Supradi Kertamenawi Sekda Solo yg Kalah Telak Lawan Jokowi Saat Pilwakot 2010
TS
Reg.Leader.Jawa
Supradi Kertamenawi Sekda Solo yg Kalah Telak Lawan Jokowi Saat Pilwakot 2010
Barisan Sakit Hati
Kalah Dengan Skor
90,09 % : 9,91 %
Jokowi-Rudy VS KP Eddy S Wirabhumi-Supradi Kertamenawi
PDIP, PAN, PKS VS Demokrat & Golkar
Jadi Wajar Klo Ngomongnya Ngawur
Percaya Rakyat or Percaya Sekda ???
Spoiler for Walikota Solo: Pernyataan mantan Sekda jelekkan Jokowi itu basi:
Merdeka.com - Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo menyatakan pernyataan mantan Sekda Kota Solo Supradi Kertamenawi yang menjelek-jelekan Jokowi pada masa menjadi Wali Kota Solo merupakan cerminan rasa kekecewaan. Pasalnya, pada tahun 2010, Supradi merupakan calon Wakil Walikota yang menjadi rival pasangan Jokowi dan Rudy saat pilwalkot di Solo dan dimenangkan oleh Jokowi .
"Pernyataan Pak Supradi itu tidak betul. Semuanya nggak bener. Itu merupakan pernyataan kekecewaan Supradi yang kalah saat Pilwalkot Solo saat berhadapan dengan Calon Walikota Solo Pak Jokowi yang kebetulan wakilnya saya," tegas Rudy saat dikonfirmasi merdeka.com Rabu (2/6) melalui telepon selulernya.
Rudy menilai pernyataan Supradi itu merupakan pernyataan yang sudah kuno, uzur dan dinilai basi. Pernyataan itu sudah pernah diangkat dimedia saat Jokowi maju menjadi Calon Gubernur DKI Jakarta dan memenangkan pertarungan Pilgub DKI Jakarta. Yang saat itu bersaing dengan Hidayat Nur Wahid - Faizal Basri dan Foke - Priyanto.
"Itu isu basi yang pernah diangkat dia (Supradi) saat Mas Jokowi maju Pilgub DKI Jakarta dan saat ini saat mas Jokowi maju Pilpres diangkat kembali. Itu isu kuno!" Ungkapnya.
Rudy juga membantah jika Supradi menyatakan bahwa Jokowi saat menjadi wali kota, tak sesukses yang diomongkan banyak orang. Apalagi banyak fasilitas yang saat ini mangkrak, seperti misalnya, pembangunan beberapa taman, seperti Sekar Taji, Terminal Tirtonadi, City Walk yang semrawut, Railbus, Pasar tradisional, dan lain-lain.
"Tidak ada yang mangkrak. Taman-taman bias dicek sendiri, bagaimana kondisinya. Pasar Tradisional terus kita bangun. Kalau Terminal Tirtonadi, ini kan memerlukan anggaran yang besar. APBD kita kan tidak mampu, sehingga pembangunannya harus bertahap, atau muli year. Kita juga harus menunggu turunnya bantuan APBD Provinsi dan APBN. Pembangunan berjalan terus, nggak ada yang mangkrak," ujarnya.
Sekda Bohon Soal Pakaian
Spoiler for Pakaian:
Selain itu Rudy juga membantah pernyataan mantan Sekda Kota Solo, Supradi Kertamenawi, yang menyatakan penampilan Jokowi dengan pakaian yang sederhana saat menjadi Gubernur atau capres hanya pencitraan. Rudy menambahkan penampilan Jokowi saat ini dengan baju putih atau kotak-kotak, celana hitam dan sepatu ket, merupakan keseharian Jokowi di Solo, saat dan sebelum menjadi wali kota.
"Kalau ada yang bilang tiap hari selalu pakai jas dasi, jas dasi, itu nggak benar. Kalau ke kantor memang iya. Kan ada hari-hari resmi yang kadang harus pakai jas, pakai pakaian adat dan lain-lain. Kalau saya ajak ke lapangan, menemui warga ya pakaiannya seperti di Jakarta itu," ujarnya.
Rudy menyampaikan mantan koleganya di Solo tersebut tidak pernah melakukan pencitraan. Apalagi hanya lewat pakaian atau penampilan. Menurutnya Jokowi tipe orang yang suka bekerja keras, ikhlas serta apa adanya.
Sementara itu, pengasuh Jokowi saat masih SD, Sutarti menambahkan, Jokowi tipe orang yang apa adanya. Wanita pensiunan guru yang saat ini tinggal di Kampung Nayu, Nusukan, Solo tersebut, tidak yakin hanya dengan merubah penampilan akan membuat Jokowi meraih keuntungan atau ketenaran.
Dari kecil penampilannya ya seperti itu. Saya kenal dia sejak kecil di Cinderejo, belakang terminal. Tiap hari saya antar naik sepeda onthel kalau mau pergi. Tidak ada yang berubah, dia sosok yang apa adanya, pendiam dan tidak macam-macam, katanya.
Sebelumnya, Supradi Kertamenawi, mantan Sekda Kota Solo era Jokowi menyebut penampilan capres PDIP yang terkesan sederhana dan merakyat, dengan baju putih atau kotak-kotak, celana hitam serta sepatu ket, hanya sebuah pencitraan belaka. Tujuannya adalah merebut simpati atau hati rakyat, agar citranya naik.
"Dulu waktu menjadi wali kota apa pernah pakai pakaian seperti itu. Pakainya ya jas dan dasi, selalu jas dan dasi setiap hari. Sekarang kan nyatanya seperti itu. Kalau yang ngerti, ya, Jokowi nyatane mung (ternyata hanya) bohong," ujarnya.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika, Yosca Herman Soedrajad menambahkan, pembangunan terminal terbesar Jawa Tengah tersebut ditargetkan selesai 2015. Saat ini pihaknya akan menyelesaikan pembangunan sisi timur yang telah dimulai beberapa waktu lalu.
"Kita lagi kebut terminal timur. Yang barat lantai satu kan sudah selesai. Kami harapkan saat lebaran nanti sudah bias dipakai, meski belum sempurna," katanya.
Terkait kondisi city walk yang semrawut, Rudy mengakui cukup sulit menertibkan PKL yang nekat berjualan. Sementara untuk pelanggaran parkir di city walk, inas terkait sudah melakukan tindakan tegas.
"Yang namanya mengatur orang banyak kan sulit, perlu pendekatan. Mereka juga cari makan. Kalau untuk parkir, Dishubkominfo sudah tegas. Kendaraan yang nekat parkir di city walk pasti akan digembok atau ditilang," tandasnya.
Sementara itu untuk railbus yang tidak lagi beroperasi, Rudy mengatakan hal tersebut menjadi kewenangan pemerintah pusat atau PT KAI. Karena menyangkut sumber daya manusia yang tak bias dilakukan oleh pemerintah kota.
"Railbus itu kewenangan pusat, dulu kan bantuan dari menteri. Kalau kita harus mensubsidi operasionalnya, jelas kita nggak mampu. Kita masih terus upayakan dengan PT KAI atau kementerian, agar Railbus bias jalan lagi," pungkasnya.
Pemilihan umum adalah ajang ”penghakiman” calon kepala daerah petahana atau incumbent, termasuk dalam pemilu kepala daerah. Pemilu kedua akan membuktikan apakah calon tersebut dinilai berhasil menyejahterakan rakyatnya atau tidak.
Joko Widodo (Jokowi), yang berpasangan dengan FX Hadi Rudyatmo, meraih kemenangan fenomenal dalam Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Solo 2010, 26 April lalu. Keduanya meraup suara 90,09 persen. Berdasarkan catatan pilkada, perolehan suara itu beda sedikit dengan kemenangan pasangan petahana Herman Sutrisno-Akhmad Dimyati di Pilkada Banjar, Kalimantan Selatan, pada 2008, sebesar 92,19 persen.
Spoiler for Lawannya Ternyata si Sekda Solo:
Pasangan petahana yang terkenal dengan panggilan Jokowi-Rudy ini diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) serta didukung Partai Amanat Nasional dan Partai Keadilan Sejahtera. Pasangan ini hanya kalah di satu tempat pemungutan suara (TPS) dari 932 TPS. Pasangan ini rencananya dilantik pada 28 Juli mendatang.
Satu-satunya pesaing Jokowi-Rudy, KP Eddy S Wirabhumi-Supradi Kertamenawi yang diusung Partai Demokrat dan didukung Partai Golkar, hanya mengumpulkan suara 9,91 persen. Dalam pilkada ini, angka partisipasi mencapai 71,80 persen dari 393.703 jiwa dalam daftar pemilih tetap.
Spoiler for Aspirasi rakyat:
Apakah kemenangan Jokowi-Rudy mencerminkan seperti itu aspirasi rakyat? Sumarno (42), tukang becak yang biasa mangkal di depan Pura Mangkunegaran, menilai Jokowi sebagai sosok yang mau menyapa rakyat kecil dan kerjanya sebagai wali kota selama 2005-2010 terlihat nyata.
Sumarno terkesan dengan upaya penataan kota yang dilakukan Jokowi, seperti di koridor Ngarsapura dengan memindahkan toko-toko elektronik yang semula memenuhi sisi kanan dan kiri koridor ke pasar elektronik yang dibangun Pemerintah Kota Solo. Lahan tempat berdirinya toko adalah tanah negara. Kawasan Ngarsapura kini menjadi ruang publik yang cantik. ”Wajah Pura Mangkunegaran jadi terlihat, tidak seperti dulu, tertutup deretan toko,” kata warga Kampung Keprabon ini, Selasa (18/5) di Jawa Tengah.
Kesan sama dikemukakan Rino Handoyo (25), warga Kadipiro, Banjarsari, yang berjualan jus buah di dekat Stadion R Maladi, Sriwedari. Ia memberikan apresiasi terhadap Program Kesehatan Masyarakat Solo (PKMS) yang diberikan kepada warga yang tidak memperoleh jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas) atau asuransi kesehatan (askes).
Ayah Rino, yang menderita gangguan prostat dan harus dirawat sebulan di Rumah Sakit Dr Moewardi, hanya mengeluarkan 80 persen dari total biaya Rp 15 juta dengan menggunakan kartu PKMS seri silver. Kartu seri gold yang diberikan untuk warga miskin Kota Solo malah menggratiskan seluruh biaya pengobatan.
Spoiler for Bukti Nyata:
Salah satu prestasi Jokowi-Rudy dalam memimpin Kota Solo, yang diakui warga Solo dan luar Kota Solo, adalah model pendekatan dalam penataan pedagang kaki lima (PKL). Pada saat Satuan Polisi Pamong Praja di kota lain ribut dengan PKL, di Solo, pemindahan hampir 1.000 PKL dari Monumen ’45 Banjarsari ke Pasar Klithikan, Notoharjo, tanpa kekerasan.
Perhatian Jokowi-Rudy terhadap masyarakat tidak diragukan lagi. Bahkan, sehari menjelang kampanye, Pemkot Solo meluncurkan Bantuan Pendidikan Masyarakat Solo (BPMS) untuk 43.000 siswa yang menggratiskan biaya pendidikan untuk siswa SD-SMA.
Selain figur Jokowi yang dinilai luar biasa, kesuksesan Jokowi-Rudy itu juga didukung tim sukses yang solid. ”Di wilayah yang menunjukkan keragu-raguan terhadap Jokowi-Rudy, kami melakukan pendekatan rendah hati, mengembangkan dialog intersubyektif. Strategi kami disebut andap asor,” kata Ketua Tim Kampanye Jokowi-Rudy, Putut Gunawan.
Suwardi, dosen dan peneliti dari Laboratorium Kebijakan Publik Universitas Slamet Riyadi, Solo, mengungkapkan, hasil survei Desember 2009 menunjukkan, akseptabilitas Jokowi mencapai 78,6 persen, Rudy 8 persen, dan Eddy 2,2 persen.
Dukungan terhadap Jokowi untuk maju sebagai bakal calon wali kota dari lintas pemilih parpol mencapai 93,0 persen. Survei yang digelar tiga minggu menjelang hari-H pilkada menunjukkan elektabilitas Jokowi-Rudy 85,7 persen dan seminggu sebelum hari-H mencapai 90 persen. ”Sosok Jokowi yang merupakan profesional pebisnis tanpa latar belakang politik kepartaian mampu mematahkan mitos sekat-sekat ideologi perpolitikan lokal,” kata Suwardi.
Sekda Solo
Supradi Kertamenawi
Hanya Mengumpulkan 9,91% suara
Masih di percaya, Omongan Orang Sakit Hati ?
Percaya Mana Dengan
Sumarno ( tukang becak ) dan Rino Handoyo( Penjual jus )
Dalam Hal Pelayanan Untuk Rakyat Solo