- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Masih Percaya Kalau Kuliah Itu Investasi Masa Depan?


TS
misoshiru
Masih Percaya Kalau Kuliah Itu Investasi Masa Depan?

Klik Banner Untuk Menuju Markas TMS
Selamat datang di thread ane. Semoga thread ini bermanfaat untuk dibaca.
Spoiler for NO REPOST:

Quote:
Masih pada percaya kalau kuliah itu investasi buat masa depan? Coba deh dipikir-pikir lagi. Dewasa ini makin banyak yang bepikir sebaliknya, lho. Kuliah bukan lagi cara investasi yang baik untuk masa depan. Masuk universitas lalu kuliah nggak lagi dinilai bagus, sekalipun ilmu nilainya tetap mulia.
Kenapa ya pemikiran seperti ini bisa muncul? Di thread ini, ane coba merangkum tulisan Jacob McMillen, seorang penulis sekaligus praktisi pendidikan akuntansi. Yuk, simak!
Kenapa ya pemikiran seperti ini bisa muncul? Di thread ini, ane coba merangkum tulisan Jacob McMillen, seorang penulis sekaligus praktisi pendidikan akuntansi. Yuk, simak!

Quote:
1. Bukan Investasi, Tapi Buang-Buang Uang

McMillen sengaja memberi penekanan pada poin yang satu ini. Menurutnya, kuliah hanya sekedar buang-buang uang ketika pendidikan berkelas internasional aja udah bisa diakses gratis secara online, baik melalui jurnal maupun video.
Misalnya, kita bisa klik Coursera yang kerja sama dengan puluhan universitas top dunia. Sekolah musik Berklee, kampus teknologi MIT, bahkan Harvard juga melakukan hal ini. Buat yang suka utak-utik coding bisa belajar dari Codecademy atau Code School.
Bukan nggak mungkin kita yang belajar secara online bisa lebih hebat dari mereka yang memang hadir di kelas, kan?

McMillen sengaja memberi penekanan pada poin yang satu ini. Menurutnya, kuliah hanya sekedar buang-buang uang ketika pendidikan berkelas internasional aja udah bisa diakses gratis secara online, baik melalui jurnal maupun video.
Misalnya, kita bisa klik Coursera yang kerja sama dengan puluhan universitas top dunia. Sekolah musik Berklee, kampus teknologi MIT, bahkan Harvard juga melakukan hal ini. Buat yang suka utak-utik coding bisa belajar dari Codecademy atau Code School.
Bukan nggak mungkin kita yang belajar secara online bisa lebih hebat dari mereka yang memang hadir di kelas, kan?

Quote:
2. Biar Gampang Cari Kerja?

Dahulu, kuliah jadi semacam tanggung jawab buat orang yang memang merasa mampu, baik dari segi otak, mental, maupun keuangan. Ketika itu, mereka ingin menjadi manusia yang punya intelektualitas dan bisa menghargai ilmu dan pengetahuan.
Nah, kalau sekarang? Kita berpikir kalau kuliah itu biar gampang cari kerjaan. Yakin kalau lulus kuliah dan jadi sarjana bisa langsung kerja?
Siapa yang udah sarjana tapi masih nganggur angkat tangannya??!!!

Dahulu, kuliah jadi semacam tanggung jawab buat orang yang memang merasa mampu, baik dari segi otak, mental, maupun keuangan. Ketika itu, mereka ingin menjadi manusia yang punya intelektualitas dan bisa menghargai ilmu dan pengetahuan.
Nah, kalau sekarang? Kita berpikir kalau kuliah itu biar gampang cari kerjaan. Yakin kalau lulus kuliah dan jadi sarjana bisa langsung kerja?
Siapa yang udah sarjana tapi masih nganggur angkat tangannya??!!!

Quote:
3. Biar Banyak Uang?

Yup, UUD (Ujung-Ujungnya Duit) ya, guys! Kalau udah dapet kerjaan berarti kita punya gaji alias banyak uang. Begitulah kira-kira pemikiran sebagian besar manusia modern yang cenderung pragmatis. Kita makin percaya kalau kuliah itu adalah sebuah investasi yang bisa menghasilkan banyak uang di masa depan.
Perekonomian yang terus bergejolak semacam menyajikan fakta pahit. Berapa banyak sarjana yang menganggur padahal mereka udah ‘mengivestasikan’ (baca: membuang) sekian puluh juta untuk kuliah. Okelah, nggak semua menganggur kok, banyak sarjana yang langsung kerja juga.
Ini lho yang perlu dicatat! Apa pekerjaan kita sudah sesuai sama pendidikan atau gelar yang didapat? Kira-kira gaji dari pekerjaan itu bisa membayar lunas pengeluaran ketika kuliah dulu? Apa kuliah itu udah benar-benar jadi investasi yang menguntungkan?

Yup, UUD (Ujung-Ujungnya Duit) ya, guys! Kalau udah dapet kerjaan berarti kita punya gaji alias banyak uang. Begitulah kira-kira pemikiran sebagian besar manusia modern yang cenderung pragmatis. Kita makin percaya kalau kuliah itu adalah sebuah investasi yang bisa menghasilkan banyak uang di masa depan.
Perekonomian yang terus bergejolak semacam menyajikan fakta pahit. Berapa banyak sarjana yang menganggur padahal mereka udah ‘mengivestasikan’ (baca: membuang) sekian puluh juta untuk kuliah. Okelah, nggak semua menganggur kok, banyak sarjana yang langsung kerja juga.
Ini lho yang perlu dicatat! Apa pekerjaan kita sudah sesuai sama pendidikan atau gelar yang didapat? Kira-kira gaji dari pekerjaan itu bisa membayar lunas pengeluaran ketika kuliah dulu? Apa kuliah itu udah benar-benar jadi investasi yang menguntungkan?

Quote:
4. Biar Dapat Gelar?

Ketika di kampus, kita masuk kelas, mendengarkan dosen, dapat tugas, lalu ujian. Kalau apa yang kita dapat cuma sebatas teori dan bukan sesuatu yang aplikatif dalam pekerjaan nanti, maka nilai dari ilmu dan pengetahuan itu akan berkurang alias nggak begitu manfaat.
Ibarat perjuangan, kuliah sarjana selama 4 tahun (kalau lancar) sampai 7 tahun itu melewati banyak hal yang nggak bisa dibilang gampang. Inget nggak rasanya ujian atau sidang? Kalau fokusnya cuma gelar, berarti hidup kita woles banget, guys!
Sarjana yang bekerja dengan modal gelar termasuk golongan pekerja kelas menengah, mereka biasanya akan sulit mencapai puncak karir. Karir cenderung stagnant alias ya gitu-gitu aja. Sedangkan, mereka yang punya gelar dan didukung kemampuan mumpuni bakal terus naik level.

Ketika di kampus, kita masuk kelas, mendengarkan dosen, dapat tugas, lalu ujian. Kalau apa yang kita dapat cuma sebatas teori dan bukan sesuatu yang aplikatif dalam pekerjaan nanti, maka nilai dari ilmu dan pengetahuan itu akan berkurang alias nggak begitu manfaat.
Ibarat perjuangan, kuliah sarjana selama 4 tahun (kalau lancar) sampai 7 tahun itu melewati banyak hal yang nggak bisa dibilang gampang. Inget nggak rasanya ujian atau sidang? Kalau fokusnya cuma gelar, berarti hidup kita woles banget, guys!
Sarjana yang bekerja dengan modal gelar termasuk golongan pekerja kelas menengah, mereka biasanya akan sulit mencapai puncak karir. Karir cenderung stagnant alias ya gitu-gitu aja. Sedangkan, mereka yang punya gelar dan didukung kemampuan mumpuni bakal terus naik level.

Quote:
5. Sumber Ilmu Nggak Cuma Kampus

Percaya nggak percaya, kampus dinilai cuma jadi sumber penghasilan orang-orang tertentu aja. Misal, mahasiswa S1 bisa jadi lebih sering diajar dosen S2 daripada professor. Eh, sekalinya ketemu professor, kita cuma disuruh bantuin proyek dia.
Parahnya, kuliah juga sering kosong terus kita disuruh baca buku atau belajar dari Power Point yang nggak ganti-ganti sejak 10 tahun lalu. Waduh..
Nah, buat yang udah selesai atau lagi kuliah nih, apa iya semua ilmu yang kita dapat dari kampus emang CUMA bisa diperoleh disana? Yakin kita nggak bisa baca buku, browsing, atau belajar sendiri dengan metode yang lain?

Percaya nggak percaya, kampus dinilai cuma jadi sumber penghasilan orang-orang tertentu aja. Misal, mahasiswa S1 bisa jadi lebih sering diajar dosen S2 daripada professor. Eh, sekalinya ketemu professor, kita cuma disuruh bantuin proyek dia.
Parahnya, kuliah juga sering kosong terus kita disuruh baca buku atau belajar dari Power Point yang nggak ganti-ganti sejak 10 tahun lalu. Waduh..
Nah, buat yang udah selesai atau lagi kuliah nih, apa iya semua ilmu yang kita dapat dari kampus emang CUMA bisa diperoleh disana? Yakin kita nggak bisa baca buku, browsing, atau belajar sendiri dengan metode yang lain?

Quote:
6. Hampir 90% Skill Justru Didapat Pas Kerja

Ini juga salah satu yang bikin miris. Katanya kuliah biar gampang cari kerja, tapi kenapa kita justru belajar di tempat kerja? Ya iyalah, secara sarjana Sastra Inggris atau Sarjana Hukum tapi kerjanya jadi teller bank, terpaksa deh belajar akuntansi dulu.
Jadi, apa gunanya pendidikan yang udah kita dapat dari kampus selama 4 tahun ini?
Kalau kata McMillen, “Gunakan uang dan waktumu untuk mempelajari kemampuan yang memang dibutuhkan ‘pasar’. Jangan buang waktu dan uang buat kuliah.”

Ini juga salah satu yang bikin miris. Katanya kuliah biar gampang cari kerja, tapi kenapa kita justru belajar di tempat kerja? Ya iyalah, secara sarjana Sastra Inggris atau Sarjana Hukum tapi kerjanya jadi teller bank, terpaksa deh belajar akuntansi dulu.
Jadi, apa gunanya pendidikan yang udah kita dapat dari kampus selama 4 tahun ini?
Kalau kata McMillen, “Gunakan uang dan waktumu untuk mempelajari kemampuan yang memang dibutuhkan ‘pasar’. Jangan buang waktu dan uang buat kuliah.”

Quote:
Gimana gan, pada setuju sama McMillen nggak? Buat yang baru lulus SMA, masih pengen kuliah atau nggak usah kuliah aja? Yang udah jadi sarjana, gimana nih komentarnya?
Masih bingung mau kuliah atau nggak? Mungkin pengalaman tokoh-tokoh ini bisa jadi pertimbangan kalian.
Masih bingung mau kuliah atau nggak? Mungkin pengalaman tokoh-tokoh ini bisa jadi pertimbangan kalian.

TOKOH-TOKOH YANG SUKSES KARENA KULIAH
Quote:
1. Meryl Streep

Meryl menempuh pendidikan di Vassar College dan Yale School of Drama. Saat kuliah di Yale, ia beberapa kali tampil di atas panggung pertunjukan. Beberapa tahun setelah lulus, Meryl berhasil mengawali debutnya sebagai aktris lewat film layar lebar "Julia" (1977). Dua tahun setelah debutnya itu, Meryl menyabet penghargaan Oscar di kategori Best Supporting Actress lewat perannya sebagai Joanna Kramer di film "Kramer vs. Kramer" (1979). Sementara penghargaan pertamanya untuk kategori Best Actress di ajang penghargaan Oscar berhasil diraih Meryl lewat film "Sophie's Choice" (1982).

Meryl menempuh pendidikan di Vassar College dan Yale School of Drama. Saat kuliah di Yale, ia beberapa kali tampil di atas panggung pertunjukan. Beberapa tahun setelah lulus, Meryl berhasil mengawali debutnya sebagai aktris lewat film layar lebar "Julia" (1977). Dua tahun setelah debutnya itu, Meryl menyabet penghargaan Oscar di kategori Best Supporting Actress lewat perannya sebagai Joanna Kramer di film "Kramer vs. Kramer" (1979). Sementara penghargaan pertamanya untuk kategori Best Actress di ajang penghargaan Oscar berhasil diraih Meryl lewat film "Sophie's Choice" (1982).

Quote:
2. Warren Buffet

Pria kelahiran 30 Agustus 1930 di Omaha, Nebraska yang sudah secara total berkecimpung di bursa, boleh disebut sebagai salah seorang ikon pasar modal. Setelah menempuh studi untuk mendapat gelar master di Columbia Graduate Business School, pada 1951-1954, Buffett bekerja sebagai salesman investasi di Omaha. Sesudah itu, pria yang mendapat gelar kehormatan The Sage of Omaha (Orang Pandai dari Omaha) dari warga Kota Omaha, pindah ke New York untuk bekerja sebagai analis sekuritas di Graham-Newman Corporation.
Buffett tak lama bekerja di perusahaan milik Benjamin Graham, salah seorang yang dianggap Buffett sebagai maha guru pasar modal. Sebab pada 1956-1969 bermodalkan US$ 100 dia mengelelola dana milik orang-orang kaya Nebraska di Omaha. Perusahaan investasi yang sukses itu akhirnya dijual dan dibubarkan. Para investornya tersenyum puas karena rata-rata mengantongi keuntungan 30,4 persen per tahun.
Langkah awal Warren Buffet yang strategis adalah di tengah menjalankan fungsi sebagai manajer investasi itu, pada 1965 Buffett membeli Berkshire Hartaway seharga US$ 8 per lembar. Tiga tahun kemudian, ia berhasil menjadi pemegang saham terbesar perusahaan tersebut. Dengan cerdik, ia memutar uang perusahaan yang menganggur dalam bentuk investasi, misalnya dengan membeli perusahaan asuransi, perusahaan permata, utilitas dan makanan melalui Berkshire Hathaway. Di tangan Buffett, perusahaan itu terus meroket. Selama lebih dari 34 tahun para pemegang saham memperoleh tingkat pengembalian tahunan sekitar 24,7 persen. Artinya, siapa saja yang menanam 10 ribu dolar AS pada 1965, maka nilai kekayaannya menjadi 51 juta dolar AS pada 1999. Luar biasa! Kini, setelah 46 tahun, saham kelas A Berkshire Hathaway telah meroket luar biasa, dan sempat mencapai US$ 150.000 per lembar saham. Melalui perusahaan ini pula, ia dapat menguasai saham beberapa perusahaan kelas dunia (walau tidak menjadi pemegang saham pengendali) seperti pada Coca Cola, Anheuser-Busch, WellFargo dan Kraft Food. Langkah bisnis terbarunya, pada desember 2007 lalu ia mengakuisisi perusahaan manufaktur dan jasa , Momon Holding dengan nilai US$ 4,5 miliar.

Pria kelahiran 30 Agustus 1930 di Omaha, Nebraska yang sudah secara total berkecimpung di bursa, boleh disebut sebagai salah seorang ikon pasar modal. Setelah menempuh studi untuk mendapat gelar master di Columbia Graduate Business School, pada 1951-1954, Buffett bekerja sebagai salesman investasi di Omaha. Sesudah itu, pria yang mendapat gelar kehormatan The Sage of Omaha (Orang Pandai dari Omaha) dari warga Kota Omaha, pindah ke New York untuk bekerja sebagai analis sekuritas di Graham-Newman Corporation.
Buffett tak lama bekerja di perusahaan milik Benjamin Graham, salah seorang yang dianggap Buffett sebagai maha guru pasar modal. Sebab pada 1956-1969 bermodalkan US$ 100 dia mengelelola dana milik orang-orang kaya Nebraska di Omaha. Perusahaan investasi yang sukses itu akhirnya dijual dan dibubarkan. Para investornya tersenyum puas karena rata-rata mengantongi keuntungan 30,4 persen per tahun.
Langkah awal Warren Buffet yang strategis adalah di tengah menjalankan fungsi sebagai manajer investasi itu, pada 1965 Buffett membeli Berkshire Hartaway seharga US$ 8 per lembar. Tiga tahun kemudian, ia berhasil menjadi pemegang saham terbesar perusahaan tersebut. Dengan cerdik, ia memutar uang perusahaan yang menganggur dalam bentuk investasi, misalnya dengan membeli perusahaan asuransi, perusahaan permata, utilitas dan makanan melalui Berkshire Hathaway. Di tangan Buffett, perusahaan itu terus meroket. Selama lebih dari 34 tahun para pemegang saham memperoleh tingkat pengembalian tahunan sekitar 24,7 persen. Artinya, siapa saja yang menanam 10 ribu dolar AS pada 1965, maka nilai kekayaannya menjadi 51 juta dolar AS pada 1999. Luar biasa! Kini, setelah 46 tahun, saham kelas A Berkshire Hathaway telah meroket luar biasa, dan sempat mencapai US$ 150.000 per lembar saham. Melalui perusahaan ini pula, ia dapat menguasai saham beberapa perusahaan kelas dunia (walau tidak menjadi pemegang saham pengendali) seperti pada Coca Cola, Anheuser-Busch, WellFargo dan Kraft Food. Langkah bisnis terbarunya, pada desember 2007 lalu ia mengakuisisi perusahaan manufaktur dan jasa , Momon Holding dengan nilai US$ 4,5 miliar.

TOKOH-TOKOH YANG SUKSES BUKAN KARENA KULIAH
Quote:
1. Quentin Tarantino

Pada usia 15 tahun, Tarantino meninggalkan sekolah umum dan mulai belajar di sekolah acting. Namun karena dirundung kebosanan, ia akhirnya memutuskan untuk keluar dan bekerja di rental film untuk beberapa tahun. Dari sinilah, ia akhirnya belajar untuk memahami selera masyarakat dalam menilai sebuah film yang bagus.
Sebagai sutradara ia berhasil membuat beberapa filmnya memenangi berbagai penghargaan bergengsi seperti Cannes & Academy Awards.

Pada usia 15 tahun, Tarantino meninggalkan sekolah umum dan mulai belajar di sekolah acting. Namun karena dirundung kebosanan, ia akhirnya memutuskan untuk keluar dan bekerja di rental film untuk beberapa tahun. Dari sinilah, ia akhirnya belajar untuk memahami selera masyarakat dalam menilai sebuah film yang bagus.
Sebagai sutradara ia berhasil membuat beberapa filmnya memenangi berbagai penghargaan bergengsi seperti Cannes & Academy Awards.

Quote:
2. Mark Zuckerberg

Pencipta Facebook sekaligus tokoh paling dominan di bidang teknologi pada dekade ini ternyata drop out dari Universitas Harvard. Tapi bukan berarti bodoh. Dia hanya malas saja belajar dan menyibukkan diri dengan coding dan membuat beberapa website yang cukup menarik seperti facesmash.com. Dia sendiri berpendapat bahwa bergelut dengan apa yang dia cintai inilah yang membuatnya sukses hari ini, bukan hanya sekedar mengejar nilai bagus di perkulihan.

Pencipta Facebook sekaligus tokoh paling dominan di bidang teknologi pada dekade ini ternyata drop out dari Universitas Harvard. Tapi bukan berarti bodoh. Dia hanya malas saja belajar dan menyibukkan diri dengan coding dan membuat beberapa website yang cukup menarik seperti facesmash.com. Dia sendiri berpendapat bahwa bergelut dengan apa yang dia cintai inilah yang membuatnya sukses hari ini, bukan hanya sekedar mengejar nilai bagus di perkulihan.

Quote:
Well, setiap keputusan itu emang ada di tangan kita. Yang pasti, setiap keputusan punya konsekuensi yang harus kita tanggung. Jadi, mari merenung sebelum membuat keputusan besar dalam hidup…

Quote:
Quote:
0
14.3K
Kutip
111
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan