Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

sm2013Avatar border
TS
sm2013
Kang, Jokowi Tidak Layak Jadi Presiden !
Buka mata dan buka hati wahai pendukung JOKOWI dan PRABOWO


Ini adalah percakapan dua insan manusia, Panjul dan saya. Panjul adalah teman saya sejak kecil. Meskipun umurnya sedikit lebih muda dari saya, kami sering main bersama, mandi di sungai Cimanuk atau berburu burung hanya untuk mencari kesenangan. Maklum saat itu jarang ‘hiburan’ dan permainan. Yang punya televisi sekampung paling cuma satu dua orang, hitam putih pula. Namun sejarah memisahkan kami ketika saya memilih sekolah di sebuah sekolah kejuruan, sedangkan dia di sekolah umum. Perpisahan pun berlanjut ketika dia melanjutkan kuliah ke sebuah perguruan tinggi, sedangkan saya harus bekerja.

‘Pertemuan’ antara kami terjadi seiring hiruk pikuk pemilihan presiden tahun ini (2014) dimana calon yang ada adalah Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK. Namun rupanya pilihan kami berbeda. Latar belakang, suasana kebatinan dan pilihan politik masing-masing menghasilkan pilihan yang berbeda. Dia lebih memilih nomor 1, sedangkan saya memilih nomor 2. Hal ini pun semakin diperjelas dari status, share, dan like yang dia lakukan di akun facebook miliknya. Sebenarnya saya tidak pernah sekali pun meladeni aktivitas dia di facebook yang berkaitan dengan Pilpres. Namun semakin hari menurut saya apa yang dia share dan like lebih mengarah ke ghibah, bahkan fitnah. “Awas lho nJul, kalau ketemu tak ladeni kamu”, pikirku.

Saat pulang kampung saya berkesempatan bertemu dengannya. Di awal pertemuan kembali antara kami tidak terjadi percakapan yang serius, sekedar berbagi pengalaman masing-masing. Tadi malam malah kita ngobrol bersama perihal Reuni. Namun hari ini sepulang dari warung jalan kaki menuju rumah, saya mendapati dia sedang asyik duduk di pos kamling sambil asyik mainin HP miliknya. “Mmmh, sepertinya dia sedang asyik bersosial-media”, pikir saya. Saya hampiri dia sembari menyapa.

“Assalamu’alaikum nJul! Kumaha damang?” tegur saya sambil menyodorkan jabat tangan.

“Wa’alaikum salam Kang. Alhamdulillah sae” jawabnya sembari menjabat tangan saya dan melihat saya dari atas-bawah. “Bagaimana rencana reunian yang kita bicarakan tadi malam”, tanyanya kepada saya.

“Masih nunggu respon teman-teman yang lain” jawab saya. “Kamu mesti lagi fesbukan ya?”

“Iya kang. ‘Kan kita harus aktif menyampaikan kebenaran”, ujarnya dengan semangat.

Wah ini mesti arahnya ke Pilpres. Niatan untuk langsung menuju rumah pun saya urungkan. Ini mungkin kesempatan saya meladeni si Panjul.

“Wah kebetulan nih nJul. Bagaimana kalau kita diskusi masalah Pilpres. Kamu kan sudah memantapkan pilihan untuk nomor 1″ ajak saya sembari duduk di samping Panjul. Pos kamling ini terlihat sudah sangat tua dibandingkan dengan saat dulu saya dan Panjul kecil sering bermain di dalamnya.

“Ayo kang. Saya sangat senang berdiskusi. Saya mantap pilih nomor 1. Akang juga kan?”, ujar Panjul sambil memasukan HP nya ke saku.

Rupanya dia belum tahu pilihan saya. Maklum, saya tidak pernah posting apa pun terkait Pilpres. Apalagi share dan like link-link yang berkaitan dengan pilihan saya. Tadi malam saya update profile “I stand on the right side“. Namun sepertinya dia belum menyadari hal tersebut.

“Sebenarnya nomor 1 itu baik nJul, tapi saya lebih memilih nomor 2″ ujar saya sedikit berdiplomasi. Muka saya anggukan menunjukan ke gambar Jokowi-JK yang menempel di dinding pos kamling di sisi sebelah Panjul duduk.

Nampak air muka Panjul sedikit menggambarkan kekecewaan. “Kenapa kang? ‘kan sebagai seorang muslim kita wajib memilih nomor 1. Ada bahkan ulama yang mengharamkan memilih nomor 2 lho kang”

“Ya itu lah nJul, kita sering berpegangan kepada aturan yang sama, dalil yang sama, tetapi hasil akhir sering kali berbeda”, timpal saya. “Ayo kita bahas saja point-point nya saja. Bagaimana kalau kamu yang mulai menjelaskan kepada saya kenapa memilih nomor 1″, tantang saya.

“Sebenarnya nomor 1 dan nomor 2 itu tidak ada yang ideal ya kang”, ujarnya memulai diskusi. “Tapi karena harus memilih di antara dua, ya saya pilih nomor 1″

“Sama dengan saya nJul. Jadi di point ini kita sepakat ya”, timpal saya.

“Saya pilih Prabowo karena Jokowi tidak layak jadi Presiden Kang. Pertama, Jokowi itu tidak amanah. Dia melanggar sumpah jabatan. Belum menyelesaikan jabatan di Solo sudah jadi Gubernur. Terus belum selesai Gubernur sudah nyapres. Kalau sudah jadi Presiden apa nanti dia akan nyalon jadi sekjen PBB gitu? Ini kan tidak benar. Bahaya Kang kalau pemimpin seperti dia.”

“Masak sih?” kata saya sambil nyengir. “Yang bawa Jokowi ke Jakarta siapa? Prabowo kan? Seharusnya kan kamu pertanyakan juga sikap Prabowo”

Panjul diam seperti sedang berpikir untuk menyikapi pernyataan saya.

“Prabowo jelas melanggar sumpah ‘jabatan’ makanya PRABOWO DIBERHENTIKAN DARI MILITER. Kalau kamu pertanyakan sikap Jokowi yang terus promosi, bagaimana dengan Hatta Rajasa yang belum selesai menjabat menteri sudah nyawapres? Jika kamu tidak pilih nomor 2 karena Jokowi tidak amanah, maka kamu juga jangan pilih Nomor 1″ tambah saya lagi.

“Kamu partisan partai apa?” saya beranikan diri bertanya pilihan partai Panjul

“Pojok kanan atas kang” jawab Panjul

“Oh sama dengan saya. Pemilu 2009 saya partisan itu”, tambah saya. “Nah kamu tahu tidak partai tersebut mencalonkan 3 orang; 1 orang ketum parpol, 1 anggota DPR, 1 gubernur?” tanya saya

Panjul menimpali “Tahu Kang, kan yang Gubernur itu Gubernur kita sekarang ya?”

“Terus apa kamu mau bilang CAPRES KITA juga tidak amanah? Di sini kita harus adil. Kalau kamu permasalahkan Jokowi, maka kamu harus juga permasalahkan HATTA, AHER, HNW, dan ORANG-ORANG LAINNYA YANG TIDAK AMANAH“.

“Ya sudah, sekarang kita ke point berikutnya Kang. Jokowi itu masalahnya bukan sekedar tidak amanah, tapi Jokowi ingkar janji. Hatta dan yang dicapreskan dari partai saya tidak pernah berjanji untuk terus menjabat Kang” lanjut Panjul.

“Di mana kamu tahu janji Jokowi untuk jadi Gubernur 5 tahun?” tanya saya.

“Di sini kang LINK”

“Janjinya apa?” tanya saya lagi

“Jokowi dan Basuki komit untuk memperbaiki DKI Jakarta dalam lima tahun ini” jawab Panjul.

“Kalau saya bilang begini, Jokowi jadi presiden tapi tetap komit memperbaiki DKI Jakarta, apakah itu melanggar janji?”

“Ya iya atuh Kang!” kata Panjul.

“Yang dia janjikan kan komitmen 5 tahun, bukan Gubernur 5 tahun” timpal saya.

“Ya sama saja Kang. Dia kan juga nyebut gak mikir copras-capres, fokus ngurus rusun, MRT, jeung sajabana”

“Itulah perlunya Khusnudzon atas pernyataan orang. Secara tekstual kata dan kalimat tidak ada yang salah dengan ucapan Jokowi. Dia tidak berjanji jadi Gubernur 5 tahun kok. Kita tahu kok JOKOWI TIDAK KOMIT JADI GUBERNUR 5 TAHUN, meskipun dia komit untuk membangun Jakarta. Masalah copras-capres gak mikir, mungkin saat itu dia tidak tahu apa bisa nyapres apa tidak. Kan tergantung partainya juga”, ujar saya.

“Bagaimana dengan fakta bahwa Jokowi itu antek asing, aseng dan yahudi. Ada agenda asing dibalik Jokowi Kang. Saya ngeri membayangkan jika Jokowi jadi Presiden. Bisa-bisa Amrik akan lebih menguasai sumberdaya kita”. Panjul melontarkan point berikutnya.

“Fakta!?”

“Iya kang, dia kan sebelum nyapres sudah SOWAN KE DUBES-DUBES ASING”

“Sepertinya kamu harus bisa membedakan fakta dan persepsi atau opini nJul” kata saya. “Jokowi bertemu dubes adalah fakta, sedangkan Jokowi antek asing adalah persepsi yang tergantung hasrat kita masing-masing.”

“Dulu waktu jadi Presiden, Megawati menjual aset-aset negara Kang. Megawati sudah menjual negara kita lho Kang”, ujar Panjul bersemangat.

“Mau tidak saya kaitkan Prabowo dengan lumpur lapindo, kasus impor sapi, atau korupsi haji?”, tanya saya

“Apa hubungannya Kang? Lumpur itu kasusnya ARB, impor sapi itu urusan mantan ketum Partai saya. Gak ada hubungannya dengan Prabowo”, ujar Panjul

“Ya sudah, itu jawabannya. Yang dilakukan ketum partai pendukung itu urusan mereka masing-masing. Yang dilakukan megawati itu juga urusan dia, bukan urusan Jokowi”, balas saya dengan sedikit mesem. “Lagi pula kamu pakai standar ganda gitu. Kemarin kamu dukung Sri Mulyani. Katamu kebijakan tidak bisa dipidana, apalagi situasi dan kondisi memang mengharuskan Sri Mulyani melakukan bailout Bank Century. Terus saat Megawati terpaksa menjual aset karena situasi negara sedang perlu modal, kamu terus menghujat dia. Meskipun target hujatan adalah Jokowi toh”. Bukan kah itu semua atas persetujaun DPR/MPR.

“Tapi kalau Prabowo kan sangat anti asing Kang” Panjul berusaha menambah argumen

“Sudah nonton VIDEO yang menyatakan Prabowo pro Amrik? Di situ jelas-jelas disebut bahwa Amerika akan mendapatkan HAK-HAK KHUSUS jika Prabowo dan Gerindra menang” jelas saya lagi. “Bagi saya tidak masalah Prabowo berusaha mendapat dukungan asing sebagaimana tidak masalah juga Jokowi melakukan hal yang sama. Namun jika menurutmu itu masalah, silakan permasalahkan keduanya. Jangan cuma Jokowi yang dipermasalahkan” imbuh saya.

“Kalau Jokowi antek aseng bagaimana Kang?” timpal Panjul. “Dia itu antek aseng yang Katolik dan Protestan. Ada bukti dia itu ditunggangi oleh mereka”

“Mana buktinya” tanya saya

“Di LINK ini kang”

“Kamu jangan langsung percaya suatu berita. Tidak ada satu orang pun yang selalu benar dan selalu salah. Kita harus kritis terhadap kabar dari mana pun dan jangan langsung percaya. Cari berita pembanding sebanyak-banyaknya. Siapa tahu ada agenda politik di balik si penulis atau media yang bersangkutan. Kalau saya balikan bagaimana? Kamu tahu ‘kan konglomerat pendukung Prabowo adalah adiknya, Hashim Djojohadikusumo? Baca dulu tentang adiknya LINK1 dan LINK2. Apa boleh saya sebut Prabowo juga antek Kristen? Tidak boleh dong. Begitu pun dengan Jokowi”

“Ada lho kang bukti fotonya Jokowi itu juga antek James Riyadi di SINI, SINI dan SINI” ujar Panjul

“Memang siapa yang tidak boleh berfoto dengan James Riyadi? Di SINI banyak orang berfoto dengan James Riyadi tapi gak kita ributkan. Kabar yang sepotong jangan lantas jadi kesimpulan”

“Tapi kan yang lebih parah ada Yahudi di balik Jokowi Kang “, balas Panjul.

“nJul, kamu jangan selalu menarik ujung semua masalah umat ke Yahudi. Jika pos kamling ini roboh akan kau salahkan Yahudi juga? Lebih mudah menarik garis dari Prabowo ke Yahudi dari pada Jokowi. Ibunya Prabowo adalah keturunan Jerman-Manado. Kok bisa saat dulu itu ada keturunan Jerman di Manado, biasanya kan keturunan Belanda? Kalau pikiran konspirasi mu bermanin, tentu kamu akan langsung menghubungkan Ibunya Prabowo dengan YAHUDI DI INDONESIA. Mudah sekali. Tapi kita dilarang melakukan itu. Semua informasi yang tidak pasti itu adalah ghibah yang dilarang untuk dipercaya apalagi disebar luaskan” jelas saya.

Panjul sedikit diam. Mungkin sedang mencoba mencerna penjelasan saya atau mencoba menggali isu baru.

“Kamu tentu tahu isu bahwa orang tua Jokowi adalah Cina? Percaya tidak kamu muka ndeso kayak gitu bapaknya cina? Lihat tuh mukanya HASHIM yang oriental. Mengapa tidak kamu cari informasi apakah dia keturunan cina apa bukan terus kaitkan dengan Prabowo. Bagi saya nJul, jangan lah kita mencari-cari Prabowo atau Jokowi itu keturunan cina atau apa. Yang penting mereka seiman ya sudah” papar saya lagi.

“Ada lagi nih Kang. Jokowi itu kan Islam nya gak jelas. Wudhu saja gak tahu. Bacaan Shalatnya saja gak jelas gitu Kang?” tambah Panjul.

“Terus kamu kenapa tidak pernah cari tahu KEISLAMAN PRABOWO? Tidak ada referensi sejarah dia lekat dengan Islam. IBUNYA PRABOWO KRISTEN, ADIK PRABOWO KRISTEN. Kok kamu menutup mata akan hal itu dan malah mencari-cari masalah keIslaman Jokowi? Bagi saya, ini persepsi saya, keIslaman Jokowi dan Prabowo itu sebanding jadi tidak bisa dijadikan point keputusan memilih. Dua-duanya dari partai nasionalis, orang nasionalis, tidak dekat dengan Islam. Sekarang-sekarang saja mereka terlihat agamis”.

Saya pun mencoba melanjutkan “Jokowi adalah muslim, maka dia adalah saudara kita. Saya kasihan sekali dengan Jokowi. Sampai2 dia harus membagi foto-foto shalat dan naik haji untuk menangkis isu-isu tersebut. Setelah dia membagi foto untuk mematahkan isu, terus kita sebut dia riya, pamer. Padahal kalau Jokowi mau riya, tentu harusnya foto-foto tersebut dikeluarkan dulu-dulu saat nyalon Gubernur dituding IBU JOKOWI KRISTEN oleh Rhoma Irama. Padahal kamu tahu jika seseorang menuduh saudaranya seiman kafir padahal tidak, maka kekafiran itu akan berbalik kepada dirinya”, jawab saya.

“Ya tapi itu kubunya Jokowi kan keterlaluan mempermainkan agama Kang. Masak nantang baca Quran segala”

“Lah itu salah kamu dan orang-orang yang terus menyerang keIslaman Jokowi. Dibalikin begitu saja langsung kita hujat padahal asal mula hujatan adalah dari siapa juga. Lha sekarang mana isu agamanya Jokowi kok hilang begitu saja kan? Apa mau dibilang Prabowo memang gak bisa ngaji jadi keislamannya meragukan? Kita tidak boleh seperti itu terhadap keduanya”

“Kalau ini gimana Kang, Jokowi kan produk pencitraan sejati. Dia adalah produk dari pencitraan. Jadi Gubernur dompleng mobnas esemka. Jadi Gubernur ke mana-mana bawa media yang notabene dikuasai kaum kafir dan asing” ujar Panjul.

“Benar kah demikian?” tanya saya kepada Panjul.

“Bener kang. Coba lihat berita-berita saat dia baru jadi Gubernur. Kemana-mana bawa wartawan. Ini sebenarnya produk yang sengaja dibuat. Ada grand design di belakang Jokowi. Coba baca di LINK ini Kang”

“nJul… nJul. Sepertinya kamu sudah mempercayai kabar dari orang fasik. Kalau kamu ikut menyebarkan dengan like atau share di facebook berarti juga kena penyakit ghibah. Baca INI dan INI. Bahaya sekali penyakit mu itu”

Saya melanjutkan, “Saya tidak percaya Jokowi pencitraan seperti yang orang INI sebutkan. Jokowi tidak punya media. Media mainstream yang punya siapa? TVOne dan VivaNews punya bakrie yang pro Prabowo, Trans dan Detik punya Chairul Tanjung teman dekatnya Hatta, Media Indonesia dan MetroTV punya Surya Paloh yang baru kemarin saja dukung Jokowi, Sindonews dan RCTI/MNC Group punya Hary Tanoe. Kalau saya melihat, salah wartawan sendiri kemana-mana ikut Jokowi. Tapi kalau kamu termakan kabar dari itu ya itu salahmu sendiri”.

Saya pun coba sedikit membalikan, “Terus Prabowo beriklan selama 6 tahun untuk jadi presiden itu bukan pencitraan? Jelas-jelas dia bayar media demi citra dirinya itu gitu. Terus masalah PEMBEBASAN WILFRIDA, apakah Prabowo bukan pencitraan menurutmu? Bagi saya Jokowi dan Prabowo tidak melakukan pencitraan. Kita saja yang terlalu suudzon terhadap salah satu atau keduanya. Kalau kamu permasalahkan pencitraan Jokowi, maka permasalahkan juga dong Prabowo”

“OK Kang, kita lewati point tersebut. Sekarang kita lihat, di belakang Jokowi ada Yahudi dan Syi’ah lho kang. Saya khawatir kepentingan non Muslim akan diprioritaskan. Terlebih JASMEV sudah menyebutkan bahwa jika Jokowi berkuasa, ISLAM TIDAK AKAN DIBERI RUANG“.

“nJul, tidak perlu ke Yahudi lagi ah. ‘Kan sudah saya sebutkan bahwa Prabowo lebih mudah ditarik-tarik ke Yahudi, baik melalui keturunannya maupun rekan KONGLOMERATNYA, ataupun KADERNYA. Tapi kan itu semua ghibah. Saya yakin tidak ada Yahudi di belakang Prabowo. Kita harus teliti dulu berita-berita seperti itu, baik tudingan ke kubu Prabowo maupun Jokowi” ujar saya.

“Terus yang SYI’AH DI BELAKANG JOKOWI gimana Kang?”

“Kamu sudah mulai pakai bahasa propaganda itu nJul. Saya yakin Jokkowi tidak tahu menahu kalau orang-orang Syi’ah mendukung dia. Saya baca di koran bahwa Jemaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) mendukung Jokowi. Terus jika IJABI dukung Prabowo, apakah Prabowo akan menolak? Tentu tidak. Prabowo jelas-jelas pejuang bhineka tunggal ika dan buktinya PRABOWO SANGAT MENDUKUNG AHOK sebagai pemimpin di Jakarta. PRABOWO akan melindungi Syi’ah dan Ahmadiyah kok. Keduanya, Prabowo dan Jokowi tidak akan menolak siapa pun yang mendukung, apakah katolik, protestan, budha, hindu, syi’ah atau ahmadiyah. Respon Jokowi dan Prabowo itu sama dalam isu ini. Apakah boleh kita mengkampanyekan ada agenda kristen di balik Prabowo karena Hashim adalah juga dedengkot kristen? Tentu tidak bisa. Begitu pun dengan Jokowi”

Sejenak saya diam dan menarik nafas sebelum melanjutkan. “Mengenai Jasmev, menurut saya itu adalah fitnah. Boleh kita membenci Jasmev, tapi kita tetap harus berlaku adil terhadap mereka. Saya tidak suka Jasmev karena profil komandan dan penggiatnya. Tapi tidak lantas kita boleh berbuat tidak adil terhadap mereka. Akun jasmev yang benar bukan @JasmevNew2014, melainkan @Jasmev2014. Apa boleh kita memfitnah orang lain karena dia tidak segolongan dengan kita? Siapa pun yang telah melakukan itu, maka dia telah melakukan fitnah yang sangat keji terhadap Jasmev.”

“Tapi saya masih tetap ragu dengan Jokowi Kang. Bagaimana dengan ‘Jokowi adalah boneka partai‘ Kang? Saya tidak ingin dipimpin oleh Presiden Boneka” taya Panjul.

“Dari mana kamu dapat istilah tidak patut seperti itu? Bukankah kita diajarkan berbuat baik dan berlaku adil meskipun kepada orang yang kita benci?” saya tidak kuasa menahan ketidaksukaan saya terhadap ucapan Panjul.

“Prabowo yang sebut CAPRES BONEKA” jawab Panjul.

Oh, pantes capres mu saja tidak bisa menjaga ucapannya. Pendukungnya pun ikut-ikutan seperti INI dan INI, gumam saya dalam hati.

“Kamu mau tidak kalau saya sebut Prabowo boneka PAN, PKS, PPP dan Golkar. Tanpa partai-partai tersebut Prabowo gagal nyapres lho. Prabowo tersandera kepentingan partai-partai tersebut. Kalau ditarik2 pakai caramu, itu artinya dia capres boneka. Ini ada omongan orang yang pro Jokowi tentang CAPRES BONEKA. Ini bukan pendapat saya, cuma sebagai pembanding buatmu saja. Terus apa kamu masih ingat tiga orang yang dicalonkan dari partai kanan atas itu? Apakah mereka capres boneka? Mereka hanya menyanggupi amanah untuk dicalonkan oleh partai. Mau kamu menyebut mereka Capres Boneka juga?”, kilah saya. “Kamu pilih Nomor 1 karena partaimu mengarahkan mu ke situ kan? Kamu boneka, boneka partai ha..ha..”

Panjul pun turut tertawa tapi agak kurang lepas mungkin juga sekaligus mikir bagaimana membantah bahwa dia bukan boneka partai.

“Tapi Jokowi selain boneka partai juga boneka mega. Lihat nih kang, Jokowi SUNGKEM KE MEGA” Panjul menambahkan.

“Begitu saja kok dipermasalahkan nJul. Meskipun saya pribadi tidak setuju dia melakukan itu, khusnudzon saja lah. Mungkin Mega sudah dianggap kakak sendiri. Bukan berarti dia itu boneka nya Mega. Daripada Prabowo SUNGKEM KE KUBURAN Pak Harto“, balas saya.

Kali ini Panjul tertawa lepas.

“Saya yakin kalau Jokowi yang melakukan itu maka media propaganda lawan jokowi akan menyoroti sangat luar biasa. Jokowi ziarah ke makan Soekarno, dikatakan Syirik. Saya juga tidak setuju Prabowo sungkem ke kuburan mantan mertua seperti minta izin untuk nyapres gitu. Namun kalau kita husnudzon saja, mungkin Prabowo sungkem kuburan Pak Harto mungkin menghargai mantan mertua. Jika prasangka kita ke Prabowo positive saja, ya mari kita juga berprasangka positif ke Jokowi masalah sungkem dan boneka ini”.

Sesaat pos kamling menjadi sepi karena saya dan Panjul sama-sama terdiam. Sesekali suara motor dan mobil yang lalu lalang di depan pos saja yang terdengar. Kaki Panjul sesekali digunakan menendang kerikil yang menghampar di depan pos kamling. Tidak lama Panjul memecah kesunyian.

“Maaf nih Kang, sepertinya akang anti sama media-media yang sering mengkritisi Jokowi. Padahal kritik itu kan penting Kang. Terus media-media tersebut kan media Islam?”, tanya Panjul.

Saya menengok ke arah Panjul sesaat. “Banyak media yang mengaku mengatasnamakan Islam tapi menggunakan cara-cara tidak islam dalam pemberitaan politik. Media-media tersebut sangat membantu kita saat membagi informasi masalah keimanan, ibadah, beramal baik dan sebagainya. Namun jika sudah membahas politik, banyak kemungkinan penulis dan atau medianya tidak netral dan cenderung menjadi media propaganda, menjadikan dugaan sebagai fakta, kemungkinan sebagai kenyataan, keinginan sebagai kebenaran. Kabar-kabar dari orang fasik, ghibah, dan bahkan fitnah sering dijadikan alat perjuangan mereka. Media-media seperti itu sering disisipi tulisan propaganda”.
Diubah oleh sm2013 23-06-2014 06:38
0
6.1K
41
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan