JAKARTA- Kreativitas kaum muda Indonesia seakan tidak pernah habis. Kali ini giliran mahasiswa Teknik Geodesi Institut Teknologi Bandung (ITB) Falih Muhtadi yang menciptakan pemodelan 3 dimensi (3D) dari suatu TKP kecelakaan lalu lintas berbasis laser.
Penelitian yang dilakukan Falih sejak Februari 2014 itu tidak semudah kelihatannya. Dia mengaku kerap menjumpai sejumlah kendala dalam upaya mengembangkan inovasi tersebut.
"Banyak sekali tantangan yang cukup menghambat dalam penelitian ini, seperti perolehan perizinan untuk simulasi, serta kesulitan-kesulitan teknis yang berkaitan dengan TLS ini sendiri," kata Falih, seperti dikutip dari situs ITB, Kamis (12/6/2014).
Untuk mencoba membuat model 3D dari simulasi TKP kecelakaan lalu lintas yang sesungguhnya, Falih tidak tanggung-tanggung. Sebagai langkah awal, ia merencanakan jumlah pemindaian yang dilakukan. Menurut Falih, pemindaian dengan menembakkan pulsa laser idealnya dilakukan dari empat arah penjuru mata angin.
Falih juga merencanakan dengan matang penempatan lokasi kendaraan-kendaraan dalam simulasi kecelakaan lalu lintas yang hendak dibuatnya. Setelah itu, Falih mulai melakukan pemindaian dengan resolusi tinggi dan resolusi rendah untuk kemudian dibandingkan hasilnya.
Hasil simulasinya tak mengecewakan. Dengan TLS, Falih dapat menghasilkan suatu model 3D dari TKP kecelakaan lalu lintas dalam waktu hanya 56 menit saja untuk resolusi sedang, dan 189 menit untuk resolusi tinggi.
"Untuk wilayah Indonesia yang rata-rata area TKP kecelakaan lalu lintasnya relatif tidak luas, pemindaian resolusi menegah sudah cukup untuk memodelkan TKP kecelakaan dalam bentuk 3D," paparnya.
Dalam melakukan pemindaian, hal yang cukup menantang bagi Falih adalah melakukan penghapusan derau atau obyek yang tidak relevan dengan kejadian kecelakaan. Tidak hanya itu, tantangan juga datang dari obyek gelap dengan reflektansi rendah.
"Tantangan lainnya adalah obyek yang gelap reflektansinya rendah, sehingga pantulan pulsa laser agak sulit untuk dipantulkan dan ditangkap kembali. Hal ini dikarenakan objek gelap bersifat menyerap cahaya," ujar Falih.
Pada penelitiannya, Falih menggunakan Leica Scanstation C10 sebagai alat utamanya. Dengan menembakkan pulsa laser, objek pada TKP kecelakaan lalu lintas yang dipindai akan memantulkan pulsa tersebut hingga kemudian ditangkap kembali oleh alat dalam bentuk titik-titik koordinat lokal.
Penembakan pulsa laser yang dilakukan bersifat kontinu, sehingga diperoleh serangkaian data koordinat yang disebut point clouds. Point clouds inilah yang kemudian menjadi bakal model 3D dari TKP kecelakaan lalu lintas. (mrg)