RMOL. Lembaga survei Indonesia Research Centre (IRC) merilis temuan barunya bahwa calon presiden (capres) Joko Widodo didukung oleh pemilihnya karena alasan psikologis.

"Pemilih Jokowi itu dipengaruhi oleh faktor suka dan itu psikologis. Berbeda dengan Prabawo yang pemilihnya cenderung rasional, mereka tidak hanya sekedar suka atau tidak suka tetapi melihat kemampuannya," papar Kepala Riset IRC, Yunita Mandolang, melalui rilis yang diterima Rakyat Merdeka Online, Rabu (2/7).

Dalam survei terbaru IRC tersebut, menurut Yunita, juga ditemukan pasca debat capres angka swing voters yang semula mencapai 38 persen, turun menjadi 10 persen.

"Sebelumnya swing voters itu ada sekitar 37 - 38 persen, survei terbaru kita menemukan sudah berkurang dan tinggal 10 persen. Itu disebabkan oleh debat capres yang membuat mereka memantapkan pilihan capresnya," terang Yunita.

Bahkan, menurut Yunita, debat capres telah memberikan sekitar 20 persen suara swing voters kepada Prabowo - Hatta. Hanya sekitar 10 persen yang beralih kepada pasangan Jokowi - JK. Swing voters ini berada di kalangan masyarakat kelas menengah.

"Tetapi kian banyaknya kampanye hitam, justru membuat mereka (swing voters) bingung. Nah, lewat debat, mereka dapat melihat langsung capres yang juga mampu merubah persepsi mereka pada capres. Kalau dari berita, misalnya Prabowo digambarkan sebagai sosok yang tegas, lewat debat bertambah menjadi pandai," kata Yunita.

Survey IRC ini merujuk pada hasil survey yang dilakukan pada 14–20 Juni 2014 di seluruh provinsi di Indonesia. Dalam survei menunjukan Prabowo-Hatta unggul tipis dengan elektabilitas sebesar 47,5 persen. Sedangkan pasangan Jokowi-JK sebesar 43 persen.

Sementara untuk penarikan sampel dilakukan dengan teknik acak bertingkat (multistage random sampling). Jumlah sampel valid 1200. Diperkirakan, ambang kesalahan dari survei ini mencapai kurang lebih 2,8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.[wid]

http://politik.rmol.co/read/2014/07/02/161959/Jokowi-Dipilih-karena-Faktor-Suka,-Pemilih-Prabowo-Cenderung-Rasional-



Satu lagi bukti kalo panastak dan pemilih jokowi itu menentukan pilihan bukan melalui proses berfikir pakai otak tapi hanya gelap mata terhipnotis oleh silaunya pencitraan



Panastak gak usah teriak2 soal sumber berita, ini sumber berita paling netral, rmol ini masuk dalam satu group jawa pos punya dahlan iskan pendukung jokowi


ONE of influential and leading mass media groups in Indonesia, Rakyat Merdeka was established in April 1999 in Jakarta as a part of Indonesia's primary mass media group, Jawa Pos.

Rakyat Merdeka's history has started when in the middle of 1990s Jawa Pos Group funded Merdeka Daily, a profound and the country's oldest newspapers owned by Indonesia nationalist wing.

Following the fall of New Order regime, Rakyat Merdeka has become a leader in political newspaper, providing its readers with valuable updates on social and political movement in the beginning of Reformation era. In the beginning of its establishment, Rakyat Merdeka has focused more on the social and political updates and had had not less than 150.000 copies per day.

At the beginning of 2002, Rakyat Merdeka has founded its first sister media, Lampu Merah, that later in 2008 has changed its name to Lampu Hijau. It provides information on criminality mostly in Jakarta and surrounding cities. Following the success of Lampu Merah, Rakyat Merdeka has established Non Stop, Bollywood, Haji, Satelit News, Tangsel Pos, Tangerang Pos, Lowongan Kerja (Loker), RM Books Publisher, and Political Biography Magazine Rakyat Merdeka. Nowadays Rakyat Merdeka Group has circulation for around 300.000 copies in a day, well distributed in Jakarta, Banten and West Java.

In 2005 Rakyat Merdeka Group (RMOL) launched its online sister, Rakyat Merdeka Online, reaching readers across the country. In average, it has around 50 million clicks in a month.

Recently Rakyat Merdeka Group is taking a strong tend to be one of key players on the Internet-based mass media realm.

http://www.rakyatmerdeka.co.id