- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Tua-tua Keladi, Makin Tua Lupa Janji


TS
budiliem76
Tua-tua Keladi, Makin Tua Lupa Janji
gile,
ane malah baru inget klo waktu pilpres tahun lalu JK pernah janji kayak gini gan
gak beda2 jauh sama Jokowi yg janjinya gak bisa dipegang
cekidot!
Bapak H Muhammad Jusuf Kalla atau biasa dipanggil dengan sebutan JK, pada tahun ini santer diberitakan akan menjadi pendamping/Cawapres Bapak Jokowi yang menjadi Capres dari PDIP. Banyak yang meragukan dan mempertanyakan mengenai pasangan ini, namun ada juga yang mendukung untuk memasangkan duet ini. Beberapa pengamat mengatakan kalau pasangan ini adalah pasangan yang cocok, namun juga ada yang menyatakan kalau pasangan ini dapat menimbulkan matahari kembar atau bahkan Cawapres yang lebih dominan.
Meski sampai saat ini belum juga ada pengumuman dari PDIP mengenai siapa yang akan menemani Jokowi menghadapi Pilpres mendatang, beberapa nama sudah muncul dan yang paling santer adalah JK. Banyak hal yang diunggul-unggulkan mengenai pasangan ini, namun ada juga yang terlupa mengenai pasangan ini. Saya dapat menyebutnya pasangan yang ingkar janji atau tidak dapat dipegang omongannya dan selanjutnya akan berbahaya jika terpilih.
Berawal dari Bapak Jokowi yang mudah untuk meninggalkan Kota Solo demi meraih Ibu Kota DKI Jakarta dan kali ini mudah kembali untuk meninggalkan Ibu Kota DKI Jakarta untuk menjadi Presiden Indonesia. Janji-janji, sumpah-sumpah pada pengangkatan tinggallah janji dan sumpah. Jika Jokowi menjadi Presiden, maka jika Jokowi dicalonkan menjadi Sekjen PBB, akankah beliau meninggalkan jabatannya juga sebagai Presiden Indonesia?
Selanjutnya dari Bapak Jusuf Kalla. Pada pemilihan Presiden pada tahun 2009, Jusuf Kalla maju sebagai Calon Presiden dari Partai Golkar bersama Wiranto yang menjadi Calon Wakil Presiden dari hasil koalisi Partai Golkar dengan Partai Hanura. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa JK dan Wiranto gagal pada saat itu memenangi pertarungan Pilpres. Pada saat itu JK mengatakan jika ia kalah pada Pilpres 2009, maka ia akan pensiun dan pulang kampung untuk membangun dan mengurus Masjid. Sungguh niat yang mulia dari mantan Wakil Presiden kita ini.
Namun akhirnya kita sama-sama tahu bahwa JK pun siap jika dipasangkan dengan Jokowi pada Pilpres kali ini. Sebenarnya apa maksud dari Bapak JK ini? Apakah karena sama-sama ingkar janji maka JK sangat ingin maju menemani Jokowi?
Saya teringat mengenai seorang Jusuf Kalla yang kali ini dapat mengendarai dua kendaraan politik. Yang pertama tentu saja partainya yaitu Partai Golkar. Lalu yang kedua adalah partai yang sudah berkoalisi dengan PDIP, Partai Nasional Demokrat. Kabarnya bahkan JK lah yang mengeluarkan niat untuk mendirikan partai Nasdem ini untuk menjadi alat politiknya bersama Surya Paloh.
Bapak Jusuf Kalla ini tahu bahwa suara para pendukungnya di Partai Golkar masih kuat. Beliau melihat bahwa ini adalah kunci yang dapat memecahkan suara Partai Golkar. Dengan menggunakan loyalis-loyalisnya, kali ini Partai Golkar hampir terpecah dengan mengumandangkan isu agar Pencapresan Aburizal Bakrie (ARB) dibatalkan dan fokus untuk mengusung Cawapres bagi Partai lain. Serendah itu kah Partai Golkar memiliki target? Padahal Partai Golkar menjadi peringkat kedua dalam hasil Pemilu tahun ini.
Tujuannya sudah jelas yaitu agar Aburizal Bakrie gagal menjadi Calon Presiden dan dapat memunculkan beberapa nama seperti Akbar Tanjung, Priyo Budi Santoso dan tentu saja Jusuf Kalla. Memang Partai Golkar ini sering dipecah belah suaranya karena mungkin saja jika Partai Golkar solid, itu akan membahayakan bagi partai lain.
Kembali lagi, apakah JK ingat pada 2009 lalu apa yang ia dapatkan? Bukankah ketika JK menjadi Ketum Partai Golkar suara Golkar anjlok jauh? Namun ketika pada tahun ini Aburizal Bakrie yang menjadi Ketum sudah berhasil meraih rebound suara Partai Golkar untuk merangkak naik, kali ini JK ingin mengambil suara itu atau memecahnya? Isu untuk menggelar Rapimnas secepatnya juga dikeluarkan agar Aburizal Bakrie batal menjadi Calon Presiden.
Yang saya aneh adalah, saya tahu ‘dosa-dosa’ dan kebaikan-kebaikan Aburizal Bakrie, dan sampai saat ini memang Aburizal Bakrie selalu diserang melalui ‘dosa-dosa yang tidak ia lakukan’. Jika memang elektabilitas ARB sampai saat ini masih rendah, untuk apa ARB selalu digoyang agar tidak menjadi Calon Presiden? Apakah dibalik itu justru mereka takut kalau saja ARB dapat memenangi Pilpres karena ARB adalah sosok yang ditakuti oleh beberapa pengusaha dalam dan luar negeri karena kejeniusannya? Memang ARB ini menurut info yang saya dapatkan adalah salah satu pengusaha dalam negeri yang berbahaya bagi pengusaha-pengusaha asing dan Tionghoa, bahkan Yahudi pun pernah dibuat kalah oleh keluarganya.
Dengan menurunnya elektabilitas Jokowi dan mulai merangkak naiknya elektabilitas Prabowo dan ARB, tentu saja ini merupakan sebuah ancaman. ARB bahkan diperkirakan dapat memenangkan pertarungan jika dapat berkoalisi dan mendapat Cawapres yang bagus. Mungkin inilah hal yang ditakuti oleh musuh bisnis dan politik ARB sehingga mengguncang Partai Golkar dari segi manapun, termasuk melalui Jusuf Kalla.
Jika JK tetap memaksakan untuk menjadi Cawapres Jokowi pada umur yang ke 72 ini, tentu saja ini kentara sekali bahwa ini hanyalah Nafsu besar Bapak Jusuf Kalla. Sudah saatnya JK tidak terlibat didalam politik, lebih baik menjadi penasehat saja bagi yang lebih muda.cek sumber



Quote:
Jusuf Kalla Sudah Tua, Main Dua Kaki Pula
Bapak H Muhammad Jusuf Kalla atau biasa dipanggil dengan sebutan JK, pada tahun ini santer diberitakan akan menjadi pendamping/Cawapres Bapak Jokowi yang menjadi Capres dari PDIP. Banyak yang meragukan dan mempertanyakan mengenai pasangan ini, namun ada juga yang mendukung untuk memasangkan duet ini. Beberapa pengamat mengatakan kalau pasangan ini adalah pasangan yang cocok, namun juga ada yang menyatakan kalau pasangan ini dapat menimbulkan matahari kembar atau bahkan Cawapres yang lebih dominan.
Meski sampai saat ini belum juga ada pengumuman dari PDIP mengenai siapa yang akan menemani Jokowi menghadapi Pilpres mendatang, beberapa nama sudah muncul dan yang paling santer adalah JK. Banyak hal yang diunggul-unggulkan mengenai pasangan ini, namun ada juga yang terlupa mengenai pasangan ini. Saya dapat menyebutnya pasangan yang ingkar janji atau tidak dapat dipegang omongannya dan selanjutnya akan berbahaya jika terpilih.
Berawal dari Bapak Jokowi yang mudah untuk meninggalkan Kota Solo demi meraih Ibu Kota DKI Jakarta dan kali ini mudah kembali untuk meninggalkan Ibu Kota DKI Jakarta untuk menjadi Presiden Indonesia. Janji-janji, sumpah-sumpah pada pengangkatan tinggallah janji dan sumpah. Jika Jokowi menjadi Presiden, maka jika Jokowi dicalonkan menjadi Sekjen PBB, akankah beliau meninggalkan jabatannya juga sebagai Presiden Indonesia?
Selanjutnya dari Bapak Jusuf Kalla. Pada pemilihan Presiden pada tahun 2009, Jusuf Kalla maju sebagai Calon Presiden dari Partai Golkar bersama Wiranto yang menjadi Calon Wakil Presiden dari hasil koalisi Partai Golkar dengan Partai Hanura. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa JK dan Wiranto gagal pada saat itu memenangi pertarungan Pilpres. Pada saat itu JK mengatakan jika ia kalah pada Pilpres 2009, maka ia akan pensiun dan pulang kampung untuk membangun dan mengurus Masjid. Sungguh niat yang mulia dari mantan Wakil Presiden kita ini.
Namun akhirnya kita sama-sama tahu bahwa JK pun siap jika dipasangkan dengan Jokowi pada Pilpres kali ini. Sebenarnya apa maksud dari Bapak JK ini? Apakah karena sama-sama ingkar janji maka JK sangat ingin maju menemani Jokowi?
Saya teringat mengenai seorang Jusuf Kalla yang kali ini dapat mengendarai dua kendaraan politik. Yang pertama tentu saja partainya yaitu Partai Golkar. Lalu yang kedua adalah partai yang sudah berkoalisi dengan PDIP, Partai Nasional Demokrat. Kabarnya bahkan JK lah yang mengeluarkan niat untuk mendirikan partai Nasdem ini untuk menjadi alat politiknya bersama Surya Paloh.
Bapak Jusuf Kalla ini tahu bahwa suara para pendukungnya di Partai Golkar masih kuat. Beliau melihat bahwa ini adalah kunci yang dapat memecahkan suara Partai Golkar. Dengan menggunakan loyalis-loyalisnya, kali ini Partai Golkar hampir terpecah dengan mengumandangkan isu agar Pencapresan Aburizal Bakrie (ARB) dibatalkan dan fokus untuk mengusung Cawapres bagi Partai lain. Serendah itu kah Partai Golkar memiliki target? Padahal Partai Golkar menjadi peringkat kedua dalam hasil Pemilu tahun ini.
Tujuannya sudah jelas yaitu agar Aburizal Bakrie gagal menjadi Calon Presiden dan dapat memunculkan beberapa nama seperti Akbar Tanjung, Priyo Budi Santoso dan tentu saja Jusuf Kalla. Memang Partai Golkar ini sering dipecah belah suaranya karena mungkin saja jika Partai Golkar solid, itu akan membahayakan bagi partai lain.
Kembali lagi, apakah JK ingat pada 2009 lalu apa yang ia dapatkan? Bukankah ketika JK menjadi Ketum Partai Golkar suara Golkar anjlok jauh? Namun ketika pada tahun ini Aburizal Bakrie yang menjadi Ketum sudah berhasil meraih rebound suara Partai Golkar untuk merangkak naik, kali ini JK ingin mengambil suara itu atau memecahnya? Isu untuk menggelar Rapimnas secepatnya juga dikeluarkan agar Aburizal Bakrie batal menjadi Calon Presiden.
Yang saya aneh adalah, saya tahu ‘dosa-dosa’ dan kebaikan-kebaikan Aburizal Bakrie, dan sampai saat ini memang Aburizal Bakrie selalu diserang melalui ‘dosa-dosa yang tidak ia lakukan’. Jika memang elektabilitas ARB sampai saat ini masih rendah, untuk apa ARB selalu digoyang agar tidak menjadi Calon Presiden? Apakah dibalik itu justru mereka takut kalau saja ARB dapat memenangi Pilpres karena ARB adalah sosok yang ditakuti oleh beberapa pengusaha dalam dan luar negeri karena kejeniusannya? Memang ARB ini menurut info yang saya dapatkan adalah salah satu pengusaha dalam negeri yang berbahaya bagi pengusaha-pengusaha asing dan Tionghoa, bahkan Yahudi pun pernah dibuat kalah oleh keluarganya.
Dengan menurunnya elektabilitas Jokowi dan mulai merangkak naiknya elektabilitas Prabowo dan ARB, tentu saja ini merupakan sebuah ancaman. ARB bahkan diperkirakan dapat memenangkan pertarungan jika dapat berkoalisi dan mendapat Cawapres yang bagus. Mungkin inilah hal yang ditakuti oleh musuh bisnis dan politik ARB sehingga mengguncang Partai Golkar dari segi manapun, termasuk melalui Jusuf Kalla.
Jika JK tetap memaksakan untuk menjadi Cawapres Jokowi pada umur yang ke 72 ini, tentu saja ini kentara sekali bahwa ini hanyalah Nafsu besar Bapak Jusuf Kalla. Sudah saatnya JK tidak terlibat didalam politik, lebih baik menjadi penasehat saja bagi yang lebih muda.
0
4.1K
Kutip
16
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan