- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Salahkah TNI Punya Tank Leopard?


TS
yans.sunata
Salahkah TNI Punya Tank Leopard?
Terima kasih gan udah mampir. Di sini ane mau bertukar pendapat gan dan silakan berikan saran jika ada yang salah. 
Tentu agan-agan semua masih ingat tema debat Capres tadi malam (22/6). Debat capres semalam membahas tentang “Politik Internasional dan Ketahanan Nasional”. Salah satu pembahasan yang mencuat dalam debat tersebut yaitu tentang pembelian tank Leopard oleh TNI AD. Penulis bukan untuk memihak salah satu capres-cawapres, tetapi kurang sependapat dengan pernyataan salah satu capres yang menolak pembelian tank tersebut. Inilah penampakan tank Leopard gan


Seperti telah kita ketahui, banyak statement yang bergulir di masyarakat mengenai setuju atau tidaknya tank tersebut dioperasikan di negeri kita ini. Menurut pemerintah (DPR) pembelian tank tersebut tidak cocok dan sia-sia jika dipakai di Indonesia, karena keadaan geografis Indonesia. Seperti di bawah ini, kiranya wajar-wajar saja jika para putra bangsa mengomentari dan memberikan pendapat tentang pembelian dan pengakusisi MBT tersebut nantinya oleh TNI.
Bagi seorang awam, tentunya pembelian tank tersebut sangatlah positif bagi kemajuan dunia pertahanan Indonesia. Bagaimana tidak, tank MBT adalah kendaraan lapis baja yang memiliki teknologi tinggi melebihi Panser dan tank ringan yang selama ini digadang-gadangkan DPR agar diakusisi oleh TNI. Teknologi tinggi tank MBT tersebut yaitu kubah meriam (turret) dan kalibernya yang berbeda jika dibandingkan dengan Panser yang tidak memiliki turret atau tank ringan yang hanya memiliki meriam dengan kaliber yang lebih kecil.
Tank MBT memiliki keunggulan segi kapabilitas yang unggul yaitu sudut kemampuan daya gerak atau manuver, daya tembak, daya kejut, dan daya penghancur, serta daya tahannya sebagai kekuatan baik penangkal, penindak, penghancur maupun pemulih. Selain itu, Indonesia masih tertinggal jauh dari negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Thailand yang sudah mengoperasikan tank jenis tersebut. Polemik yang terjadi sekarang adalah mengapa dari DPR bersikukuh tidak menyetujui rencana mulia tersebut?
Jika mampu berpikir lebih mendalam lagi, dengan pembelian tank MBT kita bisa melakukan transfer of technology sebuah riset yang lebih intensif mengenai seluk-beluk dan komponen penting di dalamnya. Hal tersebut tentunya dengan syarat kita harus punya dulu MBT-nya, setelah itu akan mengerti pengoperasiannya dan baru mengadakan evaluasi lanjutan mengenai kebijakan pembuatan sendiri tank jenis ini. Sungguh itu adalah hal yang sangat diimpikan oleh dunia pertahanan kita saat ini. Namun, hal tersebut harus dipikirkan dua kali sebab para anggota dewan sangat bersikukuh menentang pembelian tersebut. Seperti yang sudah disampaikan di atas, ada yang berpendapat bahwa “Tank MBT tidak cocok dengan kondisi geografis Indonesia yang banyak bertanah gembur”. Sebenarnya mengenai berat itu relatif dan tergantung darimana kita memandangnya. Jika dibandingkan dengan mobil jelas berbeda. Tank Leopard memiliki berat kurang lebih 60 ton, tekanan jejak pada tanah hanya 0.8 kg/cm2 atau 8.9 ton/m2. Tekanan jejak ini relatif sama dengan tank AMX-13 yang memiliki berat 14.5 ton dan Scorpion dengan berat 8 ton.
Inilah penampakan tank Scorpion

Jadi, tank Leopard dapat di-jajal di Indonesia. Selain itu, tank Leopard juga mampu bermanuver off road di permukaan berlumpur dan di sungai dengan kedalaman kurang dari 4 meter.
Ada juga para petinggi negeri yang berpendapat dan mencoba mengaitkannya dengan jiwa nasionalisme, yaitu “Pindad terbukti bisa bikin panser, kan tinggal ganti ban karet dengan rantai lalu ganti senapan mesin dengan meriam, kasih baja lebih tebal jadi sudah tank tempur pembelian tank dirasa tidak menghargai produk dalam negeri”. Hal tersebut sungguh pemikiran yang sangat naif dan kolot, sekarang kita lihat kenyataannya saja di lapangan, kita hanya baru bisa membuat kendaraan pertahanan jenis Panser Anoa dan belum bisa untuk tank jenis berat yang beroda rantai.
Ini gan penampakan Panser Anoa buatan Pindad


Perlu diketahui bahwa membuat sebuah tank tidak asal pasang sana pasang sini. Hal tersebut membutuhkan waktu sangat lama untuk bisa merancang dan hal ini diperlukan proses alih pengetahuan dan teknologi. Salah satunya yaitu dengan cara membeli dulu baru ada sebuah proses penelitian dan transfer pengetahuan, sehingga kedepannya bisa dijadikan program nasional.
Selain itu, datang juga pendapat bahwa pembelian tank tersebut sangatlah boros. Jika berpikir realistis, sekarang coba kita bandingkan dengan proyek besar-besaran DPR beberapa waktu yang lalu, yaitu tentang pengalokasian dana untuk perenovasian gedung para dewan tersebut yang menelan biaya triliunan rupiah. Sebuah program yang boros dan sia-sia karena hasil kerjanya pun sampai saat masih dipertanyakan. Silakan beropini mengenai hal tersebut, sungguh ironis jika ada yang berpendapat seperti di atas. Pembelian tank ditujukan juga demi pertahanan keamanan negara ini, demi kesatuan dan kedaulatan NKRI. Selain itu, ini merupakan langkah awal menuju sistem persenjataan nasional yang modern dan sesuai standar.
Memang benar jika ada ungkapan yang menyatakan “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina”. Ya, kita harus banyak belajar dari negara-negara seperti Jepang dan Cina. Sebelum membuat produk sendiri, mereka berusaha membeli terlebih dahulu dan setelah itu mempelajari produk orang lain tersebut. Sebagai waga negara yang baik, kita harus bisa memaknai setiap fenomena yang terjadi di sekitar kita. Seperti halnya dengan fenomena di atas, tentu kita bisa menilai sendiri apa dan bagaimana yang seharusnya dan tak seharusnya dilakukan yang tentunya berdasarkan segala pertimbangan dan dasar yang kuat. Proses pembelajaran ternyata banyak sekali kendala dan tantangan yang harus dihadapi. Kementerian Pertahanan diharapkan mampu mempertahankan tekadnya untuk merealisasikan rencana tersebut. Hal tersebut tentunya juga harus mendapat dukungan penuh dari pemerintah dan masyarakatnya.
Oleh karena itu, diperlukan adanya kesamaan konsep berpikir dari para stakeholders terkait masalah ini, sehingga adanya kesepakatan yang nantinya bisa membuat dunia pertahanan Indonesia semakin maju tak kalah dengan negara-negara tetangga. Sebuah program mulia tidak semestinya mendapatkan hambatan yang terjal tetapi perlu dikembangkan dan didukung penuh agar mampu terealisasi dan memberikan pengaruh positif.


Tentu agan-agan semua masih ingat tema debat Capres tadi malam (22/6). Debat capres semalam membahas tentang “Politik Internasional dan Ketahanan Nasional”. Salah satu pembahasan yang mencuat dalam debat tersebut yaitu tentang pembelian tank Leopard oleh TNI AD. Penulis bukan untuk memihak salah satu capres-cawapres, tetapi kurang sependapat dengan pernyataan salah satu capres yang menolak pembelian tank tersebut. Inilah penampakan tank Leopard gan



Seperti telah kita ketahui, banyak statement yang bergulir di masyarakat mengenai setuju atau tidaknya tank tersebut dioperasikan di negeri kita ini. Menurut pemerintah (DPR) pembelian tank tersebut tidak cocok dan sia-sia jika dipakai di Indonesia, karena keadaan geografis Indonesia. Seperti di bawah ini, kiranya wajar-wajar saja jika para putra bangsa mengomentari dan memberikan pendapat tentang pembelian dan pengakusisi MBT tersebut nantinya oleh TNI.
Bagi seorang awam, tentunya pembelian tank tersebut sangatlah positif bagi kemajuan dunia pertahanan Indonesia. Bagaimana tidak, tank MBT adalah kendaraan lapis baja yang memiliki teknologi tinggi melebihi Panser dan tank ringan yang selama ini digadang-gadangkan DPR agar diakusisi oleh TNI. Teknologi tinggi tank MBT tersebut yaitu kubah meriam (turret) dan kalibernya yang berbeda jika dibandingkan dengan Panser yang tidak memiliki turret atau tank ringan yang hanya memiliki meriam dengan kaliber yang lebih kecil.
Tank MBT memiliki keunggulan segi kapabilitas yang unggul yaitu sudut kemampuan daya gerak atau manuver, daya tembak, daya kejut, dan daya penghancur, serta daya tahannya sebagai kekuatan baik penangkal, penindak, penghancur maupun pemulih. Selain itu, Indonesia masih tertinggal jauh dari negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Thailand yang sudah mengoperasikan tank jenis tersebut. Polemik yang terjadi sekarang adalah mengapa dari DPR bersikukuh tidak menyetujui rencana mulia tersebut?
Jika mampu berpikir lebih mendalam lagi, dengan pembelian tank MBT kita bisa melakukan transfer of technology sebuah riset yang lebih intensif mengenai seluk-beluk dan komponen penting di dalamnya. Hal tersebut tentunya dengan syarat kita harus punya dulu MBT-nya, setelah itu akan mengerti pengoperasiannya dan baru mengadakan evaluasi lanjutan mengenai kebijakan pembuatan sendiri tank jenis ini. Sungguh itu adalah hal yang sangat diimpikan oleh dunia pertahanan kita saat ini. Namun, hal tersebut harus dipikirkan dua kali sebab para anggota dewan sangat bersikukuh menentang pembelian tersebut. Seperti yang sudah disampaikan di atas, ada yang berpendapat bahwa “Tank MBT tidak cocok dengan kondisi geografis Indonesia yang banyak bertanah gembur”. Sebenarnya mengenai berat itu relatif dan tergantung darimana kita memandangnya. Jika dibandingkan dengan mobil jelas berbeda. Tank Leopard memiliki berat kurang lebih 60 ton, tekanan jejak pada tanah hanya 0.8 kg/cm2 atau 8.9 ton/m2. Tekanan jejak ini relatif sama dengan tank AMX-13 yang memiliki berat 14.5 ton dan Scorpion dengan berat 8 ton.
Inilah penampakan tank Scorpion

Jadi, tank Leopard dapat di-jajal di Indonesia. Selain itu, tank Leopard juga mampu bermanuver off road di permukaan berlumpur dan di sungai dengan kedalaman kurang dari 4 meter.
Ada juga para petinggi negeri yang berpendapat dan mencoba mengaitkannya dengan jiwa nasionalisme, yaitu “Pindad terbukti bisa bikin panser, kan tinggal ganti ban karet dengan rantai lalu ganti senapan mesin dengan meriam, kasih baja lebih tebal jadi sudah tank tempur pembelian tank dirasa tidak menghargai produk dalam negeri”. Hal tersebut sungguh pemikiran yang sangat naif dan kolot, sekarang kita lihat kenyataannya saja di lapangan, kita hanya baru bisa membuat kendaraan pertahanan jenis Panser Anoa dan belum bisa untuk tank jenis berat yang beroda rantai.
Ini gan penampakan Panser Anoa buatan Pindad

Perlu diketahui bahwa membuat sebuah tank tidak asal pasang sana pasang sini. Hal tersebut membutuhkan waktu sangat lama untuk bisa merancang dan hal ini diperlukan proses alih pengetahuan dan teknologi. Salah satunya yaitu dengan cara membeli dulu baru ada sebuah proses penelitian dan transfer pengetahuan, sehingga kedepannya bisa dijadikan program nasional.
Selain itu, datang juga pendapat bahwa pembelian tank tersebut sangatlah boros. Jika berpikir realistis, sekarang coba kita bandingkan dengan proyek besar-besaran DPR beberapa waktu yang lalu, yaitu tentang pengalokasian dana untuk perenovasian gedung para dewan tersebut yang menelan biaya triliunan rupiah. Sebuah program yang boros dan sia-sia karena hasil kerjanya pun sampai saat masih dipertanyakan. Silakan beropini mengenai hal tersebut, sungguh ironis jika ada yang berpendapat seperti di atas. Pembelian tank ditujukan juga demi pertahanan keamanan negara ini, demi kesatuan dan kedaulatan NKRI. Selain itu, ini merupakan langkah awal menuju sistem persenjataan nasional yang modern dan sesuai standar.
Memang benar jika ada ungkapan yang menyatakan “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina”. Ya, kita harus banyak belajar dari negara-negara seperti Jepang dan Cina. Sebelum membuat produk sendiri, mereka berusaha membeli terlebih dahulu dan setelah itu mempelajari produk orang lain tersebut. Sebagai waga negara yang baik, kita harus bisa memaknai setiap fenomena yang terjadi di sekitar kita. Seperti halnya dengan fenomena di atas, tentu kita bisa menilai sendiri apa dan bagaimana yang seharusnya dan tak seharusnya dilakukan yang tentunya berdasarkan segala pertimbangan dan dasar yang kuat. Proses pembelajaran ternyata banyak sekali kendala dan tantangan yang harus dihadapi. Kementerian Pertahanan diharapkan mampu mempertahankan tekadnya untuk merealisasikan rencana tersebut. Hal tersebut tentunya juga harus mendapat dukungan penuh dari pemerintah dan masyarakatnya.
Oleh karena itu, diperlukan adanya kesamaan konsep berpikir dari para stakeholders terkait masalah ini, sehingga adanya kesepakatan yang nantinya bisa membuat dunia pertahanan Indonesia semakin maju tak kalah dengan negara-negara tetangga. Sebuah program mulia tidak semestinya mendapatkan hambatan yang terjal tetapi perlu dikembangkan dan didukung penuh agar mampu terealisasi dan memberikan pengaruh positif.


Diubah oleh yans.sunata 23-06-2014 14:46


tien212700 memberi reputasi
1
5.7K
27


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan