- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Indonesia Idiot ???


TS
nyctophilia
Indonesia Idiot ???
Dear All. Nggak peduli tulisan ini repost atau nggak. Tapi dah check, Sepertinya Nggak Repost.
Tulisan Ini Dari Tahun 2008, tapi tetap Ajah Ngenes Bacanya. Monggo Di Baca Trus komen...., Di BACA Kemudian Komen Yak...!!!
Bukan Tulisan Saya..., Hanya Mau Share...
(dibagi yaa…prihatin tapi nyata nih. yuk, kita lihat.. )
kemarin setelah posting tulisan dekap, saya kedatangan tamu agung. teman waktu masih aktif di pembinaan anak Salman yang menjadi relawan di sebuah desa tertinggal, sebut saja desa X ; Y Selatan – Jawa Barat. maaf tidak disebut nama desanya karena mau saya bahas, hehehe. takut salah paham.
pengen nangis loh mendengarnya..
begini..
desa itu desa tertinggal, hanya memiliki pendidikan sampai SD. maka teman saya dan kelompoknya melakukan survey tuk mencoba memberdayakan kehidupan di sana. ada pertanian, peternakan termasuk tambang rakyat. kelompok teman saya ini ada yang lulusan ITB, dokter dsbnya. meski mereka terpelajar dan lulusan institusi yang luarbiasa tuk sekelas kota, tapi di sana sungguh tidak berlaku.
contoh : pembicaraan dg penduduk setempat, yang sudah diterjemahkan, karena pastinya dalam bahasa sunda
- bapak ini sekolahnya lulusan mana?
- saya dari ITB, institut teknologi bandung.
- wah, lebih bagus uninus atuh yaa.. universitas nusantara. nusantara kan lebih besar dari bandung.
hehehehe…
yang ITB ini memang agak lucu, tapi tidak dengan ini..
ada penjual bandros (panganan rakyat khas sunda). satu bandros harganya 100 rupiah. maka seribu rupiah dapat 10 bandros. dan dua ribu rupiah dapat 20 bandros.
lalu teman saya membeli seharga 5000 rupiah, maka dapat berapa buah bandros?
penjual bandros malah memberi seadanya.
- loh? kok seadanya..? bukankah 5000 rupiah maka dapat 50 bandros?
ternyata lepas dari hitungan 20, sang penjual bandrosnya sudah tidak ngerti. sudah tidak bisa menghitungnya!
haduhhhh… logikanya mentok sampai hitungan 20.. dan bisa jadi karena rezekinya disana mentok di angka 2000 rupiah. tidak pernah ada yang membeli lebih dari angka itu.
lalu yang lainnya, tuk anak usia smp yang dibimbingnya..
- kalau teteh lahir tahun sekian, maka berapakah umur teteh sekarang?
mereka tidak bisa menjawab…
atau ketika belajar mengukur. hanya tinggal membaca alat ukur tuh. jika 1 meter = 100cm, berapakah tinggimu?
- 8 cm..
hah? kebayang ga sih 8 cm itu semana tingginya??
atau ketika baru saja mereka mengadakan upacara 17 agustus di lokasi sekolah buatan teman2 para relawan itu, lalu anak-anak desa itupun ditanya..
- nah, tanggal berapakah indonesia merdeka?
iiih.., mereka tidak juga bisa menjawab. padahal barusan kan upacara untuk merayakan kemerdekaan indonesia, kok ga ngeh??
walah, parah yaa…??
katanya.. kalau sekilas, di sekolah terbuka buatan teman-teman relawan itu, anak-anak desa antusias dan tertib melipat tangan di meja. sepertinya siap menerima pelajaran. bikin teman saya merasa bangga melihatnya. tapi konon….., apa yang baru saja diajarkan, trus ditanyakan kembali, mereka tidak bisa menjawab. seolah tidak ada yang nyangkut di otak mereka!
kok bisa sih??
dan akhirnya, teman saya itu mengundang teman lainnya yang psikolog. setelah diadakan tes IQ secara random di wilayah kecamatan itu, hasilnya adalah : 60% dungu cenderung idiot!!
penyebabnya : – kemiskinan, – kurang gizi, – kurang stimulus.
aaarghhh, pengen jerit deh saya mendengarnya..
trus, sebagaimana di desa, mereka memiliki tokoh agama yang disegani. nah, mereka hanya hafal ayat-ayat qur’an karena dibacakan oleh ajengan atau kyai desanya. tapi tanpa mengolah apa-apa, hanya dituturkan lalu ditiru. asli hanya menerima dan tak bisa mengolah. orang tua mereka juga bukan orang tua yang rajin berbicara dengan anaknya. rata-rata hanya buruh tani dan pengrajin gula aren. pendapatan mereka minim sekali. di potensi tambang rakyatnyapun, mereka hanya mencari emas muda dan timah hitam. tapi itupun minim dan malah menyebabkan kerusakan lingkungan yang sulit tuk diarahkan.
di desa sana, listrik sudah masuk. tapi setiap rumah hanya memiliki satu lampu ukuran 5 watt! karena katanya mereka takut tak mampu membayar listrik. mereka miskin..
trus secara tata krama, juga cenderung buruk. ga ngerti adab!
contoh : mereka diajari tuk meminta izin dulu jika ingin mengambil buah-buahan yang ditanam di wilayah tanah garapan teman2 saya itu. e.. penduduk setempat itu lebih memilih mencuri daripada bilang dulu. karena katanya malu.
loh?
kemudian seperti diajari pamit cium tangan pada ortu sebelum berangkat sekolah, e.. ortunya malah ga pada mau di cium tangannya atau anaknya pamit sekolah, katanya – malu-maluin.
atau kalau lagi panen, maka anak-anak itu tidak diizinkan sekolah oleh ortunya, malah disuruh membantu di sawah. atau kalaupun boleh sekolah, sambil membawa dan mengasuh adiknya karena ibunya bantu panen di sawah. kata teman saya kadang adiknya pup di sekolah dsbnya, maka kapan belajarnya??
halahh.. mereka bodoh sekali, begitu kata teman saya. cape deh ngajarinnya. makan ati.
saya sempat heran, bukankah masyarakat desa cenderung masih mengerti unggah-ungguh atau tata krama? jawab teman saya, ada nilai-nilai yang hilang dan berganti kebiasaan buruk sejak banyak dari mereka ber-urbanisasike kota. di kota mereka mentok hanya jadi pedagang asongan. bergaul di terminal dan bersama preman. maka ketika pulang kampung, para urban ini membawa pengaruh kota yang sebatas pergaulan terminal itu ke desanya. sementara buat saudara mereka di desa, yang pulang dari kota itu adalah keren. belum lagi pengaruh televisi. mereka itu telan bulat-bulat saja.
maka jauh deh dari pikiran kita ttg desa indonesia yang indah dan baik hati.
trus mereka nikah di usia lulus SD. kimpoi cerai marak. seorang wanita bahkan kimpoi cerai hingga 4-5 kali. sampai lupa, ini anak dari bapaknya yang mana yaa??
bahkan ada satu desa yang perempuan semua. itu biasanya, adalah para istri yang ditinggal suaminya menjadi pedagang asongan di kota. lalu ada desa yang lelaki semua. ini desa yang berisi para suami yang istrinya jadi TKW. dan banyak TKW yang pulang lalu jadi gila di kampung itu. bayangkan, pulang-pulang dari negeri sebrang, yang didapatkan anaknya busung lapar dan suami sudah beristri lagi. uang yang dikirimi dari hasil kerja nun jauh di sana, habis tak ada bekasnya. jadilah stress dan sakit jiwa.
oya, kata teman saya, adalah wajar kalau para TKI kita dianiaya di negeri sebrang. mereka memang bodoh dan bebal. bisa jadi para majikannya juga kesal ga karuan. wong, teman saya itu saja mengaku makan ati.
aduh..
lalu istri teman saya cerita, dia mengajari mata pelajaran kesenian. wah, penduduk desa itu memang penggemar dangdut ya. tapi masa sih nyanyi lagu Indonesia Raya terdengar seperti lagunya evi tamala.. cengkoknya dangdut! jadi mau lagu apapun, jadinya mendadak dangdut semua! pusingggg…
halahhh..??
belum lagi persoalan korupsi. di desa lebih gila-gilaan!
sebut saja gaji guru PNS disana 1,5 jt kok sebulan. tapi jauh dari dedikasi pada dunia pendidikan. bahkan tak jarang gedung kelas terkunci dan gurunya tidak ada ditempat. sehingga anak-anak tidak bisa belajar dalam kelas. belum lagi dana bantuan spt dana BOS yang dipotong oleh aparat desa setempat. PNS yang nota bene sarjana loh yang korup. itu waktu teman saya masih membantu ngajar honorer di SD setempat. gaji dia sebagai guru honorer 600 ribu, se-ta-hun! itupun masih dipotong ini itu tuk birokrasi.
sesudah teman saya itu membuat smp terbuka dan menginduk pada Depag, harusnya mereka mendapat dana bantuan dari pemerintah, sebut saja sejumlah 15 jt tuk mesin jahit demi pemberdayaan anak-anak. lah, dipotong oleh birokrat desa hanya jadi 10 jt. wah, banyak banget ditilepnya??
itu masih mending katanya. ketika tahun berikutnya teman2 saya itu lupa meminta, e… ga dikasih sama sekali dana yang harusnya ada setiap tahun itu. alias dimakan sendirian oleh oknum. bahkan nih, kalau ada tes UN atau persamaan yang diminta oleh diknas setingkat bupati, para oknum ini asal ambil orang tuk ikut tes. asal demi terselenggara saja tes persamaan dan yang penting : dananya turun.
haduhhh.. buruk banget ya mentalnya??
pemilihan kades pun banyak yang berbau politik uang. ceritanya, karena sering berbenturan dengan birokrasi, demi perubahan teman saya dan kelompoknya, mendukung salah seorang dari mereka tuk masuk birokrasi desa itu. mereka dijegal dengan alasan bukan penduduk asli setempat. merekapun mendekati ulama setempatpun, e.. ulamapun bisa dibeli hanya dg satu buah handphone oleh saingannya!
komentar teman saya : yeeey, kita2 kan juga urang sunda. Dede Yusuf dan Heriyawan itu juga bisa jadi bisa gubernur Jabar dengan KTPnya jakarta loh? ah, sedih deh katanya.
tuk yang setingkat lebih tinggi lagi, teman saya dan kelompoknya itu mencoba ikutan mendukung seseorang yang dirasa bagus deh. tapi calon ini ga punya banyak uang. maka datanglah teman saya itu ke sebuah partai islam yang selama ini terkenal sholeh, bersih dan visi islamnya bagus banget. eee.. kata ketua DPC partai itu, – kami bersedia, asal ada uang 6 M!!
hah?? komentar teman saya, padahal… padahal… padahal.. partai itukan terkesan bagus islamnya. tapi apa????
hehehe, kalau soal partai itu, dari dulu saya mah sudah say : NO!
berat yaa…
dan idiot..??
saya tertegun loh, idiotkah bangsa kita ini?
teman saya sampai bilang, kalau kita mau maju, harus hilang dulu deh satu generasi ini. mereka sudah terlanjur rusak.
wah, masa sih kita mendoakan bangsa kita seperti itu yaa?? saya ga tega.
tapi ini memang nyata. saya tahu teman saya tidak mungkin berbohong. ini kenyataan mereka di desa itu. si mbak yang kerja di rumah juga pernah cerita ttg desanya, yang ah.. remajanya mulai cenderung bodoh. maka saya berusaha memacu si mbak tuk belajar ini itu. dan catat ya, desa si mbak, masih di pulau Jawa. desa yang digarap teman saya itu, di Jawa Barat, ga jauh dari Jakarta, ibukota negara ini. nah, itu saja sudah begitu buruknya. bagaimana di daerah lain di indonesia yang luas ini???
hmm, ini ga lagi a child called it deh..
tapi a nation called it!
bangsa ini telah lama dibiarkan begitu saja, tidak diurus dan hanya di indentikkan dengan segala yang buruk-buruk saja. mari kita berpikir positif deh ttg bangsa kita, agar kita tidak turut terus memburuk keadaan, tapi agar termotivasi minimal mempositifkan energi di sekitar kita.
nah, seperti di tulisan saya ‘dekap’. pendampingan dari teman saya dan kelompoknya di desa itu, bersifat perorangan dan parsial. dan itu tuh sulit sekali mengingat sering terbentur oleh birokrasi setempat dan pendanaan yang seadanya. karena selama ini, mereka hanya berawal dari kesadaran bersama-sama saja. harus sudah dilawan setara lembaga deh. pendampingannya harus sekelas lembaga dan langsung pada murid-murid di sana. harus ditulari kebiasaan baik dan itu berkesinambungan.
lalu di setiap karakter desa, pendidikan harus sarat muatan lokal dari keseharian mereka. agar pendidikan menjadi solusi hidup mereka. sebut saja desa dengan budaya pertanian ya lebih banyak materi yang dikembangkan lewat pertanian. begitu juga desa nelayan, desa pengrajin batik, dst-dstnya. kembali ke alamnya deh, indonesia jangan meninggalkan keaslian budaya rakyatnya. trus mungkin saja ada satu atau lima anak yang memang cerdas sehingga bisa melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih baik, bahkan ikut berkompetisi di kota. teman saya menemukan satu anak yang pinter di kecamatan itu, dalam tiga bulan di bimbing sudah bisa menang juara lomba matematika tingkat kabupaten.
dan selebihnya, kembali ke agraris dan maritim ini juga tuk nilai jual baru tuk Indonesia. jangan cuma mengandalkan sektor minyak, industri, properti dan yang selama ini aja deh. ya ga?
oya, bayangkan. teman saya itu dari desa terpencil itu ke bandung bahkan lalu dilanjutkan ke bogor, hanya dengan motor. itupun membawa istri dan dua anaknya. disatu sisi saya salut dan bangga, sangat penuh apresiasi deh atas kegigihan dan perjuangannya. tapi di satu sisi, saya realistis- ingin juga melihat kehidupan teman saya itu membaik secara materi.
huahhhh!!
dimana presidenmu wahai negeriku??
betapa para pemimpin itu telah memberi contoh sangat buruk selama ini!
kalian mengaku pinter hanya tuk korupsi??
higs.. indonesiaku sayang, indonesiaku malang
dan teman saya setuju dengan saya, bukan agama solusi dari keadaan buruk ini, tapi NASIONALISME!!
dan masihkah harus dipertanyakan??
Tuhan, tolong bangsa dan negaraku dong.. plisss..
aku berlutut dan sujud padaMu, aku mohon.. plisss.. higs
salam
anis
Gw dah bosan dengan hingar Bingar PilPres Yang Penuh Kemunafikan. Mari Berharap Presiden Yang Terpilih Nanti, Bebas Dari Kepentingan Kelompok
Sumber Ada Di Sini <-- Maap Pake Shortener, Saya Mau Liat Berapa Orang Yang Berkunjung Ke Web Aslinya
Terima Kasih.
Tulisan Ini Dari Tahun 2008, tapi tetap Ajah Ngenes Bacanya. Monggo Di Baca Trus komen...., Di BACA Kemudian Komen Yak...!!!
Bukan Tulisan Saya..., Hanya Mau Share...
Quote:
(dibagi yaa…prihatin tapi nyata nih. yuk, kita lihat.. )
kemarin setelah posting tulisan dekap, saya kedatangan tamu agung. teman waktu masih aktif di pembinaan anak Salman yang menjadi relawan di sebuah desa tertinggal, sebut saja desa X ; Y Selatan – Jawa Barat. maaf tidak disebut nama desanya karena mau saya bahas, hehehe. takut salah paham.
pengen nangis loh mendengarnya..
begini..
desa itu desa tertinggal, hanya memiliki pendidikan sampai SD. maka teman saya dan kelompoknya melakukan survey tuk mencoba memberdayakan kehidupan di sana. ada pertanian, peternakan termasuk tambang rakyat. kelompok teman saya ini ada yang lulusan ITB, dokter dsbnya. meski mereka terpelajar dan lulusan institusi yang luarbiasa tuk sekelas kota, tapi di sana sungguh tidak berlaku.
contoh : pembicaraan dg penduduk setempat, yang sudah diterjemahkan, karena pastinya dalam bahasa sunda

- bapak ini sekolahnya lulusan mana?
- saya dari ITB, institut teknologi bandung.
- wah, lebih bagus uninus atuh yaa.. universitas nusantara. nusantara kan lebih besar dari bandung.
hehehehe…
yang ITB ini memang agak lucu, tapi tidak dengan ini..
ada penjual bandros (panganan rakyat khas sunda). satu bandros harganya 100 rupiah. maka seribu rupiah dapat 10 bandros. dan dua ribu rupiah dapat 20 bandros.
lalu teman saya membeli seharga 5000 rupiah, maka dapat berapa buah bandros?
penjual bandros malah memberi seadanya.
- loh? kok seadanya..? bukankah 5000 rupiah maka dapat 50 bandros?
ternyata lepas dari hitungan 20, sang penjual bandrosnya sudah tidak ngerti. sudah tidak bisa menghitungnya!
haduhhhh… logikanya mentok sampai hitungan 20.. dan bisa jadi karena rezekinya disana mentok di angka 2000 rupiah. tidak pernah ada yang membeli lebih dari angka itu.
lalu yang lainnya, tuk anak usia smp yang dibimbingnya..
- kalau teteh lahir tahun sekian, maka berapakah umur teteh sekarang?
mereka tidak bisa menjawab…

atau ketika belajar mengukur. hanya tinggal membaca alat ukur tuh. jika 1 meter = 100cm, berapakah tinggimu?
- 8 cm..
hah? kebayang ga sih 8 cm itu semana tingginya??

atau ketika baru saja mereka mengadakan upacara 17 agustus di lokasi sekolah buatan teman2 para relawan itu, lalu anak-anak desa itupun ditanya..
- nah, tanggal berapakah indonesia merdeka?
iiih.., mereka tidak juga bisa menjawab. padahal barusan kan upacara untuk merayakan kemerdekaan indonesia, kok ga ngeh??
walah, parah yaa…??
katanya.. kalau sekilas, di sekolah terbuka buatan teman-teman relawan itu, anak-anak desa antusias dan tertib melipat tangan di meja. sepertinya siap menerima pelajaran. bikin teman saya merasa bangga melihatnya. tapi konon….., apa yang baru saja diajarkan, trus ditanyakan kembali, mereka tidak bisa menjawab. seolah tidak ada yang nyangkut di otak mereka!
kok bisa sih??
dan akhirnya, teman saya itu mengundang teman lainnya yang psikolog. setelah diadakan tes IQ secara random di wilayah kecamatan itu, hasilnya adalah : 60% dungu cenderung idiot!!
penyebabnya : – kemiskinan, – kurang gizi, – kurang stimulus.
aaarghhh, pengen jerit deh saya mendengarnya..

trus, sebagaimana di desa, mereka memiliki tokoh agama yang disegani. nah, mereka hanya hafal ayat-ayat qur’an karena dibacakan oleh ajengan atau kyai desanya. tapi tanpa mengolah apa-apa, hanya dituturkan lalu ditiru. asli hanya menerima dan tak bisa mengolah. orang tua mereka juga bukan orang tua yang rajin berbicara dengan anaknya. rata-rata hanya buruh tani dan pengrajin gula aren. pendapatan mereka minim sekali. di potensi tambang rakyatnyapun, mereka hanya mencari emas muda dan timah hitam. tapi itupun minim dan malah menyebabkan kerusakan lingkungan yang sulit tuk diarahkan.
di desa sana, listrik sudah masuk. tapi setiap rumah hanya memiliki satu lampu ukuran 5 watt! karena katanya mereka takut tak mampu membayar listrik. mereka miskin..
trus secara tata krama, juga cenderung buruk. ga ngerti adab!
contoh : mereka diajari tuk meminta izin dulu jika ingin mengambil buah-buahan yang ditanam di wilayah tanah garapan teman2 saya itu. e.. penduduk setempat itu lebih memilih mencuri daripada bilang dulu. karena katanya malu.
loh?
kemudian seperti diajari pamit cium tangan pada ortu sebelum berangkat sekolah, e.. ortunya malah ga pada mau di cium tangannya atau anaknya pamit sekolah, katanya – malu-maluin.
atau kalau lagi panen, maka anak-anak itu tidak diizinkan sekolah oleh ortunya, malah disuruh membantu di sawah. atau kalaupun boleh sekolah, sambil membawa dan mengasuh adiknya karena ibunya bantu panen di sawah. kata teman saya kadang adiknya pup di sekolah dsbnya, maka kapan belajarnya??
halahh.. mereka bodoh sekali, begitu kata teman saya. cape deh ngajarinnya. makan ati.
saya sempat heran, bukankah masyarakat desa cenderung masih mengerti unggah-ungguh atau tata krama? jawab teman saya, ada nilai-nilai yang hilang dan berganti kebiasaan buruk sejak banyak dari mereka ber-urbanisasike kota. di kota mereka mentok hanya jadi pedagang asongan. bergaul di terminal dan bersama preman. maka ketika pulang kampung, para urban ini membawa pengaruh kota yang sebatas pergaulan terminal itu ke desanya. sementara buat saudara mereka di desa, yang pulang dari kota itu adalah keren. belum lagi pengaruh televisi. mereka itu telan bulat-bulat saja.
maka jauh deh dari pikiran kita ttg desa indonesia yang indah dan baik hati.
trus mereka nikah di usia lulus SD. kimpoi cerai marak. seorang wanita bahkan kimpoi cerai hingga 4-5 kali. sampai lupa, ini anak dari bapaknya yang mana yaa??
bahkan ada satu desa yang perempuan semua. itu biasanya, adalah para istri yang ditinggal suaminya menjadi pedagang asongan di kota. lalu ada desa yang lelaki semua. ini desa yang berisi para suami yang istrinya jadi TKW. dan banyak TKW yang pulang lalu jadi gila di kampung itu. bayangkan, pulang-pulang dari negeri sebrang, yang didapatkan anaknya busung lapar dan suami sudah beristri lagi. uang yang dikirimi dari hasil kerja nun jauh di sana, habis tak ada bekasnya. jadilah stress dan sakit jiwa.
oya, kata teman saya, adalah wajar kalau para TKI kita dianiaya di negeri sebrang. mereka memang bodoh dan bebal. bisa jadi para majikannya juga kesal ga karuan. wong, teman saya itu saja mengaku makan ati.
aduh..

lalu istri teman saya cerita, dia mengajari mata pelajaran kesenian. wah, penduduk desa itu memang penggemar dangdut ya. tapi masa sih nyanyi lagu Indonesia Raya terdengar seperti lagunya evi tamala.. cengkoknya dangdut! jadi mau lagu apapun, jadinya mendadak dangdut semua! pusingggg…
halahhh..??
belum lagi persoalan korupsi. di desa lebih gila-gilaan!
sebut saja gaji guru PNS disana 1,5 jt kok sebulan. tapi jauh dari dedikasi pada dunia pendidikan. bahkan tak jarang gedung kelas terkunci dan gurunya tidak ada ditempat. sehingga anak-anak tidak bisa belajar dalam kelas. belum lagi dana bantuan spt dana BOS yang dipotong oleh aparat desa setempat. PNS yang nota bene sarjana loh yang korup. itu waktu teman saya masih membantu ngajar honorer di SD setempat. gaji dia sebagai guru honorer 600 ribu, se-ta-hun! itupun masih dipotong ini itu tuk birokrasi.

sesudah teman saya itu membuat smp terbuka dan menginduk pada Depag, harusnya mereka mendapat dana bantuan dari pemerintah, sebut saja sejumlah 15 jt tuk mesin jahit demi pemberdayaan anak-anak. lah, dipotong oleh birokrat desa hanya jadi 10 jt. wah, banyak banget ditilepnya??
itu masih mending katanya. ketika tahun berikutnya teman2 saya itu lupa meminta, e… ga dikasih sama sekali dana yang harusnya ada setiap tahun itu. alias dimakan sendirian oleh oknum. bahkan nih, kalau ada tes UN atau persamaan yang diminta oleh diknas setingkat bupati, para oknum ini asal ambil orang tuk ikut tes. asal demi terselenggara saja tes persamaan dan yang penting : dananya turun.
haduhhh.. buruk banget ya mentalnya??
pemilihan kades pun banyak yang berbau politik uang. ceritanya, karena sering berbenturan dengan birokrasi, demi perubahan teman saya dan kelompoknya, mendukung salah seorang dari mereka tuk masuk birokrasi desa itu. mereka dijegal dengan alasan bukan penduduk asli setempat. merekapun mendekati ulama setempatpun, e.. ulamapun bisa dibeli hanya dg satu buah handphone oleh saingannya!
komentar teman saya : yeeey, kita2 kan juga urang sunda. Dede Yusuf dan Heriyawan itu juga bisa jadi bisa gubernur Jabar dengan KTPnya jakarta loh? ah, sedih deh katanya.
tuk yang setingkat lebih tinggi lagi, teman saya dan kelompoknya itu mencoba ikutan mendukung seseorang yang dirasa bagus deh. tapi calon ini ga punya banyak uang. maka datanglah teman saya itu ke sebuah partai islam yang selama ini terkenal sholeh, bersih dan visi islamnya bagus banget. eee.. kata ketua DPC partai itu, – kami bersedia, asal ada uang 6 M!!
hah?? komentar teman saya, padahal… padahal… padahal.. partai itukan terkesan bagus islamnya. tapi apa????
hehehe, kalau soal partai itu, dari dulu saya mah sudah say : NO!

berat yaa…
dan idiot..??
saya tertegun loh, idiotkah bangsa kita ini?
teman saya sampai bilang, kalau kita mau maju, harus hilang dulu deh satu generasi ini. mereka sudah terlanjur rusak.
wah, masa sih kita mendoakan bangsa kita seperti itu yaa?? saya ga tega.

tapi ini memang nyata. saya tahu teman saya tidak mungkin berbohong. ini kenyataan mereka di desa itu. si mbak yang kerja di rumah juga pernah cerita ttg desanya, yang ah.. remajanya mulai cenderung bodoh. maka saya berusaha memacu si mbak tuk belajar ini itu. dan catat ya, desa si mbak, masih di pulau Jawa. desa yang digarap teman saya itu, di Jawa Barat, ga jauh dari Jakarta, ibukota negara ini. nah, itu saja sudah begitu buruknya. bagaimana di daerah lain di indonesia yang luas ini???
hmm, ini ga lagi a child called it deh..
tapi a nation called it!
bangsa ini telah lama dibiarkan begitu saja, tidak diurus dan hanya di indentikkan dengan segala yang buruk-buruk saja. mari kita berpikir positif deh ttg bangsa kita, agar kita tidak turut terus memburuk keadaan, tapi agar termotivasi minimal mempositifkan energi di sekitar kita.
nah, seperti di tulisan saya ‘dekap’. pendampingan dari teman saya dan kelompoknya di desa itu, bersifat perorangan dan parsial. dan itu tuh sulit sekali mengingat sering terbentur oleh birokrasi setempat dan pendanaan yang seadanya. karena selama ini, mereka hanya berawal dari kesadaran bersama-sama saja. harus sudah dilawan setara lembaga deh. pendampingannya harus sekelas lembaga dan langsung pada murid-murid di sana. harus ditulari kebiasaan baik dan itu berkesinambungan.
lalu di setiap karakter desa, pendidikan harus sarat muatan lokal dari keseharian mereka. agar pendidikan menjadi solusi hidup mereka. sebut saja desa dengan budaya pertanian ya lebih banyak materi yang dikembangkan lewat pertanian. begitu juga desa nelayan, desa pengrajin batik, dst-dstnya. kembali ke alamnya deh, indonesia jangan meninggalkan keaslian budaya rakyatnya. trus mungkin saja ada satu atau lima anak yang memang cerdas sehingga bisa melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih baik, bahkan ikut berkompetisi di kota. teman saya menemukan satu anak yang pinter di kecamatan itu, dalam tiga bulan di bimbing sudah bisa menang juara lomba matematika tingkat kabupaten.
dan selebihnya, kembali ke agraris dan maritim ini juga tuk nilai jual baru tuk Indonesia. jangan cuma mengandalkan sektor minyak, industri, properti dan yang selama ini aja deh. ya ga?
oya, bayangkan. teman saya itu dari desa terpencil itu ke bandung bahkan lalu dilanjutkan ke bogor, hanya dengan motor. itupun membawa istri dan dua anaknya. disatu sisi saya salut dan bangga, sangat penuh apresiasi deh atas kegigihan dan perjuangannya. tapi di satu sisi, saya realistis- ingin juga melihat kehidupan teman saya itu membaik secara materi.
huahhhh!!
dimana presidenmu wahai negeriku??
betapa para pemimpin itu telah memberi contoh sangat buruk selama ini!
kalian mengaku pinter hanya tuk korupsi??
higs.. indonesiaku sayang, indonesiaku malang

dan teman saya setuju dengan saya, bukan agama solusi dari keadaan buruk ini, tapi NASIONALISME!!
dan masihkah harus dipertanyakan??
Tuhan, tolong bangsa dan negaraku dong.. plisss..
aku berlutut dan sujud padaMu, aku mohon.. plisss.. higs

salam
anis
Gw dah bosan dengan hingar Bingar PilPres Yang Penuh Kemunafikan. Mari Berharap Presiden Yang Terpilih Nanti, Bebas Dari Kepentingan Kelompok

Sumber Ada Di Sini <-- Maap Pake Shortener, Saya Mau Liat Berapa Orang Yang Berkunjung Ke Web Aslinya

Terima Kasih.
0
6.1K
Kutip
29
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan