

TS
silakitang
SEPUTAR BUDAYA BATAK, ingin berbagi adat batak silahkan masuk
Forum ini saya buat untuk kita generasi muda supaya dapat memahami dan mengenal adat istiadat masyarakat Batak agar tidak hilang...khususnya yang lahir di luar Sumatera Utara pasti sudah kurang mengetahui adat istiadat Batak dan umumnya Masyarakat Indonesia, seperti : Silsilah / Garis Keturunan ( Tarombo ), Sejarah Batak, Tanggal Batak, Cerita Legenda Batak, dan lain-lain.
Suku Batak terdiri dari 6 sub pembagiannya, yaitu : Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Mandailing, Batak Pakpak/Angkola dan Batak Nias.
Disini Saya coba awali dengan memberikan Silsilah Pertama Marga Batak...seterusnya akan ada lagi masalah adat istiadat seperti Umpasa ( Pantun ) batak...mudah-mudahan dapat bermanfaat yah gan. Mohon maaf jika ada yang kurang harap dikoreksi ya gannn...saya juga masih belajar terus budaya dan adat Suku Batak.
HORAS MANJUA-JUA Agan2 dan Sis'.....





Suku Karo merupakan rumpun dari Suku bangsa Batak, yang mendiami daerah Dataran Tinggi Karo, Deli Serdang ,Binjai,Langkat,Aceh Tenggara, dan Medan. Suku Karo memiliki bahasa sendiri yang disebut bahasa Karo, yang memiliki perbedaan dengan bahasa Batak pada umumnya, walaupun terdapat beberapa kata hampir sama.
Suku Karo memiliki marga atau disebut merga. Marga dalam Suku Karo terdiri dari lima kelompok marga yang disebut merga silima yang terdiri dari :
1.Ginting
2.Karo-Karo
3.Tarigan
4.Sembiring
5.Perangin-angin
Kelima merga ini memilki sub merga,antara marga yang sama tidak dibenarkan terjadi perkimpoian karena mereka satu keluarga dan memiliki nenek moyang yang sama kecuali pada marga sembiring , marga diwariskan kepada anak laki-laki.
1 . Merga Ginting dan cabang-cabangnya
• Ginting Munte di Kutabangun, Ajinembah, Kubu, Dokan, Tanggung, Munte, Rajatengah, dan Bulan Jahe.
• Ginting Babo di Gurubenua, Munte, dan Kutagerat.
• Ginting Sugihen di Sugihen, Juhar, dan Kutagunung.
• Ginting Gurupatih di Buluh Naman, Sarimunte, Naga, dan Lau Kapur.
• Ginting Ajartambun di Rajamerahe.
• Ginting Capah di Bukit dan Kalang.
• Ginting Beras di Laupetundal.
• Ginting Garamata di (Simarmata) Raja Tengah, Tengging.
• Ginting Jadibata di Juhar.
• Ginting Suka Ajartambun di Rajamerahe.
• Ginting Manik di Tenggin
2. Merga Karokaro dan cabang-cabangnya
• Karokaro Sinulingga di Lingga, Bintang Meriah, dan Gunung Merlawan.
• Karokaro Surbakti di Surbakti dan Gajah.
• Karokaro Kacaribu di Kutagerat dan Kerapat
• Karokaro Sinukaban di Pernantin, Kabantua, Bintang Meriah, Buluh Naman, dan L. Lingga.
• Karokaro Barus di Barus Jahe, Pitu Kuta.
• Karokaro Simbulan di Bulanjulu dan Bulanjahe.
• Karokaro Jung di Kutanangka, Kalang, Perbesi, dan Batukarang.
• Karokaro Purba di Kabanjahe, Berastagi, dan Lau Cih (Deli Hulu).
• Karokaro Ketaren di Raya, Ketaren Sibolangit, dan Pertampilen.
• Karokaro Gurusinga di Gurusinga dan Rajaberneh.
• Karokaro Kaban di Kaban dan Sumbul.
• Karokaro Sinuhaji di Ajisiempat.
• Karokaro Sekali di Seberaya.
• Karokaro Kemit di Kuta Bale.
• Karokaro Bukit di Bukit dan Buluh Awar.
• Karokaro Sinuraya di Bunuraya, Singgamanik, dan Kandibata.
• Karokaro Samura di Samura
• Karokaro Sitepu di Naman dan Suka Nalu
3. Merga Tarigan dan Cabang-cabangnya
• Tarigan Sibero di Juhar, Kutaraja, Keriahen, Munte, Tanjung Beringin, Selakar, dan Lingga.
• Tarigan Tambak di Kebayaken dan Sukanalu.
• Tarigan Silangit di Gunung Meriah.
• Tarigan Tua di Pergendangen.
• Tarigan Tegur di Suka.
• Tarigan Gersang di Nagasaribu dan Berastepu.
• Tarigan Gerneng di Cingkes (Simalungun).
• Tarigan Gana-gana di Batukarang.
• Tarigan Jampang di Pergendangen.
• Tarigan Tambun di Rakutbesi, Binangara, Sinaman dll.
• Tarigan Bondong di Lingga.
• Tarigan Pekan (Cabang dari Tambak) di Sukanalu
• Tarigan Purba di Purba (Simalungun
4. Merga Sembiring dan Cabang-cabangnya
• Sembiring Kembaren di Samperaya dan hampir di seluruh urung Liang Melas.
• Sembiring Sinulaki di Silalahi.
• Sembiring Keloko di Pergendangen.
• Sembiring Sinupayung di Juma Raja dan Negeri
• Sembiring Colia di Kubucolia dan Seberaya.
• Sembiring Pandia di Seberaya, Payung, dan Beganding.
• Sembiring Gurukinayan di Gurukinayan.
• Sembiring Berahmana di Kabanjahe, Perbesi, dan Limang.
• Sembiring Meliala di Sarinembah, Munte Rajaberneh, Kedupen, Kabanjahe, Naman, Berastepu, dan Biaknampe.
• Sembiring Pande Bayang di Buluh Naman dan Gurusinga.
• Sembiring Tekang di Kaban.
• Sembiring Muham di Susuk dan Perbesi.
• Sembiring Depari di Seberaya, Perbesi, dan Munte.
• Sembiring Pelawi di Ajijahe, Perbaji, Kandibata, dan Hamparan Perak (Deli).
• Sembiring Busuk di K
• Sembiring Sinukapar di Pertumbuken, Sidikalang(?) Sarintono.
• Sembiring Keling di Juhar dan Rajatengah.
• Sembiring Bunuh Aji di Sukatepu, Kutatonggal, dan Beganding
5. Merga Peranginangin dan cabang-cabangnya
• Peranginangin Namohaji di Kutabuluh.
• Peranginangin Sukatendel di Sukatendel.
• Peranginangin Mano di Pergendangen.
• Peranginangin Sebayang di Perbesi, Kuala, gunung dan Kuta Gerat.
• Peranginangin Pencawan di Perbesi.
• Peranginangin Sinurat di Kerenda.
• Peranginangin Perbesi di Seberaya.
• Peranginangin Ulunjandi di Juhar.
• Peranginangin Penggarus di Susuk.
• Peranginangin Pinem di Serintono (Sidikalang).
• Peranginangin Uwir di Singgamanik.
• Peranginangin Laksa di Juhar.
• Peranginangin Singarimbun di Mardinding , Kutambaru dan Temburun.
• Peranginangin Keliat di Mardinding.
• Peranginangin Kacinambun di Kacinambun.
• Peranginangin Bangun di Batukarang.
• Peranginangin Tanjung di Penampen dan Berastepu.
• Peranginangin Benjerang di Batukarang
Menurutnya, leluhur etnis Karo berasal dari India Selatan berbatasan dengan Mianmar.Menurut cerita yang disarikan oleh Sempa Sitepu, bahwa pada awalnya seorang maharaja yang sangat kaya, sakti dan berwibawa yang tinggal di sebuah negeri bersama permaisuri dan putra-putrinya, yang terletak sangat jauh di seberang lautan. Raja tersebut juga mempunyai seorang panglima perang yang sangat sakti, berwibawa dan disegani semua orang. Nama panglima itu ialah Karo keturunan India.
Marga Simalungun merujuk kepada nama keluarga atau marga yang dipakai di belakang nama depan masyarakat Simalungun yang berasal dari daerah Kabupaten Simalungun. Ada 4 marga asli dari Simalungun: Damanik, Purba, Saragih dan Sinaga.
Keempat marga tersebut berasal dari marga raja-raja di Simalungun yang bermufakat untuk tidak saling menyerang. Beberapa marga dari luar Simalungun kemudian menganggap dirinya sebagai bagian dari 4 marga tersebut ketika mereka menetap di Simalungun. Sebagai suku yang menganut Paterilinear, marga pada suku Simalungun diturunkan melalui garis Ayah, oleh karena itu orang yang memiliki marga yang sama dianggap sebagai kakak-adik sehingga tidak diperbolehkan untuk saling menikah.
Sejarah asal-usul dari marga-marga yang ada di dalam suku Simalungun sangatlah minim, namun beberapa sumber tertulis menyatakan bahwa ada 4 marga asli dalam Suku Simalungun yang biasa diberi akronim SISADAPUR. Beberapa sumber juga menyatakan bahwa 4 marga tersebut berasal dari “Harungguan Bolon” (permusyawaratan besar) antara 4 raja besar untuk tidak saling menyerang dan tidak saling bermusuhan (dalam bahasa simalungun yaitu: marsiurupan bani hasunsahan na legan, rup mangimbang munssuh).
Keempat raja itu adalah :
Raja Nagur Bermarga Damanik
Damanik berarti Simada Manik (pemilik manik), dalam bahasa Simalungun, Manik berarti Tonduy, Sumangat, Tunggung, Halanigan (bersemangat, berkharisma, agung/terhormat, paling cerdas).
• Marah Silau (yang menurunkan Raja Manik Hasian, Raja Jumorlang, Raja Sipolha, Raja Siantar, Tuan Raja Sidamanik dan Tuan Raja Bandar)
• Soro Tilu (yang menurunkan marga raja Nagur di sekitar gunung Simbolon: Damanik Nagur, Bayu, Hajangan, Rih, Malayu, Rappogos, Usang, Rih, Simaringga, Sarasan, Sola)
• Timo Raya (yang menurunkan raja Bornou, Raja Ula dan keturunannya Damanik Tomok)
Marga-marga perbauran Damanik
• Malau
• Limbong
• Sagala
• Gurning
• Manikraja
• Tambak
Raja Banua Sobou Bermarga Saragih
Saragih dalam bahasa Simalungun berarti Simada Ragih, yang mana Ragih berarti atur, susun, tata, sehingga simada ragih berarti Pemilik aturan atau pengatur, penyusun atau pemegang undang-undang.
Keturunannya adalah:
• Saragih Garingging yang pernah merantau ke Ajinembah dan kembali ke Raya.
• Saragih Sumbayak keturunan Tuan Raya Tongah, Pamajuhi, dan Bona ni Gonrang.
Saragih Garingging kemudian pecah menjadi 2, yaitu:
• Dasalak, menjadi raja di Padang Badagei
• Dajawak, merantau ke Rakutbesi dan Tanah Karo dan menjadi marga Ginting Jawak.
Walaupun jelas terlihat bahwa hanya ada 2 keturunan Raja Banua Sobou, pada zaman Tuan Rondahaim terdapat beberapa marga yang mengaku dirinya sebagai bagian dari Saragih (berafiliasi), yaitu: Turnip, Sidauruk, Simarmata, Sitanggang, Munthe, Sijabat, Sidabalok, Sidabukke, Simanihuruk. Ada satu lagi marga yang mengaku sebagai bagian dari Saragih yaitu Pardalan Tapian, marga ini berasal dari daerah Samosir.
Marga-marga perbauran Saragih :
• Munthe
• Siadari
• Sidabutar
• Sidabalok
• Sidauruk
• Simarmata
• Simanihuruk
• Sijabat
Raja Banua Purba Bermarga Purba
Purba menurut bahasa berasal dari bahasa Sanskerta yaitu Purwa yang berarti timur, gelagat masa datang, pegatur, pemegang Undang-undang, tenungan pengetahuan, cendekiawan/sarjana. Keturunannya adalah: Tambak, Sigumonrong, Tua, Sidasuha (Sidadolog, Sidagambir). Kemudian ada lagi Purba Siborom Tanjung, Pakpak, Girsang, Tondang, Sihala, Raya.
Pada abad ke-18 ada beberapa marga Simamora dari Bakkara melalui Samosir untuk kemudian menetap di Haranggaol dan mengaku dirinya Purba. Purba keturunan Simamora ini kemudian menjadi Purba Manorsa dan tinggal di Tangga Batu dan Purbasaribu.
Marga-marga perbauran Purba :
• Manorsa
• Simamora
• Sigulang Batu
• Parhorbo
• Sitorus
• Pantomhobon
• Sigumonrong
• Pak-pak
• Manalu
Raja Saniang Naga Bermarga Sinaga
Sinaga berarti Simada Naga, dimana Naga dalam mitologi dewa dikenal sebagai penebab Gempa dan Tanah Longsor. Keturunannya adalah marga Sinaga di Kerajaan Tanah Jawa, Batangiou di Asahan. Saat kerajaan Majapahit melakukan ekspansi di Sumatera pada abad ke-14, pasukan dari Jambi yang dipimpin Panglima Bungkuk melarikan diri ke kerajaan Batangiou dan mengaku bahwa dirinya adalah Sinaga. Menurut Taralamsyah Saragih, nenek moyang mereka ini kemudian menjadi raja Tanoh Djawa dengan marga Sinaga Dadihoyong setelah ia mengalahkan Tuan Raya Si Tonggang marga Sinaga dari kerajaan Batangiou dalam suatu ritual adu sumpah (Sibijaon). [Catatan J, Tideman, 1922]
Beberapa Sumber mengatakan bahwa Sinaga keturunan raja Tanoh Djawa berasal dari India, salah satunya adalah menrurut Tuan Gindo Sinaga keturunan dari Tuan Djorlang Hatara.
Beberapa keluarga besar Partongah Raja Tanoh Djawa menghubungkannya dengan daerah Nagaland (Tanah Naga) di India Timur yang berbatasan dengan Myanmar yang memang memiliki banyak persamaan dengan adat kebiasaan, postur wajah dan anatomi tubuh serta bahasa dengan suku Simalungun dan Batak lainnya.
Marga-marga perbauran Sinaga :
• Sipayung
• Sihaloho
• Sinurat
• Sitepu

Suku Batak terdiri dari 6 sub pembagiannya, yaitu : Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Mandailing, Batak Pakpak/Angkola dan Batak Nias.
Disini Saya coba awali dengan memberikan Silsilah Pertama Marga Batak...seterusnya akan ada lagi masalah adat istiadat seperti Umpasa ( Pantun ) batak...mudah-mudahan dapat bermanfaat yah gan. Mohon maaf jika ada yang kurang harap dikoreksi ya gannn...saya juga masih belajar terus budaya dan adat Suku Batak.
HORAS MANJUA-JUA Agan2 dan Sis'.....
Spoiler for "Silsilah Batak Toba ke 1":




Spoiler for "Silsilah Batak Toba ke 2":





Spoiler for "Silsilah Batak Karo":
Suku Karo merupakan rumpun dari Suku bangsa Batak, yang mendiami daerah Dataran Tinggi Karo, Deli Serdang ,Binjai,Langkat,Aceh Tenggara, dan Medan. Suku Karo memiliki bahasa sendiri yang disebut bahasa Karo, yang memiliki perbedaan dengan bahasa Batak pada umumnya, walaupun terdapat beberapa kata hampir sama.
Suku Karo memiliki marga atau disebut merga. Marga dalam Suku Karo terdiri dari lima kelompok marga yang disebut merga silima yang terdiri dari :
1.Ginting
2.Karo-Karo
3.Tarigan
4.Sembiring
5.Perangin-angin
Kelima merga ini memilki sub merga,antara marga yang sama tidak dibenarkan terjadi perkimpoian karena mereka satu keluarga dan memiliki nenek moyang yang sama kecuali pada marga sembiring , marga diwariskan kepada anak laki-laki.
1 . Merga Ginting dan cabang-cabangnya
• Ginting Munte di Kutabangun, Ajinembah, Kubu, Dokan, Tanggung, Munte, Rajatengah, dan Bulan Jahe.
• Ginting Babo di Gurubenua, Munte, dan Kutagerat.
• Ginting Sugihen di Sugihen, Juhar, dan Kutagunung.
• Ginting Gurupatih di Buluh Naman, Sarimunte, Naga, dan Lau Kapur.
• Ginting Ajartambun di Rajamerahe.
• Ginting Capah di Bukit dan Kalang.
• Ginting Beras di Laupetundal.
• Ginting Garamata di (Simarmata) Raja Tengah, Tengging.
• Ginting Jadibata di Juhar.
• Ginting Suka Ajartambun di Rajamerahe.
• Ginting Manik di Tenggin
2. Merga Karokaro dan cabang-cabangnya
• Karokaro Sinulingga di Lingga, Bintang Meriah, dan Gunung Merlawan.
• Karokaro Surbakti di Surbakti dan Gajah.
• Karokaro Kacaribu di Kutagerat dan Kerapat
• Karokaro Sinukaban di Pernantin, Kabantua, Bintang Meriah, Buluh Naman, dan L. Lingga.
• Karokaro Barus di Barus Jahe, Pitu Kuta.
• Karokaro Simbulan di Bulanjulu dan Bulanjahe.
• Karokaro Jung di Kutanangka, Kalang, Perbesi, dan Batukarang.
• Karokaro Purba di Kabanjahe, Berastagi, dan Lau Cih (Deli Hulu).
• Karokaro Ketaren di Raya, Ketaren Sibolangit, dan Pertampilen.
• Karokaro Gurusinga di Gurusinga dan Rajaberneh.
• Karokaro Kaban di Kaban dan Sumbul.
• Karokaro Sinuhaji di Ajisiempat.
• Karokaro Sekali di Seberaya.
• Karokaro Kemit di Kuta Bale.
• Karokaro Bukit di Bukit dan Buluh Awar.
• Karokaro Sinuraya di Bunuraya, Singgamanik, dan Kandibata.
• Karokaro Samura di Samura
• Karokaro Sitepu di Naman dan Suka Nalu
3. Merga Tarigan dan Cabang-cabangnya
• Tarigan Sibero di Juhar, Kutaraja, Keriahen, Munte, Tanjung Beringin, Selakar, dan Lingga.
• Tarigan Tambak di Kebayaken dan Sukanalu.
• Tarigan Silangit di Gunung Meriah.
• Tarigan Tua di Pergendangen.
• Tarigan Tegur di Suka.
• Tarigan Gersang di Nagasaribu dan Berastepu.
• Tarigan Gerneng di Cingkes (Simalungun).
• Tarigan Gana-gana di Batukarang.
• Tarigan Jampang di Pergendangen.
• Tarigan Tambun di Rakutbesi, Binangara, Sinaman dll.
• Tarigan Bondong di Lingga.
• Tarigan Pekan (Cabang dari Tambak) di Sukanalu
• Tarigan Purba di Purba (Simalungun
4. Merga Sembiring dan Cabang-cabangnya
• Sembiring Kembaren di Samperaya dan hampir di seluruh urung Liang Melas.
• Sembiring Sinulaki di Silalahi.
• Sembiring Keloko di Pergendangen.
• Sembiring Sinupayung di Juma Raja dan Negeri
• Sembiring Colia di Kubucolia dan Seberaya.
• Sembiring Pandia di Seberaya, Payung, dan Beganding.
• Sembiring Gurukinayan di Gurukinayan.
• Sembiring Berahmana di Kabanjahe, Perbesi, dan Limang.
• Sembiring Meliala di Sarinembah, Munte Rajaberneh, Kedupen, Kabanjahe, Naman, Berastepu, dan Biaknampe.
• Sembiring Pande Bayang di Buluh Naman dan Gurusinga.
• Sembiring Tekang di Kaban.
• Sembiring Muham di Susuk dan Perbesi.
• Sembiring Depari di Seberaya, Perbesi, dan Munte.
• Sembiring Pelawi di Ajijahe, Perbaji, Kandibata, dan Hamparan Perak (Deli).
• Sembiring Busuk di K
• Sembiring Sinukapar di Pertumbuken, Sidikalang(?) Sarintono.
• Sembiring Keling di Juhar dan Rajatengah.
• Sembiring Bunuh Aji di Sukatepu, Kutatonggal, dan Beganding
5. Merga Peranginangin dan cabang-cabangnya
• Peranginangin Namohaji di Kutabuluh.
• Peranginangin Sukatendel di Sukatendel.
• Peranginangin Mano di Pergendangen.
• Peranginangin Sebayang di Perbesi, Kuala, gunung dan Kuta Gerat.
• Peranginangin Pencawan di Perbesi.
• Peranginangin Sinurat di Kerenda.
• Peranginangin Perbesi di Seberaya.
• Peranginangin Ulunjandi di Juhar.
• Peranginangin Penggarus di Susuk.
• Peranginangin Pinem di Serintono (Sidikalang).
• Peranginangin Uwir di Singgamanik.
• Peranginangin Laksa di Juhar.
• Peranginangin Singarimbun di Mardinding , Kutambaru dan Temburun.
• Peranginangin Keliat di Mardinding.
• Peranginangin Kacinambun di Kacinambun.
• Peranginangin Bangun di Batukarang.
• Peranginangin Tanjung di Penampen dan Berastepu.
• Peranginangin Benjerang di Batukarang
Menurutnya, leluhur etnis Karo berasal dari India Selatan berbatasan dengan Mianmar.Menurut cerita yang disarikan oleh Sempa Sitepu, bahwa pada awalnya seorang maharaja yang sangat kaya, sakti dan berwibawa yang tinggal di sebuah negeri bersama permaisuri dan putra-putrinya, yang terletak sangat jauh di seberang lautan. Raja tersebut juga mempunyai seorang panglima perang yang sangat sakti, berwibawa dan disegani semua orang. Nama panglima itu ialah Karo keturunan India.
Spoiler for "Silsilah Batak Simalungun":
Marga Simalungun merujuk kepada nama keluarga atau marga yang dipakai di belakang nama depan masyarakat Simalungun yang berasal dari daerah Kabupaten Simalungun. Ada 4 marga asli dari Simalungun: Damanik, Purba, Saragih dan Sinaga.
Keempat marga tersebut berasal dari marga raja-raja di Simalungun yang bermufakat untuk tidak saling menyerang. Beberapa marga dari luar Simalungun kemudian menganggap dirinya sebagai bagian dari 4 marga tersebut ketika mereka menetap di Simalungun. Sebagai suku yang menganut Paterilinear, marga pada suku Simalungun diturunkan melalui garis Ayah, oleh karena itu orang yang memiliki marga yang sama dianggap sebagai kakak-adik sehingga tidak diperbolehkan untuk saling menikah.
Sejarah asal-usul dari marga-marga yang ada di dalam suku Simalungun sangatlah minim, namun beberapa sumber tertulis menyatakan bahwa ada 4 marga asli dalam Suku Simalungun yang biasa diberi akronim SISADAPUR. Beberapa sumber juga menyatakan bahwa 4 marga tersebut berasal dari “Harungguan Bolon” (permusyawaratan besar) antara 4 raja besar untuk tidak saling menyerang dan tidak saling bermusuhan (dalam bahasa simalungun yaitu: marsiurupan bani hasunsahan na legan, rup mangimbang munssuh).
Keempat raja itu adalah :
Raja Nagur Bermarga Damanik
Damanik berarti Simada Manik (pemilik manik), dalam bahasa Simalungun, Manik berarti Tonduy, Sumangat, Tunggung, Halanigan (bersemangat, berkharisma, agung/terhormat, paling cerdas).
• Marah Silau (yang menurunkan Raja Manik Hasian, Raja Jumorlang, Raja Sipolha, Raja Siantar, Tuan Raja Sidamanik dan Tuan Raja Bandar)
• Soro Tilu (yang menurunkan marga raja Nagur di sekitar gunung Simbolon: Damanik Nagur, Bayu, Hajangan, Rih, Malayu, Rappogos, Usang, Rih, Simaringga, Sarasan, Sola)
• Timo Raya (yang menurunkan raja Bornou, Raja Ula dan keturunannya Damanik Tomok)
Marga-marga perbauran Damanik
• Malau
• Limbong
• Sagala
• Gurning
• Manikraja
• Tambak
Raja Banua Sobou Bermarga Saragih
Saragih dalam bahasa Simalungun berarti Simada Ragih, yang mana Ragih berarti atur, susun, tata, sehingga simada ragih berarti Pemilik aturan atau pengatur, penyusun atau pemegang undang-undang.
Keturunannya adalah:
• Saragih Garingging yang pernah merantau ke Ajinembah dan kembali ke Raya.
• Saragih Sumbayak keturunan Tuan Raya Tongah, Pamajuhi, dan Bona ni Gonrang.
Saragih Garingging kemudian pecah menjadi 2, yaitu:
• Dasalak, menjadi raja di Padang Badagei
• Dajawak, merantau ke Rakutbesi dan Tanah Karo dan menjadi marga Ginting Jawak.
Walaupun jelas terlihat bahwa hanya ada 2 keturunan Raja Banua Sobou, pada zaman Tuan Rondahaim terdapat beberapa marga yang mengaku dirinya sebagai bagian dari Saragih (berafiliasi), yaitu: Turnip, Sidauruk, Simarmata, Sitanggang, Munthe, Sijabat, Sidabalok, Sidabukke, Simanihuruk. Ada satu lagi marga yang mengaku sebagai bagian dari Saragih yaitu Pardalan Tapian, marga ini berasal dari daerah Samosir.
Marga-marga perbauran Saragih :
• Munthe
• Siadari
• Sidabutar
• Sidabalok
• Sidauruk
• Simarmata
• Simanihuruk
• Sijabat
Raja Banua Purba Bermarga Purba
Purba menurut bahasa berasal dari bahasa Sanskerta yaitu Purwa yang berarti timur, gelagat masa datang, pegatur, pemegang Undang-undang, tenungan pengetahuan, cendekiawan/sarjana. Keturunannya adalah: Tambak, Sigumonrong, Tua, Sidasuha (Sidadolog, Sidagambir). Kemudian ada lagi Purba Siborom Tanjung, Pakpak, Girsang, Tondang, Sihala, Raya.
Pada abad ke-18 ada beberapa marga Simamora dari Bakkara melalui Samosir untuk kemudian menetap di Haranggaol dan mengaku dirinya Purba. Purba keturunan Simamora ini kemudian menjadi Purba Manorsa dan tinggal di Tangga Batu dan Purbasaribu.
Marga-marga perbauran Purba :
• Manorsa
• Simamora
• Sigulang Batu
• Parhorbo
• Sitorus
• Pantomhobon
• Sigumonrong
• Pak-pak
• Manalu
Raja Saniang Naga Bermarga Sinaga
Sinaga berarti Simada Naga, dimana Naga dalam mitologi dewa dikenal sebagai penebab Gempa dan Tanah Longsor. Keturunannya adalah marga Sinaga di Kerajaan Tanah Jawa, Batangiou di Asahan. Saat kerajaan Majapahit melakukan ekspansi di Sumatera pada abad ke-14, pasukan dari Jambi yang dipimpin Panglima Bungkuk melarikan diri ke kerajaan Batangiou dan mengaku bahwa dirinya adalah Sinaga. Menurut Taralamsyah Saragih, nenek moyang mereka ini kemudian menjadi raja Tanoh Djawa dengan marga Sinaga Dadihoyong setelah ia mengalahkan Tuan Raya Si Tonggang marga Sinaga dari kerajaan Batangiou dalam suatu ritual adu sumpah (Sibijaon). [Catatan J, Tideman, 1922]
Beberapa Sumber mengatakan bahwa Sinaga keturunan raja Tanoh Djawa berasal dari India, salah satunya adalah menrurut Tuan Gindo Sinaga keturunan dari Tuan Djorlang Hatara.
Beberapa keluarga besar Partongah Raja Tanoh Djawa menghubungkannya dengan daerah Nagaland (Tanah Naga) di India Timur yang berbatasan dengan Myanmar yang memang memiliki banyak persamaan dengan adat kebiasaan, postur wajah dan anatomi tubuh serta bahasa dengan suku Simalungun dan Batak lainnya.
Marga-marga perbauran Sinaga :
• Sipayung
• Sihaloho
• Sinurat
• Sitepu
Spoiler for "Silsilah Batak Mandailing & Pakpak":
Marga-Marga Mandailing
Etnis Mandailing hanya mengenal sekitar belasan marga, antara lain Lubis, Nasution, Pulungan, Batubara, Parinduri, Lintang, Harahap, Hasibuan (Nasibuan), Rambe, Dalimunthe, Rangkuti (Ra Kuti), Tanjung, Mardia, Daulay, Matondang, Hutasuhut.
Menurut Abdoellah Loebis, marga-marga di Mandailing Julu dan Pakantan adalah seperti berikut: Lubis (yang terbahagi kepada Lubis Huta Nopan dan Lubis Singa Soro), Nasution, Parinduri, Batu Bara, Matondang, Daulay, Nai Monte, Hasibuan, Pulungan. Marga-marga di Mandailing Godang adalah Nasution yang terbagi kepada Nasution Panyabungan, Tambangan, Borotan, Lantat, Jior, Tonga, Dolok, Maga, Pidoli, dan lain-lain; Lubis, Hasibuan, Harahap, Batu Bara, Matondang (keturunan Hasibuan), Rangkuti, Mardia, Parinduri, Batu na Bolon, Pulungan, Rambe, Mangintir, Nai Monte, Panggabean, Tangga Ambeng dan Margara. (Rangkuti, Mardia dan Parinduri asalnya satu marga.)
Menurut Basyral Hamidy Harahap dan Hotman M. Siahaan, di Angkola dan Sipirok terdapat marga-marga Pulungan, Baumi, Harahap, Siregar, Dalimunte dan Daulay. Di Padang Lawas, terdapat marga-marga Harahap, Siregar, Hasibuan, Daulay, Dalimunte, Pulungan, Nasution dan Lubis.
Menurut Basyral Hamidy Harahap dalam buku berjudul Horja, marga-marga di Mandailing antara lain Babiat, Dabuar, Baumi, Dalimunthe, Dasopang, Daulae, Dongoran, Harahap, Hasibuan, Hutasuhut, Lubis, Nasution, Pane, Parinduri, Pasaribu, Payung, Pohan, Pulungan, Rambe, Rangkuti, Ritonga, Sagala, Simbolon, Siregar, Tanjung.
MARGA PAKPAK :
* Anakampun
* Angkat
* Bako
* Bancin
* Banurea
* Berampu
* Berasa
* Beringin
* Berutu
* Bintang
* Boangmenalu
* Capah
* Cibro
* Gajah
* Kabeaken
* Kesogihen (Hasugian)
* Kaloko
* Kudadiri
* Lembeng
* Lingga
* Maha
* Maharaja
* Manik
* Matanari
* Meka
* Anakampun
* Padang
* Padang Batanghari (BTH)
* Pasi
* Penarik Pinayungan
* Sambo
* Sidabutar (Dabutar)
* Sikettang
* Sinamo
* Sitakar
* Sitongkir (Situngkir)
* Solin
* Tendang
* Tinambunan
* Tinendung
* Tumangger
* Ujung
* Mungkur
* Saraan
Etnis Mandailing hanya mengenal sekitar belasan marga, antara lain Lubis, Nasution, Pulungan, Batubara, Parinduri, Lintang, Harahap, Hasibuan (Nasibuan), Rambe, Dalimunthe, Rangkuti (Ra Kuti), Tanjung, Mardia, Daulay, Matondang, Hutasuhut.
Menurut Abdoellah Loebis, marga-marga di Mandailing Julu dan Pakantan adalah seperti berikut: Lubis (yang terbahagi kepada Lubis Huta Nopan dan Lubis Singa Soro), Nasution, Parinduri, Batu Bara, Matondang, Daulay, Nai Monte, Hasibuan, Pulungan. Marga-marga di Mandailing Godang adalah Nasution yang terbagi kepada Nasution Panyabungan, Tambangan, Borotan, Lantat, Jior, Tonga, Dolok, Maga, Pidoli, dan lain-lain; Lubis, Hasibuan, Harahap, Batu Bara, Matondang (keturunan Hasibuan), Rangkuti, Mardia, Parinduri, Batu na Bolon, Pulungan, Rambe, Mangintir, Nai Monte, Panggabean, Tangga Ambeng dan Margara. (Rangkuti, Mardia dan Parinduri asalnya satu marga.)
Menurut Basyral Hamidy Harahap dan Hotman M. Siahaan, di Angkola dan Sipirok terdapat marga-marga Pulungan, Baumi, Harahap, Siregar, Dalimunte dan Daulay. Di Padang Lawas, terdapat marga-marga Harahap, Siregar, Hasibuan, Daulay, Dalimunte, Pulungan, Nasution dan Lubis.
Menurut Basyral Hamidy Harahap dalam buku berjudul Horja, marga-marga di Mandailing antara lain Babiat, Dabuar, Baumi, Dalimunthe, Dasopang, Daulae, Dongoran, Harahap, Hasibuan, Hutasuhut, Lubis, Nasution, Pane, Parinduri, Pasaribu, Payung, Pohan, Pulungan, Rambe, Rangkuti, Ritonga, Sagala, Simbolon, Siregar, Tanjung.
MARGA PAKPAK :
* Anakampun
* Angkat
* Bako
* Bancin
* Banurea
* Berampu
* Berasa
* Beringin
* Berutu
* Bintang
* Boangmenalu
* Capah
* Cibro
* Gajah
* Kabeaken
* Kesogihen (Hasugian)
* Kaloko
* Kudadiri
* Lembeng
* Lingga
* Maha
* Maharaja
* Manik
* Matanari
* Meka
* Anakampun
* Padang
* Padang Batanghari (BTH)
* Pasi
* Penarik Pinayungan
* Sambo
* Sidabutar (Dabutar)
* Sikettang
* Sinamo
* Sitakar
* Sitongkir (Situngkir)
* Solin
* Tendang
* Tinambunan
* Tinendung
* Tumangger
* Ujung
* Mungkur
* Saraan
Spoiler for "Silsilah Batak Nias":
Teteholi Ana’a adalah nama lapis langit yang terdekat ke bumi. Salah satu keturunan Dewa tersebut bernama Sirao Uwu Zihono atau nama lain Sirao Uwu Zato mendiami langit lapis pertama atau yang paling dekat ke bumi. Sirao ini beristri 3 dan masing – masing istrinya melahirkan 3 anak sehingga total anak Sirao ini ada 9 orang.
Konon, kesembilan anak Sirao ini berselisih memperebutkan tahta penguasa lapis pertama untuk menggantikan ayahnya yang sudah tua. Untuk mengatasi permasalahan itu, Sirao Uwu Zihono melakukan sayembara ketangkasan menari di atas mata Sembilan tombak. Sayembara ini dimenangkan oleh si bungsu, Luo Mewona. Dengan demikian, Luo Mewona menjadi penguasa langit lapis pertama.
Kedelapan abangnya yang kalah beserta seorang anak dari Luo Mewona diturunkan ke Bumi yaitu ke Tano Niha (Tanah Nias) atas kehendak mereka sendiri. Lima dari Sembilan orang tersebut mendarat dengan selamat di bumi dan keempat lainnya mendarat tidak sempurna. Mereka yang mendarat selamat ialah :
1. Hiawalangi Sinada (Hia) turun di Boronadu, kecamatan Gumo dan menjadi leluhur dari marga Telaumbanua, Gulo, Mendofa dan Harefa.
2. Gozo Hela-Hela mendarat di Barat Laut Hilimaziaya, Nias Utara, kecamatan Lahewa sekarang dan menjadi leluhur dari marga : Baeha, Wuruwu, Zendrato dan Lase.
3. Daeli Bagambolangi (Daeli) turun di Tolamera, negeri Idanoi adalah yang menjadi leluhur marga – marga Daeli, Larosa, Zai, dan Hulu.
4. Hulu Borndano (putra sulung Luo Mewona) turun di Laehuwa, Nias Barat Laut dan menjadi leluhur dari marga-marga : Ndruru, Bu’uolo dan Hulu.
5. Silogu (putra sulung Luo Mewona) turun di Nias Timur dan menjadi leluhur dari marga-marga Zebua, Bawo dan Zega.
Empat putra Sirao yang turun tidak wajar adalah :
1. Bauadano Hia karena badannya yang terlalu berat turun ke Tano Niha menembus ke dalam Bumi dan menjelma menjadi ular yang dikenal dengan sebutan Da’o Zanaya Tano Sisagoro (si penadah bumi). Konon jika di bumi terjadi perang dan darah manusia merembes ke bumi, Da’o Zanaya akan sangat marah dan mengguncang bumi dari bawah hingga menimbulkan gempa. Untuk menghentikan gempa bumi itu, orang Nias akan berteriak “BihaTua !” artinya : Sudahlah Nenek, kami tidak akan berperang lagi
2. Gozo Tuhazangarofa ketika turun di bumi tercebur ke sugai dan menjelma menjadi dewa sungai penguasa segala kehidupan di air. Karena itu bila nelayan hendak mencari ikan di sungai atau laut terlebih dahulu mereka berdoa keada Dewa Sungai tersebut.
3. Lakindrolai Sitambalina ketika turun di bumi tertiup oleh angin kencang dan tersangkut di pohon. Dia menjelma menjadi roh penunggu hutan bernama Bela Hogugeu. Karena itu kaum pemburu selalu lebih dahulu menyembah dewa hutan ini sebelum berburu ke hutan.
4. Sofuso Kara mendarat di bukit bebatuan di daerah Laraga sekarang. Sofuso Kara kemudian menjadi leluhur orang – orang berilmu kebal. Demikianlah legenda tersebut dikisahkan. Namun seperti kebanyakan mitos, tentunya terdapat banyak versi lain dari kisah ini. Kalau dilihat dari sejarahnya sendiri, sebenarnya Siraouwu Zihono yang diklaim sebagai Dewa adalah seorang perantau yang datang dari daerah Burma (Thailand). Ia adalah orang pertama yang bermukim di pulau Nias.
(Dikutip dari buku “Silsilah marga – marga Batak” karya Drs. Richard Sinaga)
Konon, kesembilan anak Sirao ini berselisih memperebutkan tahta penguasa lapis pertama untuk menggantikan ayahnya yang sudah tua. Untuk mengatasi permasalahan itu, Sirao Uwu Zihono melakukan sayembara ketangkasan menari di atas mata Sembilan tombak. Sayembara ini dimenangkan oleh si bungsu, Luo Mewona. Dengan demikian, Luo Mewona menjadi penguasa langit lapis pertama.
Kedelapan abangnya yang kalah beserta seorang anak dari Luo Mewona diturunkan ke Bumi yaitu ke Tano Niha (Tanah Nias) atas kehendak mereka sendiri. Lima dari Sembilan orang tersebut mendarat dengan selamat di bumi dan keempat lainnya mendarat tidak sempurna. Mereka yang mendarat selamat ialah :
1. Hiawalangi Sinada (Hia) turun di Boronadu, kecamatan Gumo dan menjadi leluhur dari marga Telaumbanua, Gulo, Mendofa dan Harefa.
2. Gozo Hela-Hela mendarat di Barat Laut Hilimaziaya, Nias Utara, kecamatan Lahewa sekarang dan menjadi leluhur dari marga : Baeha, Wuruwu, Zendrato dan Lase.
3. Daeli Bagambolangi (Daeli) turun di Tolamera, negeri Idanoi adalah yang menjadi leluhur marga – marga Daeli, Larosa, Zai, dan Hulu.
4. Hulu Borndano (putra sulung Luo Mewona) turun di Laehuwa, Nias Barat Laut dan menjadi leluhur dari marga-marga : Ndruru, Bu’uolo dan Hulu.
5. Silogu (putra sulung Luo Mewona) turun di Nias Timur dan menjadi leluhur dari marga-marga Zebua, Bawo dan Zega.
Empat putra Sirao yang turun tidak wajar adalah :
1. Bauadano Hia karena badannya yang terlalu berat turun ke Tano Niha menembus ke dalam Bumi dan menjelma menjadi ular yang dikenal dengan sebutan Da’o Zanaya Tano Sisagoro (si penadah bumi). Konon jika di bumi terjadi perang dan darah manusia merembes ke bumi, Da’o Zanaya akan sangat marah dan mengguncang bumi dari bawah hingga menimbulkan gempa. Untuk menghentikan gempa bumi itu, orang Nias akan berteriak “BihaTua !” artinya : Sudahlah Nenek, kami tidak akan berperang lagi
2. Gozo Tuhazangarofa ketika turun di bumi tercebur ke sugai dan menjelma menjadi dewa sungai penguasa segala kehidupan di air. Karena itu bila nelayan hendak mencari ikan di sungai atau laut terlebih dahulu mereka berdoa keada Dewa Sungai tersebut.
3. Lakindrolai Sitambalina ketika turun di bumi tertiup oleh angin kencang dan tersangkut di pohon. Dia menjelma menjadi roh penunggu hutan bernama Bela Hogugeu. Karena itu kaum pemburu selalu lebih dahulu menyembah dewa hutan ini sebelum berburu ke hutan.
4. Sofuso Kara mendarat di bukit bebatuan di daerah Laraga sekarang. Sofuso Kara kemudian menjadi leluhur orang – orang berilmu kebal. Demikianlah legenda tersebut dikisahkan. Namun seperti kebanyakan mitos, tentunya terdapat banyak versi lain dari kisah ini. Kalau dilihat dari sejarahnya sendiri, sebenarnya Siraouwu Zihono yang diklaim sebagai Dewa adalah seorang perantau yang datang dari daerah Burma (Thailand). Ia adalah orang pertama yang bermukim di pulau Nias.
(Dikutip dari buku “Silsilah marga – marga Batak” karya Drs. Richard Sinaga)
Spoiler for "Marga2 Nai Ambaton / PARNA":
1. Bancin ( sigalingging )
2. Banurea ( sigalingging )
3. Boangmanalu ( sigalingging)
4. Brampu ( sigalingging )
5. Brasa ( sigalingging )
6. Bringin ( sigalingging )
7. Dalimunthe
8. Gajah ( sigalingging )
9. Garingging ( sigalingging )
10. Ginting Baho
11. Ginting Beras
12. Ginting Capa
13. Ginting Guruputih
14. Ginting Jadibata
15. Ginting Jawak
16. Ginting manik
17. Ginting Munthe
18. Ginting Pase
19. Ginting Sinisuka
20. Ginting Sugihen
21. Ginting Tumangger
22. Haro
23. Kombih (sigalingging )
24. Maharaja
25. Manik Kecupak (sigalingging)
26. Munte
27. Nadeak
28. Nahampun/ Anak Ampun
29. Napitu
30. Pasi
31. Pinayungan/ Pinayungen
32. Rumahorbo
33. Saing
34. Saraan (sigalingging )
35. Siadari
36. Siallagan
37. Siambaton
38. Sidabalok
39. Sidabungke (Sudah tidak termasuk PARNA karena sudah saling menikah dengan PARNA yang lain)
40. Sidabutar
41. Sidauruk
42. Sijabat
43. Sigalingging
44. Simalango
45. Simanihuruk
46. Simarmata
47. Simbolon Altong
48. Simbolon Hapotan
49. Simbolon Pande
50. Simbolon Panihai
51. Simbolon Suhut Nihuta
52. Simbolon Tuan
53. Simbolon Sirimbang
54. Sitanggang Bau
55. Sitanggang Gusar
56. Sitanggang Lipan
57. Sitanggang Silo
58. Sitanggang Upar Par Rangin Na 8 ( sigalingging )
59. Sitio
60. Saragih dajawak
61. Saragih damunte
62. Saragih sumbayak
63. Tamba
64. Tinambunan/ Tinambunen
65. Tumanggor/ Tumangger
66. Turnip
67. Turuten
2. Banurea ( sigalingging )
3. Boangmanalu ( sigalingging)
4. Brampu ( sigalingging )
5. Brasa ( sigalingging )
6. Bringin ( sigalingging )
7. Dalimunthe
8. Gajah ( sigalingging )
9. Garingging ( sigalingging )
10. Ginting Baho
11. Ginting Beras
12. Ginting Capa
13. Ginting Guruputih
14. Ginting Jadibata
15. Ginting Jawak
16. Ginting manik
17. Ginting Munthe
18. Ginting Pase
19. Ginting Sinisuka
20. Ginting Sugihen
21. Ginting Tumangger
22. Haro
23. Kombih (sigalingging )
24. Maharaja
25. Manik Kecupak (sigalingging)
26. Munte
27. Nadeak
28. Nahampun/ Anak Ampun
29. Napitu
30. Pasi
31. Pinayungan/ Pinayungen
32. Rumahorbo
33. Saing
34. Saraan (sigalingging )
35. Siadari
36. Siallagan
37. Siambaton
38. Sidabalok
39. Sidabungke (Sudah tidak termasuk PARNA karena sudah saling menikah dengan PARNA yang lain)
40. Sidabutar
41. Sidauruk
42. Sijabat
43. Sigalingging
44. Simalango
45. Simanihuruk
46. Simarmata
47. Simbolon Altong
48. Simbolon Hapotan
49. Simbolon Pande
50. Simbolon Panihai
51. Simbolon Suhut Nihuta
52. Simbolon Tuan
53. Simbolon Sirimbang
54. Sitanggang Bau
55. Sitanggang Gusar
56. Sitanggang Lipan
57. Sitanggang Silo
58. Sitanggang Upar Par Rangin Na 8 ( sigalingging )
59. Sitio
60. Saragih dajawak
61. Saragih damunte
62. Saragih sumbayak
63. Tamba
64. Tinambunan/ Tinambunen
65. Tumanggor/ Tumangger
66. Turnip
67. Turuten
Spoiler for "Silsilah / Tarombo Yang Masuk Sebagai Imformasi Baru":


Diubah oleh silakitang 31-07-2014 16:25
0
58.4K
Kutip
311
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan