Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

bastianokdehAvatar border
TS
bastianokdeh
Kesaksian Andi Arief Soal Penculikan Aktivis 97-98 (Bagian 1)
RBN, Jakarta - Saya harus mengatakan bahwa Kader Partai Rakyat Demokratik (PRD) Herman Hendrawan, Suyat, dan Wijhi Tukul memang sampai hari ini belum kembali. Bagi keluarga memang menyakitkan. Bagi perjuangan, setetes air mata pun tidak ada rumus untuk keluar. Segala upaya digunakan mencari mereka. Tapi saya menolak merengek. Cara politik yang terhormat yang lebih baik ditempuh.

Penculikan adalah rentetan rejim diktator. Lumuran darah Beny Moerdani, Hendropriyono, Luhut Panjaitan, Wiranto, adalah fakta. Tapi mereka tak mengakuinya, mereka lobi sana sini agar tak terkena HAM. Prabowo mengakuinya, meski belum ada kecocokan tentang data antara PRD dan Prabowo. Saya justru balik curiga bahwa ada yang tak ingin kasus ini selesai, dan ada yang tak ingin selain Prabowo tersentuh.

Bocornya surat DKP itu tentu merugikan Prabowo karena momennya pemilu. Herman Hendrawan, Bimo Petrus, Suyat, Wijhi Tukul tak ada dalam daftar DKP itu. Pembocoran itu pisau mata dua, berupaya menghentikan pencarian empat Kader PRD sekaligus kampanye negatif buat Prabowo.

Kalangan pendukung Jokowi terdiri dari mantan aktifis dan gabungan NGO, bersorak untuk kepentingan pemilu, mereka sami sekali tak ada hati. Tak sensitif dan hanyut dalam sukacita semu. Motif kapitalisasi isu ini hanya untuk kepentingan Jokowi, bukan untuk yang masih hilang.

Saya, dan beberapa kawan yang hilang ingin menegaskan bahwa terhadap Prabowo, Tim Mawar dan beberapa tim resmi maupun tim ormas di bawah naungan ABRI: kami tidak pernah ada masalah pribadi, kami tidak mengenal mereka, kami tidak ada kasus utang piutang, kami tidak pernah mengganggu keluarga mereka dan soal-soal pribadi lainnya.

Artinya, Tidak ada celah sedikitpun urusan pribadi masuk sebagai alasan sehingga bertahun-tahun kejar-kejaran dari satu tempat ke tempat lain. Sampai kami tertangkap, dan dikeluarkan, persoalan utamanya adalah kami memperjuangkan demokrasi dengan jalan mendorong massa bergerak bersama-sama berjuang, dan posisi Tim yang gonta-anti oleh ABRI dan polisi sampai akhirnya Tim Mawar Kopasus adalah bagian dari kekuasaan yang menolak demokrasi dan bentuk perjuangan kami.

Prabowo tidak mungkin memiliki inisiatif pribadi. Saya yakin dia pasang badan untuk atasan dan institusinya, atasan terkuat yang memaksa Prabowo memilih mengakhiri karirnya. Akibat pasang badannya ini, yang membuat persoalan ini tak kunjung selesai. Prabowo mengakui semua yang sudah dikeluarkan. Namun akibatnya jalan kami makin buntu untuk nasib empat kawan kami. Wiranto tidak sungguh-sunggguh dalam kapasitas Pangab menyerahkan yang masih belum dilepas. Statemennya kemarin sebagai tim sukses Jokowi membuktikan bahwa memang masalah ini disimpan untuk sewaktu-waktu menjadi senjata untuk kepentingan Wiranto. Bukan untuk penyelesaian.

Prabowo, dan Tim Mawar bukan penculik. Karena mereka bukan dari kesatuan liar, mereka organ resmi negara. Prabowo, dan Tim mawar adalah unsur kesatuan negara yang bernasib baik menangkap saya dan kawan-kawan lainnya setelah sekian lama entah dari kesatuan apa selalu gagal menangkap kami. Saya dan kawan-kawan tertangkap oleh negara. Bukan penculikan, oleh kesatuan yang liar.

Meski Tim Mawar adalah tim yang resmi dan berhasil melakukan penangkapan, namun ada pertanyaan. Pertanyaannya dimana Herman Hendrawan, Suyat, Bimo Petrus dan Widji Thukul?

Pertama-tama kita bahas Herman Hendrawan yang berada di lokasi yang sama dan sempat berbicara dengan Faisol Reza yang kembali ke rumah orang tuanya. Inilah yang akan saya tanyakan: andai dia sudah wafat, apa motif melenyapkannya? Andai dia sudah dikeluarkan berbarengan dengan Faisol Reza secara terpisah, untuk apa ia tidak segera pulang ke rumah. Dugaan saya, dia sudah pindah tangan ke kesatuan lain.

Bagaimana dengan Suyat? Masih misterius, di tangan siapa. Tetapi apa yang diketahui Suyat, itulah yang ditanyakan saat saya diinterogasi. Dugaan saya, pertama dia masih di tangan entah kesatuan mana. Kedua, dia memang dalam keadaan luka agak parah, bisa saja perlakuan kekerasan saat interogasi dan sakitnya menyebabkan ia sudah tak ada.

Dua kawan ini yang pasti gampang dijelaskan, karena tidak ada alasan kuat untuk mereka berdua untuk dilenyapkan kalau kawan-kawan yang lain ternyata dikeluarkan. Saat sidang di Mahmil saya menolak bersaksi, dan menawarkan barter. Keluarkan dua kawan saya dan saya akan meminta semua Tim Mawar dibebaskan. Saya dan kawan-kawan terus menawarkan barter itu. Keselamatan kawan-kawan kami lebih penting. Hingga hari ini saya dan kawan-kawan belum berhasil menemukan.

Nanti saya akan bercerita tentang Bimo Petrus dan Widji Thukul.

(dsm)

http://www.rajabasanews.com/20140624...98-bagian-1-2/
0
10.8K
22
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan