mungkin sebelumnya salah satu mata Hasyim masih tertutup karena banyaknya kampanye hitam yang mempengaruhinya, tapi sekarang matanya udah terbuka keduanya gan, dia langsung sadar tuh.
Quote:
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa sebentar lagi Indonesia akan melaksanakan pesta politik lima tahunan untuk memilih pemimpin barunya. Kampanye pun dilakukan oleh para calon presiden maupun berbagai pihak pendukung capres pilihannya dengan berbagai cara, baik itu kampanye positif, negatif, atau bahkan kampanye hitam. Kampanye negatif dan kampanye hitam tentu berbeda, karena kampanye negatif adalah kampanye untuk menjatuhkan lawan dengan cara membuka fakta negatif mengenai lawannya, sementara kampanye hitam adalah upaya menjatuhkan lawan dengan menyebarkan fitnah. Contoh kampanye hitam adalah seperti yang dialami oleh Jokowi, yang menyebutkan bahwa ia adalah keturunan Tionghoa beragama non-Muslim, atau bahwa dirinya adalah capres boneka dan juga antek asing.
Kampanye negatif atau kampanye hitam tersebut tentu dapat mempengaruhi pandangan masyarakat dalam menentukan pilihannya, seperti yang dialami oleh mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Hasyim Muzadi pun sempat meragukan Jokowi akibat banyaknya isu negatif tentang capres nomor urut dua tersebut.
Hasyim pada awalnya tidak percaya bahwa Jokowi mampu untuk menjadi pemimpin negara, bahkan ketika ia dideklarasikan oleh Megawati, ia ditantang untuk memaparkan visi-misinya di depan para kiai, ulama, serta para cendikiawan Muslim agar ia mengetahui mau dibawa kemana Indonesia oleh Jokowi. Menurut Hasyim, Jokowi perlu memaparkan hal tersebut kepada ulama karena ulama dan kiai merupakan representasi umat yang ada di bawah dan masih lebih didengar oleh masyarakat, namun tidak memiliki informasi lengkap terkait situasi kenegaraan secara utuh.
Hasyim mulai menunjukkan dukungannya terhadap Jokowi setelah Jusuf Kalla ditunjuk untuk menjadi cawapres Jokowi, dengan alasan karena Jusuf Kalla merupakan seorang tokoh NU dengan integritas dan prestasi, serta jasa-jasa yang sudah jelas, misalnya memadamkan konflik agama atau menyelesaikan konflik di Aceh. Namun ketika JK menjadi cawapres Jokowi, Hasyim masih belum mendukung Jokowi karena ia hanya mendukung JK yang tokoh NU akibat janjinya yang akan mendukung capres cawapres manapun asalkan koalisinya ada tokoh NU-nya.
Alasan Hasyim belum mendukung Jokowi saat itu adalah karena banyaknya isu negatif yang belum terkonfirmasi seperti yang telah disebutkan di atas. Terkait isu-isu negatif tersebut, Hasyim terus mencari tahu apakah isu-isu terkait Jokowi tersebut adalah fakta ataupun hanya fitnah belaka, ia lalu melakukan klarifikasi ke pengurus cabang NU Solo. NU Solo, yang juga terus mendapat pertanyaan serupa mengenai agama Jokowi, kemudian mengirimkan surat klarifikasi yang menegaskan bahwa Jokowi merupakan penganut Islam yang sangat taat beribadah. Setelah mendapatkan jawaban dari NU Solo tersebut, Hasyim atas nama pribadi menyatakan dukungannya terhadap pasangan capres-cawapres nomor urut dua tersebut.
Dengan adanya kejadian seperti yang dialami oleh Hasyim Muzadi tersebut, maka sebaiknya masyarakat berhati-hati di tahun politik seperti ini, dan menanggapi berita yang muncul dengan bijak agar tidak terpengaruh oleh fitnah-fitnah yang muncul terkait tokoh-tokoh yang mencalonkan diri menjadi presiden.
yang namanya fitnah dan tipu daya pasti tetep bakalan ketahuan juga gan, biar gimanapun juga kebenaran pasti selalu menang, semoga yang lain juga pada sadar ya dan berpindah ke jalur yang benar biar nanti pas nyoblos ga ragu lagi.