tikailysAvatar border
TS
tikailys
PENDUKUNG JOKOWI MASUK LO !! JANGAN KABUUUURRR !!!
Baca nih www.dianparamita.com/blog/surat-terbuka-untuk-tasniem-fauzia


Dian
Paramita
Ayah 30, 2014
781 Likes
Yang Terhormat Mbak Tasniem
Fauzia,
yang dulu sangat saya kagumi
sebagai kakak kelas di SMP 5
Yogyakarta.
Mungkin Mbak lupa siapa saya.
Panggilan saya Mimit. Saat saya
kelas 1 dan Mbak Tasniem kelas 3,
kita mendapat kursi bersebelahan
untuk mengikuti ulangan umum.
Saya ingat betul, Mbak selalu
meminjam pensil saya, lalu pulpen
saya, lalu penghapus saya, kemudian
Mbak berbisik, "sorry ya Dek, aku
kerS E N S O R." Saya tertawa senang
mendengarnya. Karena saat itu
Mbak Tasniem adalah anak dari
Ketua MPR, Amien Rais.
Kita sering mengobrol saat ujian.
Dari situ Mbak tau saya fans berat
grup musik The Moffatts. Kita
bercerita mengenai pengalaman kita
nonton konser The Moffatts. Saya
nonton yang di Jakarta, Mbak yang
di Bandung. Beberapa hari
kemudian, Mbak jauh-jauh jalan dari
kelas Mbak untuk mendatangi kelas
saya, lalu memberikan foto-foto The
Moffatts yang Mbak jepret di
Bandung. Saya senang sekali. Sampai
sekarang foto itu saya simpan.
Setelah Mbak sudah SMA dan saya
masih SMP, saya sempat bertemu
dengan Mbak di sebuah toko buku.
Saat itu Mbak memakai
celana baggy hijau dan kaos band
berwarna hitam. Mbak terlihat
tomboy dan sederhana. Dengan
senyum Mbak membalas sapaan
saya. Saya yakin, di toko buku itu tak
ada yang tau bahwa Mbak Tasniem
adalah anak seorang Ketua MPR.
Berulang kali saya ceritakan tentang
sosok Mbak Tasniem yang saya kenal
dan kagumi. Saya ceritakan ke ibu
saya, ke teman-teman saya, ke
siapapun jika sedang membicarakan
anak pejabat. Karena Mbak berbeda
dengan anak pejabat lainnya, saya
bangga pernah mengenal Mbak
Tasniem.
Namun maaf Mbak, kekaguman saya
buyar setelah membaca surat terbuka
Mbak untuk Jokowi, 26 Juni 2014
lalu. Karena surat itu tidak seperti
surat dari Mbak Tasniem yang saya
kenal humble , sederhana, dan
jujur. Jika saya berpikiran dangkal,
tentu saja saya akan berfikir Mbak
menulis itu karena Mbak adalah
anak dari Amien Rais, pendukung
Prabowo. Namun saya menahan diri
untuk tidak berfikir seperti itu dulu.
Oleh karena itu, saya sungguh-
sungguh ingin bertanya, apakah
benar Mbak Tasniem yang menulis
surat itu? Tanpa desakan atau
pengaruh dari orang lain? Saya juga
berharap Mbak menjawab dengan
hati nurani yang paling dalam, jika
benar Mbak menulis surat itu,
apakah Mbak yakin surat itu baik
untuk bangsa ini?
Saya yakin sulit bagi Mbak Tasniem
untuk menjawabnya dengan hati
nurani yang paling dalam jika di
sekeliling Mbak Tasniem adalah
pendukung Prabowo. Apalagi mereka
adalah keluarga tercinta. Oleh
karena itu ijinkan saya membantu
Mbak untuk merenunginya dan
menjawab beberapa pertanyaan
Mbak untuk Jokowi yang saya rasa
tidak tepat.
Sumpah Jabatan Jokowi
Pertanyaan Mbak mengenai Jokowi
yang meninggalkan Jakarta bukan
pertanyaan baru. Saya sudah sering
mendengar pertanyaan template ini
dari para pendukung
Prabowo. Mengapa Jokowi melanggar
sumpah jabatannya untuk
menyelesaikan Jakarta dan justru
mencalonkan diri sebagai presiden?
Sebelum menjawab terlalu jauh, ada
yang harus diluruskan terlebih
dahulu agar Mbak Tasniem maupun
semua pembaca surat Mbak tidak
salah mengerti apa isi sumpah
jabatan. Berikut isi sumpah jabatan
yang disebutkan Jokowi maupun
Ahok di pelantikan mereka 2012 lalu.


Demi Allah saya bersumpah/
saya berjanji.
Akan memenuhi kewajiban
saya,
sebagai Gubernur/Wakil
Gubernur Daerah Khusus
Ibukota Jakarta,
dengan sebaik-baiknya dan
seadil-adilnya,
memegang teguh Undang-
Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945,
dan menjalankan segala
undang-undang dan
peraturannya,
dengan selurus-lurusnya,
serta berbakti kepada
masyarakat, nusa, dan bangsa.
Semoga Tuhan menolong saya.


Agar lebih jelas, Mbak Tasniem bisa
menonton video sumpah jabatan
Jokowi-Ahok disini: Pelantikan
Gubernur dan Wakil Gubernur DKI
masa periode 2012-2017 .


Mendengarkan ulang pelantikan
itulah yang membuat saya bertanya,
apakah Mbak Tasniem betul-betul
sudah membaca atau mendengar
ulang isi pelantikan Jokowi dengan
Ahok tersebut? Karena dalam
pelantikan itu saya tidak menemukan
satu katapun sumpah Jokowi harus
menyelesaikan Jakarta hingga beres.
Seperti yang sudah diatur, Jokowi
mengucapkan ulang sumpah jabatan
itu untuk menjadi Gubernur DKI
yang baik, adil, lurus, sesuai UUD '45,
UU, dan peraturan, untuk berbakti
kepada masyarakat, nusa, dan
bangsa. Lalu dimana letak Jokowi
melanggar sumpah jabatan seperti
kata Mbak Tasniem?
Kalaupun kita mengalah
menggunakan logika Mbak Tasniem
untuk menuntut sumpah Jokowi agar
membereskan Jakarta, maka semua
gubernur sebelum Jokowi juga harus
kita tuntut. Mereka semua juga
belum membereskan Jakarta.
Mengapa hanya Jokowi saja yang
dituntut? Toh Jakarta "tidak beres"
bukan karena Jokowi. Justru
seharusnya kita menuntut mereka
yang membuat Jakarta sedemikian
rupa buruknya.
Saya setuju Jakarta itu penting untuk
segera diperbaiki. Tetapi Jakarta
tidak serta merta hancur lebur jika
ditinggalkan Jokowi. Jokowi memiliki
wakil sehebat Ahok. Jokowi tahu itu.
Ahok pun adalah sosok yang
diunggulkan Prabowo. Maka jika
Jokowi bisa mempercayakan Ahok
untuk menggantikannya memimpin
Jakarta, mengapa Prabowo sebagai
pencalon Ahok tidak bisa percaya
kepadanya? Mengapa Mbak Tasniem
tidak bisa percaya kepada Ahok?
Mungkin Mbak Tasniem hanya
sedikit tidak teliti membaca sumpah
jabatan Jokowi. Saya pahami. Itu
normal terjadi. Namun Mbak, dari
tuntutan Mbak tersebut, yang paling
menggelisahkan adalah seakan
mengingatkan Jokowi untuk
menyelesaikan Jakarta itu jauh lebih
penting daripada mengingatkan
Prabowo untuk menyelesaikan kasus
penculikan 1998. Ada 23 orang
diculik, 9 mengaku disiksa, 13 belum
kembali, dan 1 mati ditembak.
Beberapa korban yang kembali
pernah bertemu korban yang masih
hilang di markas Kopassus Cijantung.
Sehingga Prabowo tidak serta merta
terlepas dari keterkaitan kasus
korban yang masih hilang.
Mungkin Mbak Tasniem tidak tau,
bahwa kasus penculikan 1998 belum
selesai. Prabowo belum dinyatakan
bersalah atau tidak bersalah oleh
pengadilan karena pengadilan untuk
kasus ini tidak kunjung dilakukan.
Sejak 1998, 3 lembaga negara antara
lain Dewan Kehormatan Perwira
(DKP), Tim Ad Hoc Komnas HAM,
dan Tim Gabungan Pencari Fakta,
sudah melakukan penyelidikan dan
menemukan keterlibatan Prabowo
dalam kasus penculikan 1998
tersebut. Dalam penyelidikannya,
tahun 2005-2006 Tim Ad Hoc Komnas
HAM memanggil Prabowo untuk
bersaksi, namun ia mangkir tak
pernah memenuhi panggilan. Tahun
2006, dibantu DPR, Komnas HAM
mengajukan pengadilan kasus ini ke
Jaksa Agung. Namun hingga detik
ini, pengadilan kasus ini belum juga
disetujui. Jadi sekali lagi, belum ada
pengadilan untuk kasus ini. Maka
belum ada kejelasan hukum
mengenai status Prabowo bersalah
atau tidak bersalah. Untuk lebih
jelasnya, saya pernah menulis disini:
Rangkaian Penculikan dan
Keterlibatan Prabowo.
Lalu apakah memintanya untuk
segera menyelesaikan kasus ini di
pengadilan tidak jauh lebih penting?
Ada 9 keluarga korban yang selama
16 tahun menanti kejelasan dimana
orang tercinta mereka, Mbak. 16
tahun dan belum ada keadilan. Kata
seorang ibu korban yang masih
hilang , "separuh usiaku untuk
membesarkan anakku. Separuh
jiwaku terus sepi menunggu dia
kembali..."
Tidak seperti Jokowi yang bisa
digantikan Ahok dalam memimpin
Jakarta, penyelesaian kasus
penculikan 1998 hanya bisa dimulai
dari kesaksian Prabowo. Tak ada
yang bisa menyelesaikan kasus ini
tanpa Prabowo ke pengadilan dan
membuka semua kebenaran.
Termasuk menyeret semua jendral
yang terlibat.
Lagipula, menurut surat rekomendasi
DKP pun Prabowo direkomendasikan
untuk diberhentikan dari dinas
keprajuritan karena melanggar Sapta
Marga dan sumpah prajurit. Salah
satu sumpah prajurit adalah tidak
membantah perintah atasan dan
salah satu isi Sapta Marga adalah
membela kejujuran, kebenaran,
maupun keadilan. Prabowo
melanggar sumpah prajuritnya
dengan melakukan tindakan yang
tidak sesuai komando atasannya.
Prabowo pun melanggar Sapta
Marga-nya karena tidak bersedia
memberi kesaksian saat dipanggil
Komnas HAM terkait kasus
penculikan 1998. Walaupun
kesaksiaan Prabowo penting untuk
memberikan keadilan kepada korban
dan keluarga korban.
Mbak Tasniem, justru inilah yang
disebut melanggar sumpah jabatan.
Apa yang diucap Prabowo, tidak
sesuai dengan apa yang
dilakukannya. Lalu mengapa Mbak
Tasniem lebih menggelisahkan
Jakarta dan Jokowi yang ternyata
tidak melanggar ucapan sumpahnya,
daripada menggelisahkan nasib
kakak-kakak kita yang diculik,
disiksa, dibunuh, dihilangkan, dan
Prabowo yang jelas melanggar
ucapan sumpahnya?
Ditakut vs Disegani
Mbak Tasniem yang cantik, ingat
tidak kita pernah mengidolai The
Moffatts? Sampai rela berdesak-
desakan untuk menonton mereka
dan mengambil gambar mereka. The
Moffatts adalah band asing asal
Kanada. Namun apakah kita takut
kepada mereka? Kita menyukai dan
mengaggumi mereka, bukan takut
pada mereka. Itulah yang penting
dalam menjalin hubungan antar
bangsa. Saling menghormati dan
dihormati. Bukan saling menakuti
dan ditakuti.
Menurut Mbak Tasniem founding
father kita pernah berpesan untuk
memiliki pemimpin yang ditakuti,
dibenci, dan dicaci maki asing
karena pemimpin yang seperti itulah
yang akan membela kepentingan
bangsa. Tapi saya rasa ini tidak tepat
untuk di jaman yang lebih ramah
seperti sekarang. Saya katakan
ramah karena di jaman sekarang ini,
segala permasalah antar negara tidak
lagi diselesaikan dengan perang.
Tetapi sebisa mungkin kita
selesaikan dengan menggunakan
cara damai kekeluargaan yaitu jalur
diplomasi.
Maka untuk apa memiliki pemimpin
yang ditakuti bangsa lain? Kita tidak
sedang berperang. Kita sedang
menjalin hubungan baik saling
menguntungkan antar bangsa.
Memiliki pemimpin yang ditakuti
tidak akan memberi dampak yang
positif bagi bangsa ini. Contohnya
Korea Utara. Amerika Serikat
bahkan PBB pun tak dapat ikut
campur dengan apa yang sudah Kim
Jong Un perbuat dengan keji kepada
rakyatnya. Karena mereka takut.
Lalu apakah ketakutan AS pada Kim
Jong Un itu berdampak baik bagi
rakyat Korea Utara? Justru tidak. Jika
kita kaget dan iba menonton film
jaman dahulu yang rajanya
menyiksa rakyat dan
memperlakukan rakyat dengan tidak
adil, maka jangan kaget pula jika itu
masih terjadi di Korea Utara. Hingga
detik ini.
Sehingga bagi saya Mbak Tasniem,
kita tidak lagi membutuhkan
pemimpin yang ditakuti, namun
disegani bangsa asing. Karena di
jaman kita sekarang, kita tidak lagi
sedang berperang, namun kita
sedang bekerja sama yang saling
menguntungkan. Saya mohon Mbak
Tasniem, jangan lagi memandang
bangsa asing sebagai musuh. Karena
itu akan menghacurkan kita sendiri.
Pandanglah bangsa asing sebagai
teman baik untuk bekerja sama dan
berkompetisi. Untuk memiliki teman
baik seperti itu, maka kita harus
ramah namun disegani, bukan
ditakuti.
Saya percaya, bahwa Jokowi tidak
akan sempurna nantinya. Namun
saya pun percaya, dia bukan jenis
pemimpin yang represif atau yang
memaksakan perintahnya kepada
rakyat. Sehingga nantinya, jika Mbak
Tasniem merasa Jokowi tidak bisa
membela kepentingan bangsa di atas
kepentingan asing, kita bisa dengan
lantang tanpa rasa takut untuk
mengkritisinya.

Jokowi dan Bangsa Asing

Tentu saja sosok Jokowi sudah
menjadi sosok yang disegani bangsa
asing. Ia berulang kali disorot media
asing dengan positif. Salah satunya,
seperti yang Mbak Tasniem
sebutkan, Jokowi masuk dalam
majalah Fortune. Tidak tanggung-
tanggung ia dinobatkan sebagai
salah satu dari 50 pemimpin terbaik
di dunia. Ia disandingkan dengan
para pemimpin hebat lainnya seperti
Dalai Lama, Bill Clinton, Pope
Francis, dan Aung San Suu Kyi.
Mengutip majalah Fortune sebelum
memperkenalkan 50 pemimpin hebat
versi mereka,

In era that feels starved for
leadership, we've found men and
women who will inspire you -
some famous, others little
known, all of them energizing
their followers and making the
world better.

Membaca kutipan itu dan
mengetahui bahwa ada orang
Indonesia termasuk yang disebut di
dalam kutipan itu, maka seharusnya
Mbak Tasniem bangga, bukan
khawatir. Bahwa ada calon
pemimpin kita yang disegani bangsa
asing sedemikian rupa. Sehingga
akan membantu kita berhubungan
baik saling menguntungkan dengan
mereka.

Jokowi Mampu

Mbak Tasniem yang manis,
sebenarnya apa yang Mbak tanyakan
kepada Jokowi mengenai
kemampuannya memimpin 250 juta
jiwa Indonesia seharusnya
ditanyakan juga kepada Prabowo.
Apakah Prabowo mampu? Namun
baik Jokowi maupun Prabowo tidak
perlu menjawab. Hanya rekam jejak
mereka yang bisa menjawab dengan
jujur, apakah mereka mampu atau
tidak memimpin bangsa ini?
Rekam jejak Jokowi mengatakan ia
mampu. Ia telah memimpin Kota
Solo dengan baik. Kalo tidak baik,
mengapa rakyat Solo menyanjung
dan menghormatinya hingga
sekarang? Bahkan mendukungnya
untuk menjadi presiden? Kalo tidak
baik, mengapa sejak dahulu kita
sudah mendengar nama Jokowi
walaupun ia hanya seorang
walikota? Saya ingat betul saya
mendengar nama besar Jokowi pada
tahun 2011, di acara Provocative
Proactive yang dipandu teman baik
saya Pandji Pragiwaksono. Acara ini
adalah sebuah acara remaja yang
membahas politik. Di kesempatan itu
Mas Pandji menyebut Jokowi sebagai
seorang walikota yang hebat.
Beberapa bulan kemudian banyak
sekali berita baik mengenai
kinerjanya. Karena itu masyarakat
memohon kepada PDIP untuk
mencalonkan Jokowi agar memimpin
ibukota Indonesia, Jakarta. Ia pun
berangkat ke Jakarta dan terpilih.
Tidak sampai disitu, ia pun
melakukan berbagai perubahan
berarti, seperti pembangunan MRT,
penertiban Tanah Abang, penertiban
topeng monyet, dsb. Kemudian
masyarakat memohon kepada
Megawati dan PDIP untuk
mencalonkan Jokowi sebagai
presiden. Termasuk saya. Termasuk
keluarga saya. Termasuk teman-
teman saya. Banyak. Ia mencalonkan
diri sebagai presiden bukan karena
paksaan Megawati, namun karena
paksaan saya dan jutaan rakyat
lainnya.
Sementara rekam jejak Prabowo
belum menunjukkan ia mampu
memimpin 250 juta jiwa Indonesia.
Ia adalah mantan seorang pemimpin
prajurit militer. Mbak Tasniem,
prajurit militer itu berbeda dengan
rakyat sipil. Dimana prajurit harus
menuruti semua komando
pemimpinnya, tanpa boleh protes.
Berbeda dengan rakyat sipil yang
justru idealnya terus mengkritisi
pemerintah jika dirasa kebijakannya
tidak baik. Bahkan sebagai prajurit
pun Prabowo pernah diberhentikan
dari ABRI 11 tahun sebelum masa
pensiunnya. Disini letak
perbedaannya. Jokowi sudah teruji
dan dipuji saat memimpin rakyat
sipil di 2 wilayah Indonesia,
sementara Prabowo belum teruji dan
bahkan pernah diberhentikan dari
militer.
Maka dari itu Mbak Tasniem,
bertanyalah pada hati yang
terdalam, apakah seseorang bisa kita
percaya akan menjadi pemimpin
yang baik jika belum teruji dan
pernah diberhentikan? Menurut
rekam jejak kedua calon, siapakah
yang lebih siap dan mampu
memimpin 250 juta jiwa Indonesia
yang mayoritas sipil itu?

Blusukan Jokowi

Saya tahu Mbak Tasniem dari
keluarga muslim yang dihormati.
Saya pun yakin Mbak Tasniem
adalah seorang muslimah yang baik.
Karena muslimah yang baik adalah
mereka yang selalu berprasangka
baik. Maka mari kita berprasangka
baik pada blusukan Jokowi.
Blusukan Jokowi tidak begitu saja
langsung diketahui media lalu
disorot. Ada prosesnya. Darimana
media tau Jokowi blusukan jika
sebelumnya Jokowi tidak blusukan di
berbagai tempat? Blusukan Jokowi
dilakukannya jauh sebelum media
tahu, lalu kemudian menjadi
pembahasan masyarakat, lalu
kemudian media tertarik dan
meliput.

Dana dan Kebocoran

Menanggapi pertanyaan Mbak
tentang asal dana untuk program
Jokowi akan sulit. Karena itu
memang hanya bisa ditanggapi oleh
Jokowi dan timnya sendiri. Namun
kemudian Mbak Tasniem
menyebutkan kebocoran kekayaan
alam Indonesia yang dijelaskan
Prabowo di dalam debat capres
kedua.

Mbak Tasniem yang cerdas,
bukankah kebocoran yang disebut
Prabowo itu penuh perdebatan? Jika
Prabowo mengaku mendapatkan
data kebocoran itu dari Abraham
Samad, maka sebenarnya maksud
Abraham Samad yang bocor itu
bukan dana yang sudah ada, bukan
pula alam Indonesia. Maksud
Abraham Samad mengenai
kebocoran adalah hilangnya potensi
pendapatan negara. Potensi ini
hilang bukan karena dicuri, namun
karena banyak pengusaha yang tidak
membayar pajak atau banyaknya
produk impor yang masuk.
Jika menurut Mbak Tasniem dana
program Prabowo berasal dari
kebocoran itu, maka ini berarti
pihak Prabowo menggantungkan
dana program mereka dari sesuatu
yang masih bersifat potensi. Potensi
yang masih mungkin berhasil
didapatkan, tetapi mungkin juga
tidak berhasil didapatkan.
Kemungkinan potensi ini berhasil
didapatkan negara adalah melalui
perbaikan peraturan pajak atau
ketegasan pemerintah dalam
menarik pajak kepada pengusaha.
Lain lagi dalam impor, potensi baru
bisa berhasil didapatkan jika
pemerintah mampu melindungi
produk dalam negri dari impor.
Tentu saja untuk menuju
keberhasilan, kedua cara ini
prosesnya bersifat lama. Jika
demikian, sambil menunggu proses
mendapatkan dana dari potensi itu,
dari mana dana untuk program-
program Prabowo? Bahkan potensi
dana belum tentu berhasil
didapatkan. Jika tidak berhasil
didapatkan kemudian
pertanyaannya, dari mana dana
untuk program-program Prabowo?

Bertanya Pada Hati Nurani
Sejujurnya saya kecewa dengan isi
surat Mbak Tasniem. Surat Mbak
Tasniem menggelisahkan untuk
bangsa ini. Karena Mbak Tasniem
seakan lebih mengkhawatirkan
Jakarta dipimpin Ahok daripada
mengkhawatirkan 13 anak bangsa
yang masih hilang di bawah
komando Prabowo. Seakan sumpah
jabatan Jokowi itu lebih berdosa
daripada Prabowo melanggar
sumpah prajuritnya. Seakan
blusukan Jokowi itu perlu dicurigai
daripada mencurigai koalisi gemuk
dan koruptor pengemplang pajak di
belakang Prabowo. Seakan jaman
sekarang lebih butuh pemimpin yang
ditakuti karena pernah melanggar
HAM daripada pemimpin yang
disegani dan dipuji bangsa lain.
Seakan lebih tepat meremehkan
kemampuan Jokowi yang terbukti
sudah mampu memimpin 2 wilayah
di Indonesia daripada meremehkan
Prabowo yang belum pernah
memimpin sipil dan jelas
diberhentikan atasannya. Seakan
lebih baik memaklumi masa lalu
kelam Prabowo dan orang-orang
lama bermasalah di belakangnya
daripada memaklumi masa lalu
Jokowi yang terbukti baik.
Kita tidak sedang bertaruh seperti
suporter sepak bola dengan taruhan
uang pribadi. Kita sedang
menentukan masa depan bangsa,
yang taruhannya anak-cucu kita
nanti. Memang betul kita harus
selalu bertanya pada hati nurani
yang paling dalam untuk keputusan
kita memilih pemimpin nanti. Maka
Mbak Tasniem, mohon tanyakan
pada diri sendiri, apakah benar
Mbak Tasniem menulis surat itu
dengan hati yang paling dalam?
Surat tulus dari mantan adik
kelasmu yang dulu mengaggumimu,
Jakarta, 30 Juni 2014,
Dian Paramita
PS: Surat ini tak perlu dibalas
Diubah oleh tikailys 21-08-2014 11:18
0
4.8K
30
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan