Quote:
Prabowo dan Hatta Dinilai Tak Satu Visi
JAKARTA, KOMPAS.com - Aktivis Lingkar Madani Ray Rangkuti mengkritik sikap pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Menurutnya, pasangan yang diusung koalisi merah-putih itu terlihat
tidak kompak dalam beberapa isu.
Dalam debat capres kedua, Prabowo mengungkapkan bahwa kebocoran anggaran negara mencapai Rp 1.000 triliun per tahun. Menurutnya, selama ini, pemerintah tidak berdaya dalam mengatasi kebocoran tersebut.
Namun, Hatta yang sempat menjabat sebagai Menteri Koordinator Perekonomian di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, justru meluruskan pernyataan Prabowo itu. Menurutnya, kebocoran anggaran sebesar Rp 1.000 trilun baru sebatas potensi, bukan hal yang sudah terjadi.
"Perbedaan-perbedaan ini memberi sinyal kuat bahwa visi-misi pasangan ini tidak disusun secara bersamaan.
Secara umum, visi-misi tersebut lebih banyak mengandalkan visi-misi yang telah disusun Partai Gerindra sebelumnya," kata Ray melalui pesan elektronik, Selasa (17/6/2014).
Masalahnya, menurut Ray, perbedaan pandangan antara Prabowo-Hatta bukan sekali ini saja terjadi. Ray menilai, perbedaan itu sudah terlihat saat debat sesi pertama. Prabowo dan Hatta tidak terlihat satu visi menyikapi pemilihan kepala daerah antara secara langsung atau melalui DPRD, serta menyikapi tentang UUD 1945 yang sudah diamandemen.
Perbedaan juga, menurutnya, terlihat dari niat Prabowo yang semula ingin menasionalisasi aset asing, namun dibatalkan. "Isu nasionalisasi yang kemudian diralat jadi renegosiasi jelas menohok rezim SBY di mana Hatta Rajasa sebagai salah satu penanggungjawabnya," ujarnya.
Ray pun menengarai koalisi yang dibangun oleh Prabowo-Hatta bersama koalisi merah putih bukan dibangun atas dasar kesamaan visi-misi, melainkan keuntungan individu.
"Kemungkinan, visi-misi ini hanya sebatas jargon. Sebab, baik secara teoritik maupun dari pilihan-pilihan koalisi, ada banyak hambatan untuk melaksanakannya.
Tentu tidak menutup kemungkinan titik temu koalisi ini semata hanya pada kalkulasi-kalkulasi kekuasaan,” pungkasnya.
http://indonesiasatu.kompas.com/read...campaign=Kknwp
wah dibilang ga kompak

bukan ga kompak..
cuma selalu berbeda aja kok..
trus kenapa kalo semata hanya pada kalkulasi-kalkulasi kekuasaan??
kan kekuasaan itu enak..
ya nggak ya nggak???