- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Hal yang Sering Kita Sepelekan, tapi Sebenarnya Penting


TS
ryukiseki
Hal yang Sering Kita Sepelekan, tapi Sebenarnya Penting
Budayakan membaca sampai habis sebelum berkomentar dan berikanlah komentar yang bermutu.
Dalam tulisan saya kali ini yang saya posting di the lounge, saya akan membagikan mengenai hal yang terlihat sepele, tapi penting untuk kita perhatikan, sehingga semua masyarakat bisa membaca dan memahami

Saya rasa kita semua tau tentang korupsi, tapi saya yakin masih banyak dari kita yang tidak mengerti dampak dari korupsi itu sendiri dan hubungannya dengan politik.
Pertama kita bahas mengenai korupsi. Tahukah kalian bahwa korupsi yang dilakukan oleh oknum-oknum pemerintahan memberi dampak dalam semua aspek kehidupan kita di negara Indonesia. Karena korupsi, banyak anak kurang pendidikan, kesehatan, tidak mendapat tempat tinggal yang layak, kemacetan, tingginya kriminalitas dan kurangnya keamanan negara.
Koq bisa?
Tentu bisa.
Oknum-oknum birokrasi melakukan korupsi dengan memunggut bayaran dari dokumen-dokumen yang seharusnya gratis, seperti KTP dan bahkan setelah kita bayar pun prosesnya bisa jadi sangat lama. Beberapa dokumen penting, malah berbelit-belit dan prosesnya tergantung dengan besarnya bayaran yang kita berikan. Saya rasa kita pasti pernah berurusan dengan birokrasi.

Nah, kita lanjut hal lain. Kita lihat di jalan, banyak jalan yang bolong, kenapa? Katanya karena truk-truk besar. Tapi, kalau kalian pernah ke luar negri, jalanan mereka kokoh padahal sering dilewati truk-truk yang tidak kalah besar dengan truk di Indonesia. Kenapa? Karena mental korup orang Indonesia yang tidak hanya ada di oknum pemerintahnya saja, tapi juga di masyarakat bawah dan pihak-pihak terkait.
Kenapa saya katakan demikian? Oknum pemerintahan melakukan korupsi dengan cara menggunakan bahan murah, tapi memalsukan harga atau mark-up harga. Sehingga misalnya di bon rembesan, beli semen bagus mahal, tapi kenyataan memakai semen murah, dsb. Sehingga, jalanan bolong dan pada akhirnya terus menerus memperbaiki jalan karna jalan mudah berlubang.
Itu masalah dari oknum pemerintahan. Nah, karna bayaran rendah dan kemudian dibagi besar kepada pihak yang mengurus tender dan suap sana sini, maka para pembuat jalan yang menerima uang ‘sisa’, mereka bekerja dengan lambat, sehingga memakan waktu berhari-hari.

Kita contoh saja negara Jepang yang sering terkena gempa besar, bahkan terakhir saat sedang hebohnya gempa, dalam waktu 6 hari Jepang bisa membuat jalanan rusak parah menjadi tampak seperti tidak terjadi gempa.
[url]http://ekonomi.inilah..com/read/detail/1353642/jalan-rusak-jepang-diperbaiki-cuma-6-hari#.U62RH9ySxIw[/url]
Tahukah kamu, bahwa jalan-jalan yang dananya dikorupsi jadi sangat berbahaya dan tidak memenuhi standar keselamatan? Banyak jalan bolong contohnya, sehingga banyak terjadi kecelakaan terutama di malam hari. Banyak yang menghindari lubang, malah akhirnya berakhir naas.
Terperosok Lubang dan Terlindas
Pengendara Motor terlindas
Jadi, setelah membaca hal tersebut, masihkah kalian berpikir lubang di jalanan adalah hal yang sepele?
Dana pemerintah pusat terus mengucur ke daerah-daerah, tapi pemerintah daerah yang seharusnya mengawasi, malah seolah diam dan terlihat sering memperbaiki jalan yang tidak kunjung selesai (membutuhkan waktu lama) atau terus rusak.
Mindset, jalan rusak karena truk adalah mindset yang tidak sepenuhnya salah, tapi juga tidak sepenuhnya benar. Kita terus menyalahkan truk, tapi benarkah hanya karena truk? Secara logika, iya. Tapi kalau dilogikakan lagi, muncul pertanyaan apakah dana benar-benar dialokasikan dengan baik dan pembangunan jalan sudah sesuai standar? Padahal seperti yang kita tahu, beberapa bangunan dan jembatan peninggalan Belanda masih berdiri kokoh, meski sudah diterpa banjir dan sebagainya.
Kokohnya Peninggalan Belanda
Kemudian jalan yang bolong akan turut menyebabkan kemacetan, karena banyak pengendara berusaha menghindari jalanan tersebut, apalagi jika ada truk yang jatuh karna lubang tersebut, maka sudah pasti macet merembet kemana-mana.

Berikutnya, pendidikan. Dalam hal pendidikan, kita tahu, pemerintah mengalokasikan dana untuk pendidikan. Lalu kenapa masih banyak pengemis anak-anak yang berada di jalan? Mengapa masih banyak yang mengeluh biaya sekolah, meski belakangan sudah membaik. Nah, dari pengalaman teman-teman guru terutama mereka yang honorer, gaji mereka sangat kecil, sehingga untuk menyambung kehidupan, mereka harus melakukan kerja lain di luar menjadi guru, sehingga fokus mereka terpecah dan otomatis tubuh mereka letih dan konsentrasi mengajar kurang.
Tenaga pengajar harus terseleksi baik dan berkualitas, karna guru adalah orang-orang yang akan mempelopori generasi baru.Dalam hal ini, guru dituntut untuk memiliki kualitas dan kompetensi, namun seringkali saya melihat guru-guru yang kurang berkompetensi. Teliti punya teliti, saya sering mendengar keluhan, bahwa menjadi guru, gajinya kecil. Sehingga mindset ini membuat banyak orang yang berkualitas, tidak ingin menjadi guru dan mendambakan kerja-kerja kantoran di gedung-gedung megah atau sekolah bertaraf internasional yang gajinya besar.

Akibatnya, orang-orang yang kurang kompeten, menjadi guru dan bisa kita tebak berikutnya. Guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Artinya, jika guru mengajarkan murid dengan suatu ajaran yang kurang baik, maka murid akan belajar dan generasi bangsa akan menjadi tidak kompeten pula. Sehingga tidak jarang banyak orang Indonesia dipandang rendah oleh negara lain, menjadi pembantu, atau pekerja kasar. Karena itu, penting sekali memiliki guru yang kompeten.
Di Jepang, guru dihargai dan diberi kehidupan yang layak.
Gaji Guru di Jepang
Dalam hal ini, dana pendidikan yang tidak tersalur dengan tepat karena dikorupsikan, tidak hanya merugikan rakyat kecil, namun juga guru-guru di Indonesia. Kadang ada juga oknum-oknum kepala sekolah nakal yang menerima sogokan, atau ikut andil dalam korupsi sehingga gaji guru-guru makin kecil. Saya pernah mendengar sebuah cerita dari sebuah tempat pendidikan, bahwa mereka mendapat dana kucuran, katakan 1M, namun mereka hanya mendapat 100 Juta dan menanda tangani 1M.
Kalian tahu, seharusnya mereka bisa memberi 1000 beasiswa dengan dana tersebut, namun karena keterbatasan dana yang sudah dikorupsi oleh oknum-oknum pemerintahan dan oknum-oknum nakal dari pihak-pihak terkait, maka beasiswa hanya diperuntukkan untuk 4 – 5 orang.
Berikutnya, kesehatan. Dalam hal kesehatan, saya akan menceritakan sebuah pengalaman adik pembantu saya. Dia masuk ke rumah sakit (bukan swasta), kejadiannya sudah lama, sekitar 2009, saat itu adik pembantu saya akan melahirkan. Dia masuk dan diinfus, baru setengah, infusnya diambil dan kemudian diberikan kepada pasien yang baru datang. Berikutnya adalah hal yang menyedihkan, anaknya mati dan mereka harus membayar harga 1 infus.
Itu adalah yang saya ketahui, masih banyak yang tidak saya ketahui beritanya.

Bonus Mobil untuk Dokter
Ada satu fenomena lucu di Indonesia, dokter juga menjadi marketing. Sebuah bocoran dari teman saya yang bekerja di farmasi. Mereka akan bekerjasama dengan dokter untuk menjual obat. Dokter yang menjual produk mereka akan diberikan insentif sesuai dengan perjanjian di awal. Jadi, jangan heran, jika kita periksa ke dokter, kemudian ada dokter yang membuka resep dan memberi berbagai obat atau vitamin yang sebenarnya tidak kita butuhkan. Oknum-oknum dokter ini lah yang membuat kita harus bayar mahal untuk biaya kesehatan. Rumah sakit mahal, justru menjadi incaran terbesar oknum-oknum dokter ini, karena pasien high class terutama yang tidak mengerti dan sudah lanjut usia, akan mendengarkan mereka dan membeli tanpa bertanya.
Saya punya pengalaman pribadi dengan masalah yang saya paparkan di atas. Tante saya, sering berobat dan saya dulu sering menemani tante saya. Banyak biaya yang sudah kami habiskan. Kami sudah coba beberapa dokter, tapi selalu diberi resep yang banyak dan mahal. Namun, penyakit tante saya tidak kunjung sembuh. Sampai akhirnya kami datang ke salah satu dokter yang buat saya salut, beliau mengatakan bahwa tante saya hanya sakit pikiran. Maklum, tante saya memang sudah tua dan tidak ada teman. Usia tante saya 70 tahun.

Nah, hal ini juga lah, yang menurut saya, sering mengakibatkan malpraktek. Kenapa? Karena obat itu pada dasarnya racun, Racun dalam takaran tertentu untuk membunuh kuman/virus tertentu, sehingga kebiasaan memakan obat, sama saja dengan kebiasaan memakan racun, walau beberapa adalah vitamin yang dapat dikomsumsi dengan tubuh, tetap saja beberapa obat zaman sekarang sudah melalui proses kimia. Dalam jumlah yang sesuai takaran, akan bermanfaat, tapi jika berlebihan apalagi obat yang diberikan tidak sesuai dengan tubuh, maka bisa terjadi komplikasi atau alergi.
Kebiasaan lain yang juga buruk adalah kebiasaan tebang pilih. Kenapa? Karena pertama, dokter semakin hebat, seringkali menilai segala sesuatu dari materi. Kedua, biaya di muka. Ketiga, rumah sakit bukan lembaga sosial yang juga butuh dana,sehingga dana kesehatan yang dikorupsi oleh berbagai oknum terkait, membuat pelayanan rumah sakit jadi buruk dan pada akhirnya tebang pilih terjadi. Sakit jadi hal yang mewah dan butuh biaya besar.

Selain masalah dari oknum pemerintah, kurangnya kesadaran masyarakat tentang asuransi juga membuat mereka yang sakit, jadi miskin. Tapi bagaimana mau bayar asuransi, kalau penghasilan saja pas-pasan?
Kemudian, kita bahas kemacetan. Banyak orang dari desa berbondong-bondong ke kota dan menyebabkan padatnya daerah perkotaan, karena mindset “mengadu nasib”. Kenapa? Karena pemerintah kurang memperhatikan desa dan para rakyat kecil.
Kebijakan impor terutama untuk sembako, sebenarnya harus kita pertanyakan. Kenapa? Coba pikirkan dengan logika. Kita mengekspor, padahal negara kita sendiri membutuhkan, tapi malah kita import juga. Nah, tanya mengapa?
Simple, korupsi terjadi dalam berbagai aspek. Ada saja oknum-oknum nakal yang memainkan ekspor import, sehingga yang dirugikan adalah rakyat-rakyat desa yang bermata pencarian sebagai petani, nelayan, pengrajin. Kenapa demikian?
Hasil mereka dibeli dengan murah dan harusnya hasil mereka dinikmati oleh negara Indonesia, tapi malah diekspor. Sedangkan barang import didatangkan untuk memenuhi kebutuhan dengan mengarahkan mindset ‘branded’. Padahal hasil-hasil dalam negri tidak kalah dengan barang-barang impor. Namun karna terjadi korupsi dari oknum-oknum yang memainkannya, maka daya beli masyarakat desa rendah dan lapangan pekerjaan kurang luas karena kurang diberdayakan dan diperhatikan. Akhirnya mereka berbondong-bondong ke kota. Beberapa menjadi pekerja kasar, pungli, atau preman.

Komentar kaskuser yang Kena Pungli Binus Syahdan
Pungli di Binus Syahdan misalnya saja, saya pernah parkir di sana dan mau pergi ke tempat lain, mereka langsung bilang, kalau mau ditinggal 5000 mas. Pernah sekali saya menginap di rumah teman saya dan kendaraan tidak bisa masuk karena acara nikahan. Motor dikenakan 15.000, mobil 30.000 dan tidak boleh lewat dari jam 7 pagi karena yang jaga ganti dan harus kasih biaya tambahan jika lewat dari jam 7 pagi.

Polisi, sejatinya harusnya melindungi. Namun, saya pernah bertemu dengan oknum polisi yang menilang saya karna saya salah jalur ketika saya ke Jakarta selatan pertama kali. Dia meminta uang damai sebesar 100.000 dan saya menolak. Saya dibawa ke dalam ruangan dan dia menulis surat tilang, tapi sebelum menulis, dia bilang pada temannya, “lo aja yang tulis”. Kemudian mereka tertawa dan terjadi lempar melempar buku tilang. Jujur, di sini saya kecewa sekali dengan pemerintahan dan menurut saya banyak sekali hal yang perlu dibenahi.
Teman saya, pernah kehilangan mobilnya dan dia ditusuk kemudian dibuang ke jalan dan masuk rumah sakit. Ketika lapor, ada oknum yang meminta bayaran baru mereka carikan. Ayah teman saya dengan marahnya bilang, ‘saya udah hilang sapi, masih mau hilang kambing? Cari saja dulu”
Sekarang, kita lihat, bagaimana polisi yang begitu disegani dulu, menjadi kehilangan respect masyarakat karena oknum-oknum polisi yang tidak bermoral. Sehingga menurut saya, perlu adanya pelatihan moral selain pelatihan fisik.

Nah, korupsi-korupsi yang ada di setiap aspek kehidupan ini yang harus diperhatikan oleh pemerintah, sehingga dengan tiadanya korupsi, maka rakyat bisa sejahtera dari berbagai aspek. Kita sebagai masyarakat terlalu sering diam dan tidak bertindak, sehingga budaya korup semakin menjadi-jadi. Lihat saja pejabat kita yang tertangkap tidur bahkan menonton video porno ketika rapat, jalan-jalan ke luar negri dengan alasan studi banding.
Budaya korupsi telah menjalar bukan hanya di oknum-oknum pemerintahan saja, tapi sudah menjalar sampai kepada masyarakat. Seperti membuang sampah sembarangan, melanggar lampu merah, dsb. Padahal, kita juga yang menerima akibatnya. Kita tidak bisa menyalahkan pemerintah saja, karena kita semua berpartisipasi dalam lahirnya budaya-budaya korup.
Dengan tiadanya korupsi, birokrasi akan jadi lebih bersahabat, penduduk desa tidak perlu ke kota karena ada lapangan pekerjaan dan petani, nelayan atau profesi sejenis lebih menjanjikan daripada sebelumnya, kemacetan akan berkurang, polisi kembali disegani dan melindungi masyarakat, ditambah dengan pembenahan mental yang akan membantu negara ini lebih bersih dan pintar.
Selain itu, budaya bagi-bagi kursi harus dihilangkan, karena budaya bagi-bagi kursi guna mendapatkan dukungan, hanya akan membuat orang yang berada di tempatnya belum tentu ahlinya.
Sehingga, untuk mewujudkan itu semua, kita perlu membenahi diri kita, salah satunya dengan membenahi mental kita dan sadar politik.
Sadar politik?
Ya, sadar politik.
Seperti yang saya sampaikan di atas, dampak-dampak korupsi, tidak lepas dari peran-peran oknum terkait. Lantas apa hubungannya dengan politik? Jelas ada, karena politik mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Berapa banyak politisi yang berjanji sebelum menjabat, tapi seringkali tidak menepati janjinya? Melakukan korupsi dan tidak memikirkan rakyat?
Jika sebuah politik baik, dipimpin oleh orang yang jujur dan bersih, maka rakyat akan sejahtera.
Namun, tidak mudah menjadi orang jujur di negara ini, banyak sekali yang berusaha menjatuhkan. Padahal, jika dipimpin oleh orang baik, negara ini pasti akan jadi lebih baik.
Saya selalu apatis terhadap politik. Bagi saya politik hanya membodoh-bodohi. Sampai akhirnya saya menemukan sebuah harapan, sebuah harapan yang menggerakan saya untuk bangkit dari apatis menjadi aktif berperan serta dalam menentukan nasib bangsa lewat pilkada gubernur DKI yang telah lalu dan menjadi semakin sadar akan politik dan akan turut serta dalam pemilu 2014.

Saya melihat HARAPANtersebut ada pada Jokowi. Jokowi telah menunjukkan hasil nyata, salah satunya adalah tanah abang yang sering saya lewati. Saya yakin bahwa Jokowi adalah sebuah jawaban yang akan membawa negara ini pada masa kejayaan.
Karakter juga visi misinya membuat saya yakin dan bergerak karena hati nurani, tanpa paksaan dan beban. Hanya saja belakangan ini, banyaknya black campaign tanpa data akurat dan jelas, semakin marak dan memuakkan.
Saya berusaha untuk menjelaskan secara fakta, namun saya mohon maaf, jika beberapa diantaranya mengandung unsur SARA.
Isu pertama yang selalu dikumandangkan oleh penyerang kubu Jokowi adalah, orangtua Jokowi non muslim. Padahal kenyataannya, orangtua Jokowi adalah muslim dan sudah naik haji.
Klarifikasi Isu Haji
Isu ini kemudian mengelitik saya dengan beberapa pemikiran.
Poin pertama, ini bukan negara Islam, jadi, siapa pun pemimpinnya, apa pun agamanya, yang penting memikirkan rakyat dan menyejahterakan rakyat. Bukankah banyak (maaf) oknum pejabat yang beragama Islam tapi melakukan korupsi? Jadi ini tergantung orangnya, bukan agamanya.

Poin kedua, Bhinneka Tunggal ika, berbeda-beda tapi tetap satu. Katanya, kalau Islam memilih pemimpin, pemimpinnya juga harus Islam, bukan kah Jokowi sudah masuk kriteria tersebut? Lalu, kenapa terus bermunculan fitnah dan terus saja banyak penyerang mengumandangkan harus memilih yang seagama? Lho, jadi Bhinneka Tunggal Ika apa gunanya? Kenapa jadi seperti tidak menghargai keragaman yang ada? Jadi kalau bukan Islam, tidak boleh mencalonkan diri jadi pemimpin? Padahal kalian tinggal dengan agama-agama lain yang juga menghargai dan mengakui eksistensi kalian, serta tidak mempermasalahkan dipimpin oleh yang tidak seagama dengan mereka

Poin ketiga, Rhoma Irama mati-matian menolak Jokowi karena dulu waktu Pilkada, katanya Jokowi orangtuanya non muslim, sekarang kenapa malah dukung Prabowo yang jelas orangtuanya non muslim? Tanda tanya besar. Ada apa ini?
Lanjut ke bawah 

0
7.8K
26


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan