- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Suka-Duka Dibalik Pencalonan Jokowi


TS
garudangangkang
Suka-Duka Dibalik Pencalonan Jokowi
Dikutip dari status FB Nanik S Deyang
Mohon di
yaa Gan... Supaya banyak yg baca.. 

Quote:
Dulu sy dikritik habis -habisan dikatakan sebagai wartawan yg tidak obyektif saat saya setiap hari menulis Jokowi di wall saya. Tak hanya itu, saya sampai ditulis oleh sebuah berita Portal yg cukup terkenal dimana waktu itu pemiliknya menjadi PR-nya Foke , bahwa saya adalah seorang wartawan senior yg tdk etis karena menjadi Tim Sukses Jokowi (padahal secara struktural organisai di Tim Sukses Resmi nama saya gak ada).
Sudahlah yg namanya pelecehan seolah saya seorang wartawan yg "dibayar" Jokowi saya terima setiap hari. Bahkan suatu malam saya di Loji Gandrung (di rumah Dinas ) Jokowi, saat curhat alias gendu-gendu rasa , saya sampai nangis sesenggukan luar biasa, dan Jokowi pun sampai ikut meneteskan air matanya. "Mbak Nanik , Gustiallah mboten sare (red: GustiAllah tidak tidur). Yg tau apa yang Mbak Nanik dan Mas Budi lakukan hanya saya, dan Devid serta Anggo (dua ajudan Jokowi). Di luar dua ajudan Pak Jokowi tersebut sebetulnya yg tau sebenarnya apa yg saya lakukan adalah Mbak Linda Djalildan Mas Susetyo Lit.
Mereka sangat tau bagaimana saya punya keinginan yg besar bahwa keadaan harus berubah, bahwa saya sudah muak dengan keadaan, bahkan saya sudah capai melihat kemiskinan dan kebobrokan moral para aparat. sebagai Walikota mendorong langsung Jokowi menjadi Presiden tentu itu sama dengan pungguk merindukan bulan. Sehingga saya dan sahabat saya Budi Purnomo Karjodihardjo berfikir , apa salahnya dia dicoba menjadi Gubernur DKI.
Waduh saat pertama menyebut nama Jokowi untuk saya presentasikan pada tokoh , dan teman-teman pengusaha , yg ada saya dihina-hina, sampai ada yg bilang mau keramas air got, kalau Jokowi jadi Gubernur. Selain saya dan Budi, ada juga kawan-kawan lain yg "gila" seperti kami , yaitu Prof Hamdi Muluk dokter Adrinof Chaniago, dan anak muda lulusan luar negeri yg menurut sy hebat banget yg bernama Hasan.
Yg paling berat saat awal membawa Jokowi ke Jakarta adalah meyakinkan Jokowi sendiri bahwa dia mampu. Jokowi selalu bimbang, takut , bahkan gak yakin. Belum lagi di PDIP Jokowi belum begitu "dikenal", restu dari Bu mega pun hanya 80 %. Di sinilah yg banyak orang lupa, Prabowolah yg jadi penentu "iya"-nya Bu Mega. Kalau malam itu Prabowo tdk mati-matian mendesak Bu Mega, hari ini kita gak akan lihat Jokowi jadi Gubernur.....(jadi sy ikut sedih waktu Prabowo dikatakan sbg penumpang gelap ), bagaimana pun ia ikut andil Jokowi menjadi Gubernur DKI. Kwalat kita kalau mengingkari itu!! ... waduh bisa dua buku kalau diceritakan awal2 berjuang untuk Jokowi, intinya yg ingin saya sampaikan siang ini adalah, APA YG SAYA LAKUKAN TIDAK SALAH. Itu juga yg saya sampaikan pada manajemen perusahaan saya, ketika saya "membobol" duit buat memenuhi hasrat saya dan Budi mengusung Jokowi. Untunglah saya dan Budi sbg pemegang saham , mungkin kalau tdk menjadi pemegang saham, saya dan Budi sudah masuk penajara karena menggunakan dana perusahaan dan gak bisa dipertangungjawabkan. Saya bilang ke manajemen , saya bertanggungjawab, dan saya minta sekian tahun saya dan Budi tdk menerima deviden.
Oh dulu pernah ada yg menulis di wall saya, seoarang wartawan yg juga suaminya wartawan, bahwa orang-orang semacam saya itu berjuang motivasinya adalah untuk mendapat proyek dan bayaran, atau jabatan. Jadi lewat tulisan ini pula saya ingin sampaikan kepada siapa saja utk menanyakan langsung pada Jokowi atau Pemda DKI, apakah ada proyek untuk Nanik S Deyang, atau ada pembayaran , atau jabatan . Yg ada saya bahagia luar biasa setiap kali menbaca media bahwa Jokowi ratingnya makin tak terbendung, saya bahagia lihat Jokowi wira-wiri di media, padahal dulu untuk meliput Jokowi kami harus mengemis-ngemis, yg ada sy sangat bahagia karena sampai hari ini saya masih bisa guyonan denga Jokowi sebagai sahabat. Dan tentu banyak kebahagian sy yg tdk bisa saya tulis, karena memang tidak bisa diucapkan atau ditulis.
Setelah "ikut" mengantar Jokowi menjadi pemimpin yg memenuhi haus dahaga rakyat akan sosok pemimpin, saya belakangan terpanggil membantu meluruskan hal-hal miring (yg saya tahu persis tdk seperti itu) terhadap sahabat saya DAHLAN ISKAN. 23 tahun saya mengenal dan bersahabat dengan Dahlan. Seperti Jokowi, Dahlan adalah sedikit dari anak bangsa ini yg punya "hati" pada rakyat. Layaknya wartawan, Dahlan hidup "apa adanya" (tapi selalu disebut pencitraan), dan sebagai pejabat ia terbilang lurus, pintar dan pekerja keras luar biasa, dan punya komitmen tinggi akan masa depan bangsa ini. Tapi ketika dunia maya mengadili dengan sepihak termasuk media , saya JUJUR terpanggil MEMBELA. Mengapa terpanggil, saya khawatir orang-orang yg jumlahnya di Indonesia tinggal beberapa manusia ini (yg memenuhi syarat sebagai pejabat, dan bisa berbuat untuk rakyat), akan lenyap dan hancur oleh provokasi , fitnah dan berita-berita yang di setting oleh orang-orang bejat tapi bernafsu menjadi pemimpin.
Bahwa Dahlan masih ada salah dan kekuarangannya, tentu itu wajar, karena dia manusia, dan mari kita memberi masukan dan mengkritiknya kalau dia salah. Tapi bahwa Dahlan banyak berbuat atau bahkan lebih dari pejabat lain, itu mustinya kalau kita mau jujur dengan hati kita, seharusnya kita mengakuinya.
Sayangnya sikap Dahlan sebagai orang jAwa Timur dan juga wartawan, kadang membuatnya terkesan KADI (karepnya sendiri) dan pecicilan serta arogan. Meski itu hanya sebaga "style" ternyata orang lebih senang mengadili dari "style"nya tersebut, sehingga kadang karya besar atau hasil kerja kerasnya tertutup oleh "style"nya itu.
Dan belakangan hal ini saya diskusikan serius dengan beliau ."Pak, kita ini masih berhadapan dengan masyarakat yg punya madzab bahwa pejabat itu harus santun, berwibawa dan semuanya serba tertata," ..berkali-kali saya minta agar dia sedikit bertingkah " kalem", spy orang melihat kinerja dan kecerdasannya sebagai pejabat. Tadinya sangat berat dia menerima pendapat saya, tapi setelah saya katakan, bahwa itulah bagian dari "pengorbanan" agar dia bisa bekerja lebih tenang , dan tidak terus-menerus dihantam orang yg tdk suka, maka beliau paham.
Saya yakin , apa yg saya lakukan terhadap Dahlan Iskan , membantu meluruskan dan mensosialisasikan kerjanya yg kadang tdk dilihat orang atau media, akan membuat saya lagi-lagi akan dihakimi orang sebagai wartawan yg tdk independen, atau bahkan sudah ada yg menyebut saya sebagai PR Dahlan Iskan, tapi Insyallah saya tidak PEDULI. setelah melewatai masa dihantam kanan-kiri saat mensosialisasikan Jokowi, sekarang rasanya saya lebih EGP. Apapaun yg kita kerjakan hasilnya bisa hari ini, lusa, atau bahkan beberapa tahun lagi . Tapi yg penting saya sudah menyampaikan menurut keyakinan hati saya benar dan baik.
Saya hanya ingin ada perubahan, ada harapan , dan dari sekian orang saya baru melihat Jokowi, Dahlan Iskan dan mungkin Prabowo (karena sy gak begitu mengenal sebagai sahabat dan dia belum pernah jadi pejabat yg melakukan sesuatu, sehingga saya belum melihat kerja nyatanya, tapi Prabowo termasuk sosok yg punya idealisme bangsa ini maju dan besar). Maaf kalau pandangan saya salah...tapi inilah keyakinan saya, dan saya siap dihujat seperti saat saya setiap hari menulis kebaikkan Jokowi utk menjadi Gubernur DKI saat itu.
Lalu apa harapan saya terhadap mereka, jadi presidenkah? saya menyerahkan pada masyrakat, saya hanya ingin terus menyuarakan dan mensosialisasikan, orang yg dalam keyakinan saya masih layak dan baik untuk membawa bangsa ini maju , dan tidak terpuruk seperti sekrang ini!
Sudahlah yg namanya pelecehan seolah saya seorang wartawan yg "dibayar" Jokowi saya terima setiap hari. Bahkan suatu malam saya di Loji Gandrung (di rumah Dinas ) Jokowi, saat curhat alias gendu-gendu rasa , saya sampai nangis sesenggukan luar biasa, dan Jokowi pun sampai ikut meneteskan air matanya. "Mbak Nanik , Gustiallah mboten sare (red: GustiAllah tidak tidur). Yg tau apa yang Mbak Nanik dan Mas Budi lakukan hanya saya, dan Devid serta Anggo (dua ajudan Jokowi). Di luar dua ajudan Pak Jokowi tersebut sebetulnya yg tau sebenarnya apa yg saya lakukan adalah Mbak Linda Djalildan Mas Susetyo Lit.
Mereka sangat tau bagaimana saya punya keinginan yg besar bahwa keadaan harus berubah, bahwa saya sudah muak dengan keadaan, bahkan saya sudah capai melihat kemiskinan dan kebobrokan moral para aparat. sebagai Walikota mendorong langsung Jokowi menjadi Presiden tentu itu sama dengan pungguk merindukan bulan. Sehingga saya dan sahabat saya Budi Purnomo Karjodihardjo berfikir , apa salahnya dia dicoba menjadi Gubernur DKI.
Waduh saat pertama menyebut nama Jokowi untuk saya presentasikan pada tokoh , dan teman-teman pengusaha , yg ada saya dihina-hina, sampai ada yg bilang mau keramas air got, kalau Jokowi jadi Gubernur. Selain saya dan Budi, ada juga kawan-kawan lain yg "gila" seperti kami , yaitu Prof Hamdi Muluk dokter Adrinof Chaniago, dan anak muda lulusan luar negeri yg menurut sy hebat banget yg bernama Hasan.
Yg paling berat saat awal membawa Jokowi ke Jakarta adalah meyakinkan Jokowi sendiri bahwa dia mampu. Jokowi selalu bimbang, takut , bahkan gak yakin. Belum lagi di PDIP Jokowi belum begitu "dikenal", restu dari Bu mega pun hanya 80 %. Di sinilah yg banyak orang lupa, Prabowolah yg jadi penentu "iya"-nya Bu Mega. Kalau malam itu Prabowo tdk mati-matian mendesak Bu Mega, hari ini kita gak akan lihat Jokowi jadi Gubernur.....(jadi sy ikut sedih waktu Prabowo dikatakan sbg penumpang gelap ), bagaimana pun ia ikut andil Jokowi menjadi Gubernur DKI. Kwalat kita kalau mengingkari itu!! ... waduh bisa dua buku kalau diceritakan awal2 berjuang untuk Jokowi, intinya yg ingin saya sampaikan siang ini adalah, APA YG SAYA LAKUKAN TIDAK SALAH. Itu juga yg saya sampaikan pada manajemen perusahaan saya, ketika saya "membobol" duit buat memenuhi hasrat saya dan Budi mengusung Jokowi. Untunglah saya dan Budi sbg pemegang saham , mungkin kalau tdk menjadi pemegang saham, saya dan Budi sudah masuk penajara karena menggunakan dana perusahaan dan gak bisa dipertangungjawabkan. Saya bilang ke manajemen , saya bertanggungjawab, dan saya minta sekian tahun saya dan Budi tdk menerima deviden.
Oh dulu pernah ada yg menulis di wall saya, seoarang wartawan yg juga suaminya wartawan, bahwa orang-orang semacam saya itu berjuang motivasinya adalah untuk mendapat proyek dan bayaran, atau jabatan. Jadi lewat tulisan ini pula saya ingin sampaikan kepada siapa saja utk menanyakan langsung pada Jokowi atau Pemda DKI, apakah ada proyek untuk Nanik S Deyang, atau ada pembayaran , atau jabatan . Yg ada saya bahagia luar biasa setiap kali menbaca media bahwa Jokowi ratingnya makin tak terbendung, saya bahagia lihat Jokowi wira-wiri di media, padahal dulu untuk meliput Jokowi kami harus mengemis-ngemis, yg ada sy sangat bahagia karena sampai hari ini saya masih bisa guyonan denga Jokowi sebagai sahabat. Dan tentu banyak kebahagian sy yg tdk bisa saya tulis, karena memang tidak bisa diucapkan atau ditulis.
Setelah "ikut" mengantar Jokowi menjadi pemimpin yg memenuhi haus dahaga rakyat akan sosok pemimpin, saya belakangan terpanggil membantu meluruskan hal-hal miring (yg saya tahu persis tdk seperti itu) terhadap sahabat saya DAHLAN ISKAN. 23 tahun saya mengenal dan bersahabat dengan Dahlan. Seperti Jokowi, Dahlan adalah sedikit dari anak bangsa ini yg punya "hati" pada rakyat. Layaknya wartawan, Dahlan hidup "apa adanya" (tapi selalu disebut pencitraan), dan sebagai pejabat ia terbilang lurus, pintar dan pekerja keras luar biasa, dan punya komitmen tinggi akan masa depan bangsa ini. Tapi ketika dunia maya mengadili dengan sepihak termasuk media , saya JUJUR terpanggil MEMBELA. Mengapa terpanggil, saya khawatir orang-orang yg jumlahnya di Indonesia tinggal beberapa manusia ini (yg memenuhi syarat sebagai pejabat, dan bisa berbuat untuk rakyat), akan lenyap dan hancur oleh provokasi , fitnah dan berita-berita yang di setting oleh orang-orang bejat tapi bernafsu menjadi pemimpin.
Bahwa Dahlan masih ada salah dan kekuarangannya, tentu itu wajar, karena dia manusia, dan mari kita memberi masukan dan mengkritiknya kalau dia salah. Tapi bahwa Dahlan banyak berbuat atau bahkan lebih dari pejabat lain, itu mustinya kalau kita mau jujur dengan hati kita, seharusnya kita mengakuinya.
Sayangnya sikap Dahlan sebagai orang jAwa Timur dan juga wartawan, kadang membuatnya terkesan KADI (karepnya sendiri) dan pecicilan serta arogan. Meski itu hanya sebaga "style" ternyata orang lebih senang mengadili dari "style"nya tersebut, sehingga kadang karya besar atau hasil kerja kerasnya tertutup oleh "style"nya itu.
Dan belakangan hal ini saya diskusikan serius dengan beliau ."Pak, kita ini masih berhadapan dengan masyarakat yg punya madzab bahwa pejabat itu harus santun, berwibawa dan semuanya serba tertata," ..berkali-kali saya minta agar dia sedikit bertingkah " kalem", spy orang melihat kinerja dan kecerdasannya sebagai pejabat. Tadinya sangat berat dia menerima pendapat saya, tapi setelah saya katakan, bahwa itulah bagian dari "pengorbanan" agar dia bisa bekerja lebih tenang , dan tidak terus-menerus dihantam orang yg tdk suka, maka beliau paham.
Saya yakin , apa yg saya lakukan terhadap Dahlan Iskan , membantu meluruskan dan mensosialisasikan kerjanya yg kadang tdk dilihat orang atau media, akan membuat saya lagi-lagi akan dihakimi orang sebagai wartawan yg tdk independen, atau bahkan sudah ada yg menyebut saya sebagai PR Dahlan Iskan, tapi Insyallah saya tidak PEDULI. setelah melewatai masa dihantam kanan-kiri saat mensosialisasikan Jokowi, sekarang rasanya saya lebih EGP. Apapaun yg kita kerjakan hasilnya bisa hari ini, lusa, atau bahkan beberapa tahun lagi . Tapi yg penting saya sudah menyampaikan menurut keyakinan hati saya benar dan baik.
Saya hanya ingin ada perubahan, ada harapan , dan dari sekian orang saya baru melihat Jokowi, Dahlan Iskan dan mungkin Prabowo (karena sy gak begitu mengenal sebagai sahabat dan dia belum pernah jadi pejabat yg melakukan sesuatu, sehingga saya belum melihat kerja nyatanya, tapi Prabowo termasuk sosok yg punya idealisme bangsa ini maju dan besar). Maaf kalau pandangan saya salah...tapi inilah keyakinan saya, dan saya siap dihujat seperti saat saya setiap hari menulis kebaikkan Jokowi utk menjadi Gubernur DKI saat itu.
Lalu apa harapan saya terhadap mereka, jadi presidenkah? saya menyerahkan pada masyrakat, saya hanya ingin terus menyuarakan dan mensosialisasikan, orang yg dalam keyakinan saya masih layak dan baik untuk membawa bangsa ini maju , dan tidak terpuruk seperti sekrang ini!
Mohon di



Diubah oleh garudangangkang 03-06-2013 19:22
0
34.8K
Kutip
27
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan