Juliano Pinto, usia 29 tahun, adalah "bagian penting" dalam pembukaan Piala Dunia Brasil 2014 di Stadion Itaquerao, Sao Paulo. Pria yang mengalami kelumpuhan tubuh bagian bawah ini adalah pria yang akan menendang Brazuca untuk pertama kalinya dalam ajang sepak bola dengan bantuan robot exoskeleton dalam proyek Walk Again.

"Getaran yang dihasilkan bisa meniru sensasi saat menyentuh tanah, menggerakkan kaki dan menendang lagi," demikian pernyataan ketua insinyur robotic, Gordon Cheng dari Technical University of Munich. "Ada begitu banyak detail dalam hal ini, ini sangat fenomenal."

Walau lebih tepatnya sebuah dorongan kecil dari kaki dibanding sebuah tendangan biasa, keberhasilan ini merupakan sebuah langkah besar yang patut diapresiasi. Pasalnya bahwa ini adalah “pertama kalinya sebuah eksoskeleton yang dikendalikan dengan aktivitas otak dan memberikan sebuah umpan balik (feedback) kepada pasien” dan “melakukan sebuah demonstrasi di sebuah stadion” belum pernah dilakukan sebelumnya.

Juliano Pinto remaja lumpuh yang beruntung dipilih, karena terpilih dari kelompok pasien yang telah diajarkan cara mengoperasikan exoskeleton canggih. Pinto merupakan salah satu dari delapan pasien penderita kelumpuhan yang dipilih untuk pembukaan Piala Dunia ini setelah melalui berbagai pelatihan yang panjang di sebuah laboratorium di Sao Paulo.


Sebelum menendang, Pinto dibantu oleh mobil khusus untuk membawa tubuhnya yang sudah dipasangi robot ala Iron Man itu. Dengan bantuan exoskeleton, Pinto bisa berjalan dan menendang bola resmi Piala Dunia dengan jarak yang dekat.

"Kita berhasil! Kerja tim yang hebat!", kicau pemimpin proyek, dr. Miguel Nicolelis dari Duke University di California, lewat akun Twitter-nya.

Exoskeleton dikerjakan oleh Miguel dan 156 ilmuwan lainnya dari seluruh dunia selama 30 tahun. Cara kerja robot ini adalah dengan menggunakan sensor sinyal mirip pada helm untuk memberikan perintah gerak exoskeleton.

"Ini adalah kali pertama exoskeleton digerakan dengan kemampuan otak dan memberikan respon dari pasien," kata Nicoleis.

Sebelum memilih Pinto, Nicolelis telah melakukan serangkaian uji coba di laboratorium dengan melibatkan pasien pada usia di atas 20 hingga 35 tahun. Identitas pemakai exoskeleton ini juga dirahasiakan hingga acara pembukaan berlangsung.


Setelah melakukan latihan, exoskeleton bekerja dengan baik dalam menggabungkan perintah dari otak Pinto untuk dijadikan pengatur kerja robot. Exoskeleton menggunakan tenaga hidrolik dan baterai yang cukup untuk digunakan selama dua jam. Namun yang paling penting, Pinto juga harus meyakinkan dirinya bahwa ia punya kaki dan bisa berjalan.


"Saya selalu ingin menunjukkan kepada orang-orang di Brasil betapa pentingnya ilmu pengetahuan yang bisa bermanfaat untuk masyarakat," kata Nicolelis.

Juliano Pinto

Juliano Pinto adalah penderita lumpuh karena kecelakaan mobil pada tahun 2006 setelah menghadiri pesta daerah kota Sao Paulo. Insiden kecelakaan hebat membuat Juliano Pinto harus mengalami menderita cedera tulang belakang yang parah dan harus kehilangan fungsi pada kakinya.


Setelah itu selama bertahun-tahun Juliano Pinto mengunakan kursi roda. Tahu akan ada seleksi untuk membantu para ilmuwan menciptakan karya yang luar biasa untuk pembukaan Piala Dunia 2014, Juliano Pinto tertarik. Akhirnya terpilih dari sekian pasien, dan akhirnya kerja kerasnya dalam latihan membuahkan hasil untuknya, ilmuwan dan dunia.