri


TNI Tak Enak dengan Desakan Pembekuan Babinsa, Isue Bangkitnya PKI, dan Remehkan Analisis Pengadaan MBT Leopard


Daerah-daerah Diancam Kebijakan Fiskal & Jokowi Kelihatan Diktator


Nasib Guru dan Buru Serta Petani Terancam Kebijakan Jokowi bila Berkuasa


Ucapan yang Paling Banyak adalah Konfrontasi dengan Kepentingan Ummat Islam



Ini Penyebab Turunnya Elektabilitas Jokowi Menurut PDB
Selasa, 10/06/2014 19:13 WIB

Jakarta - Survei terbaru yang dilakukan Pusat Data Bersatu (PDB) mengungkap bahwa elektabilitas capres Joko Widodo terus menurun. Pesaingnya justru sebaliknya. Apa alasannya?

Peneliti senior PDB Agus Herta S pun membeberkan alasan penurunan elektabilitas Jokowi. Hal itu diungkapkannya dalam jumpa pers Hasil Survei Capres 2014 oleh PDB di Hotel Puri Denpasar, Kuningan, Jakarta, Selasa (10/6/2014).

Menurut Agus, Jokowi terlalu sering muncul di berbagai media sejak setahun lalu. Ia menilai bahwa hal itu menyebabkan masyarakat mengalami kejenuhan.

"Fenomena Jokowi Effect itu muncul setahun yang lalu, sudah diangkat media berpuluh-puluh kali. Sehingga masyarakat mengalami kejenuhan, karena sisi yang diangkat dari sosok Jokowi itu adalah sisi yang itu-itu saja. Tidak ada sisi baru yang diangkat oleh media," ungkapnya.

Dijelaskan Agus, hal berbeda justru terjadi kepada Prabowo. Kemunculan pasangan cawapres Hatta Rajasa itu dianggap pas karena membawa angin segar di saat Jokowi Effect melempem.

"Walaupun ia sudah mempersiapkan sejak lama, tetapi Prabowo muncul ke media dengan style yang baru, dengan visi yang baru. Dia berbeda dengan Jokowi. Ini yang kemudian sedikit menguntungkan kubu Prabowo. Sehingga Jokowi Effect kebaruannya sudah hilang, masyarakat mulai jenuh pada Jokowi," paparnya.

Agus mewanti-wanti Jokowi dan tim suksesnya agar memikirkan cara menghentikan penurunan elektabilitas itu. "Kalau melihat tren seperti ini dan tidak diantisipasi oleh timnya (Jokowi), maka tidak menutup kemungkinan Prabowo-Hatta bisa menyalip," tandasnya.
http://news.detik.com/pemilu2014/rea...wi-menurut-pdb

Elektabilitas Jokowi anjlok, PDIP cium konspirasi curangi pemilu
Merdeka.com – Min, 29 Jun 2014

Elektabilitas Jokowi anjlok, PDIP cium konspirasi curangi pemilu
MERDEKA.COM. Anggota Tim Kampanye Nasional Joko Widodo dan Jusuf Kalla (Jokowi-JK), Ahmad Basarah tidak percaya dengan hasil sejumlah survei yang menyatakan capres jagoannya mengalami penurunan elektabilitas. Menurut dia, antusiasme masyarakat di berbagai daerah semakin tinggi kepada Jokowi ketika dirinya menemani langsung mantan wali kota Solo itu berkampanye.

Karena itu dia merasa aneh jika hasil survei menyebut elektabilitas Jokowi-JK terus turun. Apalagi, ada survei yang mengatakan jika selisih elektabilitas Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta hanya beda tipis, dia tak percaya akan hal itu.

"Sehingga rasanya aneh kalau elektabilitas Jokowi disebut tidak pernah mengalami peningkatan. Kami menghargai hasil survei yang dilaporkan beberapa lembaga survei akhir-akhir ini. Namun, terhadap hasil survei yang melaporkan perolehan suara Jokowi-JK hanya selisih 3 atau 4 persen lebih banyak dari Prabowo-Hatta sangat tidak sesuai dengan fakta lapangan," ujar Basarah dalam siaran pers yang diterima merdeka.com, Minggu, (29/6).

Wakil Sekjen PDIP ini menduga, skenario kecurangan pilpres telah dimulai. Konspirasi kecurangan pilpres akan dilakukan secara terencana, terstruktur dan masif. Misalnya, pembentukan opini melalui lembaga-lembaga survei yang dibayar.

"Sangat mungkin kecurangan dimulai dari rekayasa pembentukan opini dengan memanfaatkan lembaga-lembaga survei yang akan dibayar untuk mengumumkan hasil survei yang semakin menurunkan elektabilitas Jokowi-JK dan menaikkan elektabilitas Prabowo-Hatta," jelas Basarah.

Dia menambahkan, rekayasa hasil survei tersebut akan merekayasa persepsi publik secara masif. Persepsi publik yang telah terbentuk secara masif tersebut, kata dia, akan ditindaklanjuti dengan rekayasa rekapitulasi suara hasil pilpres.

"Pengalaman pahit proses pemungutan suara pemilu legislatif kemarin masih belum hilang dari ingatan kita. Kecurangan dalam pelaksanaan pileg mulai dari pencoblosan, penghitungan dan rekapitulasi suara yang melibatkan oknum-oknum penyelenggara pemilu yang sebagian besar masih bertugas kembali dalam pemilu presiden ini," tambah anggota Komisi III DPR ini.

Dengan kata lain, menurut Basarah, telah tersedia instrumen yang akan digunakan untuk melakukan berbagai praktik kecurangan dalam pilpres yang akan datang. "Kami mendesak agar KPU dan Bawaslu berani bertindak progresif dan berani mengambil resiko demi menyelamatkan proses pilpres yang demokratis dan bermartabat. Mari kita selamatkan
Mengapa Rakyat & Instansi Pemerintah Alergi bila Jokowi jadi RI-1 & Lari ke Prabowo?

---------------------------

Kalau gua cuma satu kata, dia memang tidak kredibel untuk menjadi seorang Presiden di negeri dengan jumlah penduuduk 240 juta (nomor 4 di Dunia) saat ini.


emoticon-Matabelo
Diubah oleh mashako 03-07-2014 11:29
0
8.4K
110
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan