- Beranda
- Komunitas
- Pilih Capres & Caleg
Lucunya Cyber Army PKS Dalam Black Campaign Jokowi


TS
mhdzaky1
Lucunya Cyber Army PKS Dalam Black Campaign Jokowi
Lagi-lagi yuk kita ketawa bareng melihat tingkah polah para kader parpol yang unyu-unyu. Lucu dan bikin ngakak. Bagaimana tidak, kader PKS yang katanya pinter-pinter dan terkenal militant kini mulai muncul secara terang-terangan melakukan black campaign terhadap Jokowi. Sayangnya strategi black campaign mereka justru berbalik menjadi negative campaign bagi calon-calon PKS sendiri. Senjata makan tuan.
Contohnya, ketika seorang kader PKS membuat artikel tentang serangannya pada Jokowi yang katanya sering cuti untuk kampanye PDIP. Rupanya kader PKS tidak melakukan cek dan ricek terlebih dahulu, bahwa Jokowi tidak melakukan cuti untuk kampanye, tapi hanya ,menggunakan hari liburnya Sabtu-Minggu saja. Nah, karena Jokowi tidak cuti maka cukup mengirimkan surat pemberitahuan saja, bukan surat cuti.
Akhirnya, black campaign bahwa katanya Jokowi sering cuti untuk kampanye malah berbalik menyerang capres PKS, Ahmad Heryawan (AHER) yang menjabat sebagai gubernur Jabar. Data dari kementerian dalam negeri menunjukkan bahwa AHER adalah satu-satunya gubernur di Indonesia yang mengambil cuti paling banyak untuk kepentingan kampanye PKS. Awalnya, AHER mengajukan cuti selama 20 hari penuh masa kampanye kepada mendagri. Tapi mendagri hanya mengizinkan selama 10 hari saja karena sesuai ketentuan seorang pejabat publik hanya boleh cuti 2 hari tiap pekannya dan 3 hari harus masuk kerja. Bisa dibayangkan, seorang gubernur mengambil cuti selama 20 hari, lantas bagaimana nasib pelayanan untuk masyarakat. Untung, mendagrinya tegas.
Lucu kan jadinya, maksud hati menyerang Jokowi lewat cuti, ternyata malah bosnya sendiri menjadi satu-satunya gubernur yang paling banyak cuti untuk kepentingan kampanye. Sedangkan, Jokowi yang menjadi sasaran serangan black campaign kader PKS malah tidak mengambil cuti sama sekali.
Lalu serangan kedua tentang parpol korup. Maksud hati ingin menyembunyikan korupsi PKS dengan menonjolkan PDIP, Golkar dan Demokrat sebagai partai korup. Sayangnya, niat busuk tersebut malah tercium dan akhirnya lagi-lagi menjadi kampanye negative bagi PKS.
Bagaimana tidak, jika parpol lain korupsinya masih pada taraf dugaan dan sebagian besar dilakukan pada kader layer ke-3 atau ke-4, sedangkan PKS menjadi satu-satunya Partai yang mantan presidennya (saat ditangkap KPK masih menjabat sebagai Presiden PKS) telah dijatuhi vonis sebagai seorang koruptor.
Dahsyatnya lagi, PKS adalah satu-satunya partai yang memiliki jargon “bersih dan peduli”. Tapi faktanya, justru mantan presiden partainya (saat ditangkap KPK masih menjabat sebagai Presiden PKS) yang telah divonis sebagai koruptor.
Masih ada lagi yang bikin nagak. Selama ini kader-kader PKS berteriak lantang menolak pencapresan Jokowi. Alasannya jabatan Jokowi belum selesai dan jika Jokowi meninggalkan Jakarta maka dia telah “berkhianat” pada warga Jakarta.
Nah lucunya, selama ini kader-kader PKS gencar mengkampanyekan AHER sebagai capres dari PKS. Saking banyaknya baliho AHER, sampai-sampai masyarakat menjulukinya sebagai Gubernur Baliho. Jadi menurut PKS, kalo AHER boleh nyapres karena banyak prstasinya, sedangkan Jokowi gak boleh karena masih harus menyelesaikan masalah Jakarta. Terus terang saya ngakak guling-guling baca logikanya kader-kader PKS. Menurut mereka pokoknya jangan Jokowi, titik gak pake koma.
Sebaiknya, cyber army PKS belajar pada para relawan Jokowi yang lebih memilih mengkampanyekan “pilihlah aku” jadi yang ditonjolkan adalah kehebatan-kehebatan Jokowi. Sedangkan selama ini cyber army PKS lebih banyak mengkampanyekan “jangan pilih dia” sehingga berusaha mencari kejelekan-kejelekan lawan politiknya.
Sayangnya, strategi black campaign yang dilakukan oleh PKS justru menjadi senjata makan tuan dan menjadi negative campaign bagi PKS sendiri, contohnya masalah rekor cuti AHER dan presidennya yang divonis sebagai koruptor.
Yuk ngakak bareng…
Contohnya, ketika seorang kader PKS membuat artikel tentang serangannya pada Jokowi yang katanya sering cuti untuk kampanye PDIP. Rupanya kader PKS tidak melakukan cek dan ricek terlebih dahulu, bahwa Jokowi tidak melakukan cuti untuk kampanye, tapi hanya ,menggunakan hari liburnya Sabtu-Minggu saja. Nah, karena Jokowi tidak cuti maka cukup mengirimkan surat pemberitahuan saja, bukan surat cuti.
Akhirnya, black campaign bahwa katanya Jokowi sering cuti untuk kampanye malah berbalik menyerang capres PKS, Ahmad Heryawan (AHER) yang menjabat sebagai gubernur Jabar. Data dari kementerian dalam negeri menunjukkan bahwa AHER adalah satu-satunya gubernur di Indonesia yang mengambil cuti paling banyak untuk kepentingan kampanye PKS. Awalnya, AHER mengajukan cuti selama 20 hari penuh masa kampanye kepada mendagri. Tapi mendagri hanya mengizinkan selama 10 hari saja karena sesuai ketentuan seorang pejabat publik hanya boleh cuti 2 hari tiap pekannya dan 3 hari harus masuk kerja. Bisa dibayangkan, seorang gubernur mengambil cuti selama 20 hari, lantas bagaimana nasib pelayanan untuk masyarakat. Untung, mendagrinya tegas.
Lucu kan jadinya, maksud hati menyerang Jokowi lewat cuti, ternyata malah bosnya sendiri menjadi satu-satunya gubernur yang paling banyak cuti untuk kepentingan kampanye. Sedangkan, Jokowi yang menjadi sasaran serangan black campaign kader PKS malah tidak mengambil cuti sama sekali.
Lalu serangan kedua tentang parpol korup. Maksud hati ingin menyembunyikan korupsi PKS dengan menonjolkan PDIP, Golkar dan Demokrat sebagai partai korup. Sayangnya, niat busuk tersebut malah tercium dan akhirnya lagi-lagi menjadi kampanye negative bagi PKS.
Bagaimana tidak, jika parpol lain korupsinya masih pada taraf dugaan dan sebagian besar dilakukan pada kader layer ke-3 atau ke-4, sedangkan PKS menjadi satu-satunya Partai yang mantan presidennya (saat ditangkap KPK masih menjabat sebagai Presiden PKS) telah dijatuhi vonis sebagai seorang koruptor.
Dahsyatnya lagi, PKS adalah satu-satunya partai yang memiliki jargon “bersih dan peduli”. Tapi faktanya, justru mantan presiden partainya (saat ditangkap KPK masih menjabat sebagai Presiden PKS) yang telah divonis sebagai koruptor.
Masih ada lagi yang bikin nagak. Selama ini kader-kader PKS berteriak lantang menolak pencapresan Jokowi. Alasannya jabatan Jokowi belum selesai dan jika Jokowi meninggalkan Jakarta maka dia telah “berkhianat” pada warga Jakarta.
Nah lucunya, selama ini kader-kader PKS gencar mengkampanyekan AHER sebagai capres dari PKS. Saking banyaknya baliho AHER, sampai-sampai masyarakat menjulukinya sebagai Gubernur Baliho. Jadi menurut PKS, kalo AHER boleh nyapres karena banyak prstasinya, sedangkan Jokowi gak boleh karena masih harus menyelesaikan masalah Jakarta. Terus terang saya ngakak guling-guling baca logikanya kader-kader PKS. Menurut mereka pokoknya jangan Jokowi, titik gak pake koma.
Sebaiknya, cyber army PKS belajar pada para relawan Jokowi yang lebih memilih mengkampanyekan “pilihlah aku” jadi yang ditonjolkan adalah kehebatan-kehebatan Jokowi. Sedangkan selama ini cyber army PKS lebih banyak mengkampanyekan “jangan pilih dia” sehingga berusaha mencari kejelekan-kejelekan lawan politiknya.
Sayangnya, strategi black campaign yang dilakukan oleh PKS justru menjadi senjata makan tuan dan menjadi negative campaign bagi PKS sendiri, contohnya masalah rekor cuti AHER dan presidennya yang divonis sebagai koruptor.
Yuk ngakak bareng…
0
4.5K
31
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan