- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Sekedar renungan dari Amat.


TS
WildanBlockhead
Sekedar renungan dari Amat.

Quote:
Jam dinding dengan jarum yg sudah agak rapuh dan kaca yang kusam sudah menunjukan pukul 04:00 Pagi.
Begitu pula dengan Amat, Bocah kurus berumur 12 tahun yang masih duduk di bangku sekolah dasar ini juga harus bangun dan bersiap-siap menuju kamar mandi, untuk apa? untuk mandi tentunya.
Pagi sekali? memang.
Kelopak matanya mulai terbuka perlahan, entah, mungkin karena sudah terbiasa, dia tidak membutuhkan alarm atau dibangunkan, dia selalu bangun pukul 04:00.
Sedikit ia mengusap-usap kedua kelopak matanya secara perlahan dengan telunjuk kurus yang agak kasar untuk ukuran anak 12 tahun.
Ketika anak-anak lain seusianya sedang asik bermimpi di kasur empuk nan nyaman
Ketika anak-anak lain seusianya sedang asik memeluk guling empuk nan nyaman.
Tapi tidak dengan amat.
Ia harus bergegas pergi meninggalkan kasur yang sudah lapuk dengan kapuk yang sudah tidak layak pula, karena itu bukan lagi kapuk mungkin, kapuk ini sudah mengeras, berevolusi menjadi layaknya batu, ya, keras.
Lampu kuning remang-remang 15 watt yang menggantung di kamar amat pun terlihat seperti mau tak mau menyinarkan cahayanya, kurang ajar sekali, yah, namanya juga 15 watt.
Amat meyakinkan diri dan penuh semangat dalam dirinya untuk menuju kamar mandi walaupun jalan nya agak terisak karena masih sangat mengangtuk.
“ngeekkkkk”
Pintu kamar mandi pun terbuka.
Amat pun segera mandi, membasuh tubuh kurusnya dengan air yang menusuk tubuh seperti es beku berbentuk jarum pentul, ya airnya masih sangat dingin.
Terkadang ia menggigil kedinginan setelah keluar dari kamar mandi, gigi rahang atasnya naik turun sehingga bertabrakan dengan gigi rahang bawah nya, ya karena sangat dingin.
Lalu tatapan matanya tajam, melihat penuh ke tumpukan buku pelajaran yang tersusun rapi di atas rak baju yang terbuat dari kayu.
Ia segera membuka buku pelajaran dan mereview ulang pelajaran-pelajran atau pekerjaan rumah yang ia selesaikan tadi malam.
tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 05:00 kurang 10 menit, ia langsung bergegas dan memasukan buku2 pelajarannya kedalam tas gendong jansport kesayangan pemberian tetangga nya itu. Ya walaupu sudah ada yang robek, tapi tas itu masih sangat tangguh untuk membawa setumpuk buku, seragam sekolah dan 2 botol air minum ukuran 1 liter.
Ia mempunyai waktu 75 menit untuk mengayuh sepedanya berjualan koran.
Karena jam 6:15 ia sudah harus sampai disekolah, spare 15 menit untuk istirahat dan sekedar meluruskan kaki sebelum 6:30 bel sekolah benar-benar berbunyi.
Amat adalah anak semata wayang Ibu Suratmi, ayahnya sudah lama meninggal ketika amat masih berusia 2 tahun akibat kanker paru-paru dan menguras habis harta kekayaan nya.
Sekarang ia tinggal dirumah/kontrakan yang mungkin agak jauh dari kata sederhana dengan ongkos sewa 150 ribu/ bulan.
Amat adalah anak yang tangguh dan cerdas, seringkali ia mendapatkan rangking di kelasnya, ia pun banyak disayang guru-guru disekolahnya, di usianya yang masih belia, pikiran nya sudah jauh melesat kedepan, ia tidak mau menyusahkan orang lain, ia mau belas kasihan orang lain, ia ingin meringankan beban ibunya, maka dari itu setiap jam 4 pagi, ia bangun, untuk bergegas mengayuh sepedanya dan berjualan koran keliling kampung dan komplek-komplek sebelum pergi kesekolah.
Amat segera menuju dapur untuk berpamitan kepada ibunya yang sedan membuat kue-kue dan gorengan jajanan pagi hari yang akan ia jajakan keliling kampung. Dengan tas jansport berisi amunisi yang ia siapkan untuk perang disekolah dan kaosputih oblong yang kerahnya sudah agak memelar dan celana merah seragam sekolahnya ia berjalan dan tersenyum menghampiri ibunya.
“mak, amat berangkat dulu” seraya mencium dan memegang erat tangan ibunya.
Begitu pula dengan Amat, Bocah kurus berumur 12 tahun yang masih duduk di bangku sekolah dasar ini juga harus bangun dan bersiap-siap menuju kamar mandi, untuk apa? untuk mandi tentunya.
Pagi sekali? memang.
Kelopak matanya mulai terbuka perlahan, entah, mungkin karena sudah terbiasa, dia tidak membutuhkan alarm atau dibangunkan, dia selalu bangun pukul 04:00.
Sedikit ia mengusap-usap kedua kelopak matanya secara perlahan dengan telunjuk kurus yang agak kasar untuk ukuran anak 12 tahun.
Ketika anak-anak lain seusianya sedang asik bermimpi di kasur empuk nan nyaman
Ketika anak-anak lain seusianya sedang asik memeluk guling empuk nan nyaman.
Tapi tidak dengan amat.
Ia harus bergegas pergi meninggalkan kasur yang sudah lapuk dengan kapuk yang sudah tidak layak pula, karena itu bukan lagi kapuk mungkin, kapuk ini sudah mengeras, berevolusi menjadi layaknya batu, ya, keras.
Lampu kuning remang-remang 15 watt yang menggantung di kamar amat pun terlihat seperti mau tak mau menyinarkan cahayanya, kurang ajar sekali, yah, namanya juga 15 watt.
Amat meyakinkan diri dan penuh semangat dalam dirinya untuk menuju kamar mandi walaupun jalan nya agak terisak karena masih sangat mengangtuk.
“ngeekkkkk”
Pintu kamar mandi pun terbuka.
Amat pun segera mandi, membasuh tubuh kurusnya dengan air yang menusuk tubuh seperti es beku berbentuk jarum pentul, ya airnya masih sangat dingin.
Terkadang ia menggigil kedinginan setelah keluar dari kamar mandi, gigi rahang atasnya naik turun sehingga bertabrakan dengan gigi rahang bawah nya, ya karena sangat dingin.
Lalu tatapan matanya tajam, melihat penuh ke tumpukan buku pelajaran yang tersusun rapi di atas rak baju yang terbuat dari kayu.
Ia segera membuka buku pelajaran dan mereview ulang pelajaran-pelajran atau pekerjaan rumah yang ia selesaikan tadi malam.
tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 05:00 kurang 10 menit, ia langsung bergegas dan memasukan buku2 pelajarannya kedalam tas gendong jansport kesayangan pemberian tetangga nya itu. Ya walaupu sudah ada yang robek, tapi tas itu masih sangat tangguh untuk membawa setumpuk buku, seragam sekolah dan 2 botol air minum ukuran 1 liter.
Ia mempunyai waktu 75 menit untuk mengayuh sepedanya berjualan koran.
Karena jam 6:15 ia sudah harus sampai disekolah, spare 15 menit untuk istirahat dan sekedar meluruskan kaki sebelum 6:30 bel sekolah benar-benar berbunyi.
Amat adalah anak semata wayang Ibu Suratmi, ayahnya sudah lama meninggal ketika amat masih berusia 2 tahun akibat kanker paru-paru dan menguras habis harta kekayaan nya.
Sekarang ia tinggal dirumah/kontrakan yang mungkin agak jauh dari kata sederhana dengan ongkos sewa 150 ribu/ bulan.
Amat adalah anak yang tangguh dan cerdas, seringkali ia mendapatkan rangking di kelasnya, ia pun banyak disayang guru-guru disekolahnya, di usianya yang masih belia, pikiran nya sudah jauh melesat kedepan, ia tidak mau menyusahkan orang lain, ia mau belas kasihan orang lain, ia ingin meringankan beban ibunya, maka dari itu setiap jam 4 pagi, ia bangun, untuk bergegas mengayuh sepedanya dan berjualan koran keliling kampung dan komplek-komplek sebelum pergi kesekolah.
Amat segera menuju dapur untuk berpamitan kepada ibunya yang sedan membuat kue-kue dan gorengan jajanan pagi hari yang akan ia jajakan keliling kampung. Dengan tas jansport berisi amunisi yang ia siapkan untuk perang disekolah dan kaosputih oblong yang kerahnya sudah agak memelar dan celana merah seragam sekolahnya ia berjalan dan tersenyum menghampiri ibunya.
“mak, amat berangkat dulu” seraya mencium dan memegang erat tangan ibunya.
Spoiler for Semoga:
Semoga bermanfaat gan, btw ini cerpen pertama ane gan, heheh, sebenernya gak ada bakat untuk nulis, passion sih ada, sedikit, kalo berkenan boleh bgt di kritik gan

Spoiler for Bonus:
kalo suka boleh kok gan ijo ijo nya biar seger

Spoiler for Sumber:
Spoiler for Mampir ke Thread ane yg lain gan:
Kalo mau baca, baca, kalo ga doyan baca jangan ngejunk ya gan 
ane brb makan dulu gan


ane brb makan dulu gan

Diubah oleh WildanBlockhead 27-06-2014 18:04
0
2.6K
Kutip
28
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan