Kaskus

News

shantikemAvatar border
TS
shantikem
Jokowi Mulai Ditinggalkan Pendukungnya, Imbas Ketidak-layakannya Menjadi Pemimpin RI?
Relawan Sudah Tak Solid? Anis Baswedan Mulai Kalut, Elektabilitas Jokowi Merosot!
Monday, June 30, 2014

Juru bicara pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK), Anies Baswedan meminta seluruh relawan dan tim sukses bekerja dengan solid untuk memenangkan Pilpres 2014, di penghujung masa kampanye. "Sisa 10 hari menjelang Pilpres 9 Juli 2014 atau sedikitnya lima hari sisa masa kampanye, kita tidak bisa rileks, tapi harus bekerja secara solid," kata Anies Baswedan saat menghadiri pemaparan hasil survei Indo Barometer, Ahad (29/6).

Dia mengatakan dalam sisa waktu 10 hari hendaknya para relawan dan tim sukses tidak lagi berbicara strategi besar. Namun, fokus bekerja semaksimal mungkin dari hal-hal kecil untuk memenangkan Jokowi-JK. "Sekarang juga bukan saatnya lagi bicara angka survei, konsentrasinya sudah pada kerja di lapangan, relawan maupun aktivis partai yang menominasikan pak Jokowi-JK harus kerja," ucap Anies.

Lebih jauh Anies mengingatkan perlunya kepastian pengawasan terhadap potensi penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), bantuan sosial dan hibah, oleh oknum kepala daerah untuk kepentingan Pilpres 2014. "Ini penting untuk digarisbawahi, karena bisa menjadi efek negatif, mudah-mudahan menjadi perhatian," ujar Anies.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan lembaga survei Indo Barometer 16-22 Juni 2014 dan melibatkan 1.200 responden di 33 provinsi Indonesia, diketahui bahwa elektabilitas Jokowi-JK 46 persen masih unggul dibanding Prabowo-Hatta 42,6 persen. Sedangkan pemilih masih belum menentukan pilihannya atau merahasiakan pilihannya sebanyak 11,3 persen.
Namun, secara umum perolehan suara Jokowi-JK itu dinilai menurun dibandingkan rangkaian survei-survei sebelumnya, sedangkan perolehan suara Prabowo-Hatta terus meningkat.
 http://www.suaranews.com/2014/06/relawan-sudah-tak-solid-anis-baswedan.html

Elektabilitas Jokowi Makin Turun, Suara Mulai Terpecah ke Prabowo
Sabtu, 07 Juni 2014, 04:12 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- CEO Alvara Research Center  Hasanudin Ali  mengatakan, Alvara melakukan survei untuk melihat pilihan capres-cawapres warga  muslim kota  pada Pilpres 9 Juli mendatang. Survei dilakukan pada 18-28 Mei 2014 di 10 kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Medan, Palembang, Pekanbaru, Balikpapan, Banjarmasin, Makassar.

Hasil survei, kata Hasanudin, memperlihatkan  pasangan Jokowi-Jusuf Kalla  memiliki elektabilias lebih tinggi dikalangan muslim kota yaitu 38,8 persen dibandingkan Prabowo-Hatta yang mencapai 29 persen. "Namun perbedaan elektabilitas keduanya cukup sedikit artinya pemilih di kota mulai terbelah ke Prabowo, semua survei menyatakan elektabilitas Jokowi mulai turun," katanya.

Waktu, ujar Hasanudin, menjadi musuh utama saat ini. Prabowo ingin waktu lebih lama agar suaranya bisa menyusul Jokowi, sementara Jokowi ingin pilpres dilakukan lebih  cepat agar suaranya tidak semakin turun.
http://www.republika.co.id/berita/pe...cah-ke-prabowo

Ini penyebab elektabilitas Prabowo-Hatta terus naik
Minggu, 29 Jun 2014

MERDEKA.COM. Hasil survei yang dilakukan Indo Barometer pada 16-22 Juni 2014 diketahui, elektabilitas pasangan Prabowo-Hatta terus mengalami kenaikan. Saat ini elektabilitas Prabowo-Hatta 42,6 % dan Jokowi-JK 46%. Sedangkan pemilih yang belum memutuskan mencapai 11,3%. Survei itu dipublikasikan hari ini, Minggu (29/6). Apa penyebab suara Prabowo-Hatta terus mengalami kenaikan?

Pertama adalah mesin politik koalisi Prabowo-Hatta mulai bangkit. "Kedua, pemilih Islam mulai mengarah ke Prabowo-Hatta," kata Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari. Selain itu, efek Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga mulai terasa. "Ada juga promo mulut ke mulut Prabowo-Hatta lebih kuat," jelasnya.

Pemilih juga melihat pasangan Prabowo-Hatta juga dinilai unggul dalam debat capres. "Mayoritas pendukung Prabowo-Hatta menentukan pilihan pada kampanye dan hari tenang," katanya. Padahal pada survei Indo Barometer tanggal 28 Mei-4 Juni 2014 atau tepat sebelum pelaksanaan kampanye pilpres resmi dimulai, pasangan Jokowi-JK masih unggul jauh. Jokowi-JK 49,9% dan Prabowo Hatta 36,5%. Dan jumlah pemilih yang belum memutuskan/rahasia/tidak menjawab adalah 13,5%.
https://id.berita.yahoo.com/ini-peny...072702462.html

Masyarakat Mulai Bosan, Elektabilitas Jokowi Cenderung Turun
Rabu, 2 April 2014 | 20:58 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Survei Pusat Data Bersatu (PDB) menunjukkan, elektabilitas bakal calon presiden Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Joko Widodo alias Jokowi mengalami penurunan. Peneliti PDB Agus Herta Sumarto mengatakan, lembaganya membandingkan dengan data elektabilitas para capres mulai September 2013. “PDB mengukur elektabilitas para bakal capres mulai dari bulan September 2013 lalu, hingga bulan Maret 2014 kemarin,” kata Agus saat memaparkan hasil survei PDB, di Jakarta, Rabu (2/4/2014). 

Pada September 2013, kata dia, elektabilitas Jokowi sebesar 36 persen. Sebulan kemudian naik menjadi 37,6 persen. Namun, pada bulan November, elektabilitas Jokowi turun menjadi 33,5 persen. Pada Januari 2014, elektabilitas Jokowi turun cukup jauh ke angka 28 persen. Sementara pada Februari 2014, elektabilitas Jokowi kembali naik menjadi 31,4 persen. Namun, pada bulan Maret kembali turun ke angka 29,8 persen. “Dengan catatan, bulan Maret yang kami ukur di sini adalah 1-14 Maret, sebelum Jokowi dideklarasikan. Setelah deklarasi, mungkin suaranya akan naik lagi, namun grafik sejauh ini menunjukkan suara Jokowi turun,” ujar Agus.

Menurut Agus, penurunan elektabilitas Jokowi karena masyarakat mulai bosan dan jenuh terhadap ekspose media terhadap Gubernur DKI Jakarta itu.  “Jokowi ini terlalu lama diekspos oleh media. Tapi isunya itu-itu saja, kalau suaranya mau naik lagi harus ada isu hangat yang positif. Mungkin isu deklarasinya kemarin bisa membuat suara dia naik,“ kata Agus.

Sementara itu, Chairman PDB Didik J Rachbini menilai, penurunan suara Jokowi karena banyaknya masalah yang terjadi selama dia menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. “Masyarakat sudah mulai kritis melihat berbagai masalah, seperti kasus pengadaan bus transjakarta, monorel, banjir, itu kan belum bisa diselesaikan,” ujar Didik. Survei ini dilakukan pada 7-14 Maret 2014, sebelum Jokowi dideklarasikan sebagai bakal capres PDI-P. Wawancara dilakukan melalui telepon dengan dipilih secara acak. Jumlah sampel sebanyak 1.500 responden di 33 provinsi atau 170 kota besar di seluruh Indonesia. Margin of error lebih kurang 2,5 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Survei dibiayai oleh PDB sendiri.
http://www.republika.co.id/berita/pe...cah-ke-prabowo

Media Pendukung Jokowi Mulai Ditinggalkan
Selasa , 24 Jun 2014 08:09 WIB

Skalanews - Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Fahri Hamzah menilai saat ini masyarakat Indonesia lebih suka membaca media-media yang memuat berita Calon Presiden (Capres) 2014, Joko Widodo (Jokowi) apa adanya.

Hal tersebut, jelas Fahri, terjadi karena ada sejumlah media massa yang terlalu berpihak kepada Capres usungan lima partai politik (Parpol) tersebut. Namun kini, media-media yang mendukung Jokowi secara membabi buta tersebut, katanya sudah mulai ditinggalkan. "Media settingan sudah mulai ditinggalkan orang, karena bagaimanapun masyarakat tidak bisa dibodohi lagi dan kini mulai sadar. Dan itu membuat masyarakat pusing," kata Fahri saat ditemui oleh wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (23/6).

Masyarakat, tambah Fahri, mulai meninggalkan media pendukung Jokowi tersebut, karena mereka katanya sudah mulai menyadari siapa sosok Jokowi yang sebenarnya, pasca menonton acara debat Capres 2014 yang diadakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI.

Hal itu, lanjut Fahri, belum lagi ditambah bukti mulai terbongkarnya kebobrokan yang terjadi di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pimpinan Jokowi, seperti hasil audit yang dikeluarkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI beberapa waktu yang lalu. "Audit BPK itu jelas, dia punya banyak masalah. Seperti halnya di Kota Solo, dia (Jokowi) tidak punya prestasi, karena kesejahteraan masyarakat Solo dalam indeks pembangunan jadi salah satu yang terendah ketika dia memimpin Solo selama tujuh tahun," katanya.

Dengan fakta ini, Fahri meyakini para swing voter maupun para pemilih rasional akan memilih Prabowo. Fahri pun memprediksi, bahwa kemungkinan hanya mereka yang memiliki kedekatan emosional saja yang masih mau mendukung Jokowi.

Pria yang menjadi anggota Tim Debat Capres-Cawapres Prabowo-Hatta ini juga mengatakan, masyarakat Indonesia dapat melihat bahwa kemampuan Jokowi itu hanya pada tingkatan managerial, sementara Prabowo adalah pemimpin yang asli. "Dia (Jokowi) belum pernah punya kemampuan diatas itu. Ini saja dia tak mampu memimpin, apalagi di skala nasional yang ada banyak sekali daerah otonom. Jokowi saya katakan skalanya  masih kota, sementara Prabowo international atau minimal nasional," kata dia.
http://www.skalanews.com/berita/deta...i-Ditinggalkan

Jokowi Mulai Ditinggalkan Pendukungnya, Imbas Ketidak-layakannya Menjadi Pemimpin RI?

Belum punya kapabilitas sebagai Presiden, Jokowi hanya dipaksakan sekelompok Elit saja?
Quote:


---------------------------------

Mau ngangkat Ketua RT saja harus emalui serangkaian uji-kelayakan dan kepantasan. Ini kok milih presiden, kayak milih ketua paguyuban NKRI aja?


emoticon-Ngakak
0
5.7K
48
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan