Kaskus

News

oborrakyatAvatar border
TS
oborrakyat
USULAN cetak ulang OBOR RAKYAT
RMOL. Media alternatif semacam Obor Rakyat sangat diperlukan, terutama ketika banyak media mainstream tidak menjalankan fungsinya secara berimbang. Pasalnya, media mainstream cenderung hanya memuji-muji Joko Wdodo, tanpa sedikit pun menulis kelemahan dan keburukannya.

Menurut salah seorang inisiator Front Pembela Obor Rakyat (FPOR), Mashadi, hal itu tidak sehat. Apalagi, rakyat Indonesia sebentar lagi akan memilih presiden sebuah negara besar dengan penduduk lebihdari 240 juta jiwa.

"Yang kita pilih bukan lurah atau cuma bupati. Mana mungkin kita memilih pemimpin yang tidak diketahui track record-nya secara jujur. Rakyat harus tahu, siapa sejatinya calon pemimpinnya. Seharusnya ini menjadi tugas media, khususnya media mainstream," jelas Mashadi dalam keterangan persnya (Rabu, 18/6).

Karena itu, Mashadi menyarankan pengelola Obor Rakyat jangan gentar, maju terus. Kalau perlu dicetak ulang sebanyak-banyaknya dan disebarkan seluas-luasnya ke seluruh rakyat Indonesia.

"Sudah saatnya rakyat mendapat berita yang berimbang, bukan Cuma puja-puji kepada Jokowi tanpa bukti nyata," tegas Pemred Voice of Islam ini.

Selain Mashadi, inisiator FPOR lainnya adalah Edy Mulyadi dari Korps Muballigh Jakarta (KMJ), Alfian Tanjung (Taruna Muslim), dan M Hasbi Ibrohim (Laskar Anti Korupsi/LAKI Pejuang 45) serta Budhi Setiawan (aktivis dakwah).

Sementara itu, Hasbi menyatakan apa yang ditulis di Obor Rakyat terkait Jokowi itu sebetulnya sudah milik publik. Semua itu sudah berseliweran di media sosial. Cuma karena tidak semua rakyat mengakses internet, Obor Rakyat hanya membantu menuangkan kembali dalam media cetak.

"Obor Rakyat tidak bisa disebut media partisan. Justru majalah seperti Tempo itu yang tidak indenpenden. Beberapa waktu sebelum Cawapres Jokowi diumumkan, Tempo menurunkan laporan utama yang isinya menjelek-jelekkan Jusuf Kalla. Kok waktu itu tidak ada yang mempersoalkan, apalagi akan membawa ke ranah hukum? Kenapa?” sergah Hasbi.

Sebelumnya, Edy Mulyadi mejelaskan, kampanye hitam dan kampanye negatif adalah dua hal yang sama tapi sekaligus berbeda. Persamaannya, keduanya sama-sama menyebarluaskan segala keburukan, kelemahan, dan kesalahan pihak lain. Cuma bedanya, kalau kampanye hitam konten yang disiarkan itu tidak terbukti kebenarannya alias fitnah belaka. Sedangkan kampanye negatif substansi materinya benar belaka.

Apa yang dilakukan Obor Rakyat ini, jelas Alfian inisiator FPOR lainnya, adalah kampanye negatif. Ini bukan cuma perlu, tapi harus. "Dalam memilih pemimpin, rakyat tidak boleh ibarat membeli kucing dalam karung. Fakta bahwa Jokowi tidak amanah karena melanggar sumpahnya yang akan memimpin Jakarta sampai lima tahun jelas tidak terbantahkan,” tandas Alfian.

Terhadap keberadaan Obor Rakyat itu, seharusnya para pendukung Jokowi membaca pendapat mantan Juru Bicara Presiden Abdurrahman Wahid, Adhie M Massardi. Dalam tulisannya, Adhie menyarankan kubu Jokowi-JK seharusnya mencontoh sikap Gus Dur yang tetap bersahabat dan menghormati dunia pers meski sering dihujat. (Baca: Gus Dur, Pers dan Obor Rakyat)

"Yang paling penting, tidak timbul pikiran untuk memperkarakan dengan tujuan memenjarakan insan pers kita, seperti yang pernah dilakukan presiden pengganti Gus Dur," tutur Adhie.

http://m.rmol.co/news.php?id=160053
0
2.3K
28
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan