Socrates hidup pada masa transisi dari ketinggian Athena hegemoni penurunan dengan kekalahan oleh Sparta dan sekutunya dalam Perang Peloponnesia . Pada saat Athena berusaha untuk menstabilkan dan memulihkan diri dari kekalahan memalukan tersebut, masyarakat Athena mungkin telah menghibur keraguan tentang demokrasi sebagai bentuk pemerintahan yang efisien. Socrates tampaknya telah menjadi kritikus demokrasi , dan beberapa sarjana menafsirkan pengadilan sebagai ekspresi dari pertarungan politik. Mengklaim loyalitas ke kotanya, Socrates bentrok dengan kursus saat ini politik Athena dan masyarakat. Dia memuji Sparta, archrival ke Athena, secara langsung maupun tidak langsung dalam berbagai dialog. Salah satu pelanggaran Socrates 'diklaim di kota itu posisinya sebagai kritikus sosial dan moral'. Daripada menegakkan status quo dan menerima perkembangan apa yang dianggap sebagai imoralitas dalam wilayahnya, Socrates mempertanyakan gagasan kolektif "mungkin membuat benar" bahwa dia merasa umum di Yunani selama periode ini. Plato mengacu Socrates sebagai " pengganggu "negara (sebagai pengganggu yang menyengat kuda ke dalam tindakan, jadi Socrates menyengat berbagai Athena), sejauh ia jengkel beberapa orang dengan pertimbangan keadilan dan mengejar kebaikan. Usahanya untuk meningkatkan rasa orang Atena 'keadilan mungkin telah menjadi penyebab eksekusinya.

Menurut Apology Plato, Socrates hidup sebagai "pengganggu" Athena dimulai ketika temannya Chaerephon meminta peramal di Delphi jika ada yang lebih bijak dari Socrates, sedangkan Oracle menjawab bahwa tidak ada yang lebih bijaksana. Socrates percaya respon Oracle adalah sebuah paradoks, karena ia percaya ia memiliki ada kebijaksanaan apapun. Dia melanjutkan untuk menguji teka-teki dengan mendekati laki-laki dianggap bijak oleh orang-orang Athena negarawan, penyair, dan seniman-untuk membantah pernyataan Oracle. Menanyai mereka, bagaimanapun, Socrates menyimpulkan sementara setiap orang berpikir dia tahu banyak dan bijaksana, bahkan mereka tahu sangat sedikit dan tidak bijak sama sekali. Socrates menyadari Oracle benar, sedangkan yang disebut orang bijak berpikir diri mereka bijaksana dan belum tidak, ia sendiri tahu bahwa ia tidak bijaksana sama sekali, yang, secara paradoks, membuatnya lebih bijaksana satu karena ia adalah satu-satunya orang yang menyadari sendiri kebodohan. Kebijaksanaan paradoks Sokrates membuat Atena menonjol ia mempertanyakan secara terbuka tampak bodoh, mengubah mereka melawan dia dan mengarah ke tuduhan kesalahan. Socrates membela perannya sebagai pengganggu sampai akhir: di pengadilan, ketika Socrates diminta untuk mengusulkan hukuman atas dirinya sendiri, ia menyarankan upah dibayar oleh pemerintah dan makan malam gratis untuk sisa hidupnya sebagai gantinya, untuk membiayai waktu ia menghabiskan sebagai dermawan Athena '. Dia, bagaimanapun, ditemukan bersalah dari kedua merusak pikiran pemuda Athena dan dari ketiadaan rasa hormat ("tidak percaya kepada dewa-dewa negara"), dan kemudian dihukum mati oleh minum campuran yang mengandung racun hemlock

Conium Maculatium (dikenal sebagai racun hemlock) telah digunakan sebagai obat penenang dan untuk yang antispasmodic properti. Ini juga digunakan oleh Yunani dan Persia dokter untuk berbagai masalah, seperti arthritis . Itu tidak selalu efektif, namun, seperti perbedaan antara terapi dan beracun dalam jumlah sangat sedikit. Overdosis dapat menghasilkan kelumpuhan dan hilangnya pidato, diikuti oleh depresi dari fungsi pernapasan , dan kemudian mati. Selain itu adalah obat yang penting dalam homeopati , pertama kali diperkenalkan oleh Hahnemann dalam bukunya Materia Medica Pura.

Singkat cerita, Socrates dianggap sebagai pengganggu karena dia sebagai kritikus, sehingga dia diklaim sebagai kritikus sosial dan moral, dan berakhir dengan hukuman minum racun hemlock... akibat kepo gan.. kalo Farhat ada di jaman itu pasti sama nasibnya