Planet yang memiliki nama asli Gliese 832c itu mungkin planet yang kondisinya paling mirip dengan Bumi. Bahkan, mungkin memiliki suhu seperti Bumi meskipun dengan perubahan musim yang esktrem.

Dream - Para peneliti berhasil mengungkapkan sebuah planet alien baru yang mungkin dapat mendukung kehidupan. Jarak planet tersebut dari Bumi hanya 16 tahun cahaya dan besarnya lima kali masa Bumi sehingga disebut 'Bumi Super'

Planet yang memiliki nama asli Gliese 832c itu mungkin planet yang kondisinya paling mirip dengan Bumi. Bahkan, mungkin memiliki suhu seperti Bumi meskipun dengan perubahan musim yang esktrem.

Sebuah tim astronom internasional mengatakan planet tersebut berada dalam 'zona layak huni' bintang Gliese 832 di mana air cair bisa mengalir di permukaannya.

Gliese 832c mengorbit bintang induknya setiap 36 hari. Namun, karena bintang induknya adalah bintang katai merah yang lebih redup dan lebih dingin dari matahari Bumi, maka planet Gliese 832c menerima energi bintang sebanyak yang diterima Bumi, meskipun mengorbit lebih dekat dengan bintang induknya.



"Ini menjadikan Gliese 832c salah satu dari tiga planet yang paling mirip Bumi dan paling dekat ke Bumi," kata Abel Mendez Torres, direktur Planetary Laboratory Habitability di University of Puerto Rico di Arecibo.



Planet ini mungkin memiliki suhu seperti Bumi, meskipun dengan perubahan musim yang ekstrim, mengingat suasana terestrialnya sama.



Namun ada hal-hal lain belum diketahui tentang planet ini, misalnya komposisi massal dan atmosfernya.

"Sejauh ini, dua planet Gliese 832 merupakan versi mini dari tata surya kita sendiri," tulis para peneliti.



Gliese 832 diketahui sudah menjadi bintang dari sebuah planet dingin mirip Jupiter, Gliese 832b yang ditemukan pada 2009. Gliese 832c sudah ditambahkan ke dalam daftar exoplanets yang bisa dihuni bersama dengan 23 obyek menarik lainnya. Jumlah planet dalam katalog tersebut kini jumlahnya hampir dua kali lipat tahun ini saja.



Gliese 832c ditemukan oleh sebuah tim yang dipimpin oleh Robert Wittenmyer, dari University of New South Wales di Australia, dengan memperhatikan getaran kecil gravitasi planet saat menginduksi bintang induknya.