- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
PILPRES di bulan Puasa, Setan 'money politics' dibelengu & Ummat Islam lebih Religius


TS
shantikem
PILPRES di bulan Puasa, Setan 'money politics' dibelengu & Ummat Islam lebih Religius
Tanya KPU: Kenapa Pilpres Bertepatan Dengan Puasa?
Selasa, 22/04/2014 10:19 WIB

Q: Apa Pertimbangan KPU memilih waktu Pelaksanaan PILPRES yang kemungkinan besar bertepatan dengan Bulan Puasa? Bukankah itu bisa membuat orang males ke TPS? Apalagi para petugas TPS di lapangan pasti haus dan lapar.
A: Proses penentuan Tahapan Pemilu termasuk Tahapan pilpres disesuaikan dengan kegiatan yang ada dalam UU. Hitungan waktunya sudah ditentukan mulai dari tahapan pemutakhiran, kampanye, pencalonan dan kegiatan pemungutan dan Penghitungan suara. Khususnya mengenai pilpres ini tdk boleh melampaui pelantikan presiden dan wakil presiden pada tgl 20 Oktober 2014. Dan hari dalam Penyelenggaraan Pemilu adalah hari kalender bukan hari Kerja
Komisioner KPU,
Ferry Kurnia Rizkiyansyah
http://news.detik.com/pemilu2014/rea...n-dengan-puasa
Waspadai “Money Politics” Bermodus THR
June 1, 2014
Meski Pemilihan Presiden (Pilpres) tidak sesemarak Pemilihan Legislatif (Pileg), namun semua pihak berharap agar Pilpres dengan dua kandidat pasangan masing-masing Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta ini bisa berjalan lancar. Untuk itu, Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kutim menggelar sosialisai terkait itu dengan menghadirkan narasumber Iptu M Arifin dari Polres Kutim, Sekretaris Badan Kesbang Linmas Syahril, Kabid Ideologi Wawasan Kebangsaan dan Kewaspadaan Syafranuddin, serta tiga anggota Panwas Kutim masing-masing Andi Mursalim, Syahrul, dan Nirmala Sari Idawijaya.
Dalam sosialisasi ini, Syarul berharap Kesbangpol bisa melakukan sosialisasi agar dalam Pilpres PNS tetap menjaga independensinya. Di sisi lain agar angka golput berkurang serta pelanggaran yang terjadi dalam Pileg terutama politik uang (money politics) tidak terjadi secara masif lagi.
Terkait masalah independensi PNS, Syahril mengakui memang ada aturan bahwa PNS itu independen dalam pemilihan baik Pileg, maupun Pilpres. Karena memang dilarang berpolitik praktis. Hanya saja tidak dapat dipungkiri, kalau mungkin saja ada oknum yang memberikan dukungan terhadap salah satu kanidat yang akhirnya terbaca sebagai bentuk dukungan. “Mungkin saja ada oknum yang memihak, namun semua itu ada aturan, ada sanksi kalau itu dia lakukan,” katanya.
Terkait dengan antisipasi golput, diakui itu mungkin tidak dapat dihindari. Sebab ini merupakan hak. Hanya saja menurutnya Kesbang terus melakukan sosialisasi di seluruh kecamatan dalam berbagai acara agar masyarakat menggunakan hak pilihnya. Sebab ini merupakan saat di mana masyarakat menggunakan hak pilihnya untuk menentukan pemimpin mereka.
Sementara menurut Syafranuddin politik uang berdasarkan analisis yang dilakukannya di Kesbang modusnya nanti bisa berbeda dengan Pileg. Sebab saat Pilpres bertepatan dengan bulan puasa sehingga diperkirakan nantinya politik uang akan dibungkus dengan nama Tunjangan Hari Raya (THR). “Ini harus diwaspadai. Ini mungkin saja dilakukan oleh simpatisan atau pihak tim sukses,” katanya.
Terkait masalah ini, Nirmala Sari Idawijaya dari Panwas mempertanyakan jeratan hukum terkait dengan simpatisan yang mungkin nantinya terbukti melakukan suap agar jagoannya terpilih. Untuk ini Arifin mengatakan dalam penindakan hukum bisa dilakukan. “Yang utama adalah ada saksi dan ada barang bukti. Maka orang yang bertanggungjawab itu adalah yang memberikan, meskipun tak ada kaitan dengan kanidat Calon Presiden. Jadi kami berharap kepada masyarakat agar tidak melakukan praktek suap-menyuap dalam Pilpres mendatang untuk menghindari jeratan hukum,” kata Arifin.
http://beritaborneo.co.id/waspadai-m...-bermodus-thr/
Semangat Perang Badar Pilpres
Wednesday, 04 June 2014 04:08
Apakah statement Amin Rais ini secara otomatis berkonsekuensi pada anggapan bahwa Jokowi-JK sebagai bukan Muslim? Tentunya sangat naif jika kita berkesimpulan demikian.
Dua pasangan Capres/Cawapres pascapendaftaran ke Komisi Pemilihan Umum (KPU), Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK terus bergerilya mencari dukungan dan simpati publik. Alhasil, dukungan dari berbagai pihak pun mengalir kepada kedua pasangan tersebut dengan dideklarasikannya sejumlah dukungan di berbagai daerah. Menariknya lagi, seiring dengan penggalangan dukungan yang dilakukan kedua pasangan, kampanye hitam (black compaign) pun bermunculan bak jamur di musim hujan.
Kampanye hitam tersebut menyerang kedua kubu Capres secara bersamaan. Kondisi semakin tidak fair, ketika “aib” para Capres yang dibumbui dengan berbagai pemutarbalikan fakta oleh pihak-pihak tertentu dijadikan sebagai komoditi politik yang saban hari disodorkan kepada publik.
Pernyataan Amin Rais
Di tengah badai black compaign yang terus berhembus tak tentu arah, sebagian publik mengaku “tercengang” dengan pernyataan Amin Rais dalam acara perayaan Isra’Miraj di Masjid Kebayoran Baru yang mengajak para pendukung Prabowo-Hatta untuk mewarisi semangat perang badar dalam Pilpres mendatang. Amin Rais juga menekankan bahwa untuk memenangkan Pilpres tidak boleh terjebak dalam drama perang Uhud.
Sayangnya statement yang dilontarkan oleh Amin Rais ini mendapat tanggapan keras dari Gus Sholah, salah seorang tokoh Nahdatul Ulama (NU). Menurut Gus Sholah, pernyataan tersebut tidak pantas diucapkan oleh Amin Rais, karena perang Badar merupakan perang suci untuk menegakkan agama, sedangkan Pilpres tidak bertujuan untuk menegakkan salah satu agama manapun.
Lantas apa yang salah dengan pernyataan Amin Rais? Sebagai umat Islam tentunya kita bisa memahami apa yang menjadi substansi statement Amin Rais. Namun sayangnya, statement tersebut telah ditafsirkan secara keliru oleh sebagian pihak sehingga muncul tuduhan bermuatan SARA. Padahal jika dicermati secara bijak, statement itu hanyalah sebuah analogi-metaforis, sehingga tidak perlu ditaggapi secara “lebay” sehingga melahirkan kesimpulan yang keliru. Kata perang Badar tidak bisa dimaknai secara leksikal, tapi harus dipahami secara kontekstual.
Substansi dari statement Amin Rais adalah mengajak semua pihak, khususnya tim pemenangan Prabowo-Hatta agar bekerja dengan maksimal dan ikhlas dalam memenangkan pasangan tersebut. Spirit perang Badar akan melahirkan sikap ikhlas dalam melakukan perjuangan sehingga tujuan akan tercapai. Dalam konteks politik, spirit perang Badar sama halnya dengan jargon “kerja tanpa syarat”, di mana perjuangan (pemenangan) yang kita lakukan tidak dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan pragmatis.
Berbeda halnya dengan mental perang Uhud, di mana konsentrasi pasukan terpecah akibat disibukkan dengan harta rampasan perang (kepentingan pragmatis) sehingga harus menerima kekalahan. Adalah wajar jika Amin Rais mencoba menanamkan mental perang Badar agar kaum Muslimin, khususnya tim Prabowo-Hatta tidak terjebak dalam mental perang Uhud demi tercapainya kemenangan. Dengan demikian, menurut penulis, analogi yang dibuat oleh Amin Rais sudah sangat tepat.
Mungkin akan timbul pertanyaan, kenapa harus memakai semboyan perang Badar? Sebagai seorang Muslim tentunya hal tersebut adalah lumrah dan sah-sah saja mengingat dalam semboyan tersebutterkandung aspek historis sehingga mampu menumbuhkan semangat tim sukses Prabowo-Hatta yang mayoritasnya adalah Muslim. Mungkin akan muncul pertanyaan lain, bukankah pasangan Jokowi-JK juga muslim?
Jawabannya tentu mereka juga Muslim. Namun apakah statement yang disampaikan oleh Amin Rais secara otomatis akan berkonsekuensi pada timbulnya anggapan bahwa pasangan Jokowi-JK sebagai bukan Muslim? Tentunya sangat naif jika kita berkesimpulan demikian. Lantas bagaimana jika ada orang yang mengajak agar kita mewarisi sifat-sifat kenabian, apakah secara otomatis kita akan menjadi nabi hanya karena mewarisi sifat-sifat kenabian? Tentu tidak.
Sikap Umat Islam
Terlepas dari berbagai isu yang berkembang akhir-akhir ini, namun di satu sisi koalisi yang dibangun oleh Prabowo-Hatta didominasi oleh partai-partai berbasis Islam, seperti PPP, PAN, PKS dan PBB sehingga sangat wajar ketika jargon-jargon Islam menjadi dominan dalam setiap perbincangan yang dilakukan oleh timses Prabowo-Hatta. Sebagai umat Islam, kita tidak perlu phobi dengan statement tersebut sehingga memunculkan kecurigaan bahwa pasangan tersebut telah memainkan isu SARA.
Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Rhoma Irama dalam sebuah wawancara di sebuah stasiun televisi, bahwa setiap agama memiliki subjektivitas masing-masing. Apalagi pernyataan Amin Rais disampaikan di masjid yang pendengarnya umat Islam, tentu statement tersebut tidak menjadi aneh. Jika memang penyampaian konsep-konsep agama dianggap sebagai SARA, maka yakinlah bahwa hak-hak agama akan terabaikan.
Di sisi lain, koalisi pengusung Jokowi-JK didominasi oleh partai-partai berbasis nasionalis, seperti PDI-P, Nasdem, PKB dan Hanura. Adapun PKB, meskipun berbasis Islam, namun ideologi partai yang dipimpin oleh Muhaimin Iskandar tersebut berazaskan kebangsaan sehingga dapat digolongkan ke dalam barisan nasionalis. Dengan demikian, sangat wajar ketika jargon-jargon berbau Islam menjadi minim terdengar karena didominasi dengan isu-isu kebangsaan.
Penulis bukannya ingin mempertentangkan antara Islam dan nasionalis, tetapi timbulnya berbagai perbedaan dalam setiap tindakan dan statement di masing-masing pasangan Capres adalah hal yang wajar disebabkan komposisi koalisi yang berbeda. Di samping itu, tidak menjadi aneh ketika ada sebagian pihak yang justru menganalogikan Pilpres 2014 bak pertarungan idiologis antara PNI dan Masyumi di masa lalu. Meskipun tak persis sama, namun kedua kubu pasangan yang akan bertarung pada Pilpres mendatang memiliki keterkaitan historis dengan kubu-kubu politik di masa lalu.
Di akhir tulisan ini, penulis mengajak kita semua untuk berpikir jernih dan tidak terjebak dalam kepentingan pragmatis sehingga masa depan Indonesia ke depan menjadi suram. Ajang Pilpres adalah panggung demokrasi yang harus kita sikapi dengan bijak, bukan arena perang yang membuat kita saling serang satu sama lain.
Namun satu hal perlu diingat, bahwa umat Islam memiliki kontribusi besar dalam mendirikan negeri ini, tentunya dengan tidak menafikan keterlibatan umat agama lain.Dengan demikian, kepentingan umat Islam ke depan harus menjadi prioritas dan parameter dalam menentukan pilihan pada Pilpres mendatang. Mari bergandeng tangan menuju Indonesia yang Baladatun Thaiyyibatun Warabbun Ghafur. Wallahul Musta’an.
http://www.waspadamedan.com/index.ph...ini&Itemid=215
Amien Sebut Semangat Perang Badar, Jubir Jokowi JK : Ini Provokasi
Kamis, 29 Mei 2014, 14:25 WIB
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Ketua Majelis Pertimbangan Pusat Partai Amanat Nasional Amien Rais dituding melakukan provokasi dengan menggunakan sentimen agama terkait pernyataannya tentang perlunya semangat "Perang Badar" untuk memenangkan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dalam Pilpres 2014.
"Itu adalah provokasi yang tak pantas karena menggunakan sentimen agama, sebab kontestasi dalam pilpres ini bukanlah perang yang harus ada yang kalah dan terbunuh, lalu ada yang menang dan pesta dan hura-hura," kata Juru Bicara Capres-Cawapres Jokowi-JK, Abdul Kadir Karding, melalui pernyataan tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Kamis.
Perang Badar merupakan perang besar pertama antara kaum Muslim yang dipimpin Nabi Muhammad SAW melawan kaum kafir Quraisy di Mekkah pada tahun kedua Hijriah. Kemenangan dalam perang itu menjadi titik tolak perkembangan Islam untuk selanjutnya.
http://www.republika.co.id/berita/pe...-ini-provokasi
INILAH 10 SETAN YANG DIRANTAI DI BULAN RAMADHAN
Jumat, 02 Agustus 2013

Diriwayatkan oleh Bukhari, no1899. Muslim, no. 1079, dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: "Apabila bulan Ramadhan tiba, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu."
Para Ulama berbeda (pendapat) mengenai makna di belenggu nya setan-setan pada bulan Ramadhan, menjadi beberapa pendapat:
Al-Hafidz Ibnu Hajar seraya menukil dari Al-Hulaimy: " Kemungkinan maksudnya adalah para setan tidak bersungguh-sungguh menggoda kaum muslimin, sebagaimana yang mereka lakukan dibulan lainnya, karena kesibukan (manusia beribadah). (Atau) yang dimaksud para setan (yang dibelenggu) adalah sebagian dari mereka, yaitu dari jenis pembangkang di antara mereka, (atau yang dimaksud) dibelenggu adalah dibelenggu dengan puasa yang berfungsi menekan dorongan syahwat, atau dengan bacaan Al-Quran dan Dzikir.
Yang lainnya (selain Al-Hulaimy) berkata, maksud dibelenggu adalah diikat dengan rantai.
Iyadh berkata: Ada kemungkinan maknanya sesuai dzahir dan hakikatnya. Yaitu sebagai tanda bagi para malaikat akan masuknya bulan Ramadhan, agar mereka mengagungkan kesuciannya dan melarang para setan menganggu kaum beriman. Kemungkinan juga (maknanya) sebagai simbol banyaknya pahala dan pengampunan. Dan berkurangnya gangguan setan, sehingga seakan-akan mereka dibelenggu.
Dia berkata, yang menguatkan kemungkinan kedua ini adalah ungkapan dalam riwayat Yunus dari Ibnu Syihab dalam riwayat Muslim, (yaitu ungkapan) 'Pintu-pintu rahmat dibuka.' Dia juga berkata bahwa (makna) dibelenggunya setan adalah simbol dilemahakan nya (setan) dalam menggoda dan menghias syahwat.
Zin bin Munayyir berkata, 'Pendapat pertama (makna dibelenggu secara dzahir) lebih tepat. Lafadz ini tidak perlu dialihkan dari dzhir nya.'
Kesimpulannya, (makna) setan dibelenggu adalah bersifat hakiki, (nyata), Allah yang lebih mengetahui tentang hal tersebut. Dan hal itu tidak harus berarti bahwa kejelekan dan kemaksiatan tidak terjadi diantara manusia.
Berikut ini 10 jenis setan yang dibelenggu pada bulan Ramadhan
Mereka inilah adalah 10 jenis setan yang dirantai di bulan puasa dan dicampak kan ke dalam lubang yang paling dalam dan gelap di laut. Mereka ibarat kerabat diraja Iblis berdarah tulen dan mempunyai kedudukan hiraki tertinggi dalam sistem pemerintahan Iblis.
Mereka diberi umur yang panjang sehingga akhirat dan dibawah mereka ada tentara jin dan setan yang bertugas untuk menyesatkan manusia. Bila mereka dirantai, anak buahnya masih bisa bebas di bulan puasa tetapi hilang arah dan tujuan seketika karena tidak ada ketuanya.
Wallahua'lam.
source
------------------------------
Setan saja tak akan menggoda para pemilih Pilpres pada 11 Ramadhan 1435H tahun ini (bertepatan 9 Juli 2014) karena itulah janji Allah yang disampaikan kanjeng nabi kepada ummatnya, bahwa selama bulan ramadhan itu, setan di rantai atau dibelengu atau di 'rumah'kan sementara dari menggoda manusia beriman. Artinya, kelak di akherat, setan akan berlepas tangan bila dia dituduh menggoda manusia untuk melakukan kemaksiatan selama bulan ramadhan atau bulan puasa, karena selama 1 bulan penuh dirinya 'di-PHK-an" dari menggoda manusia.
Makanya kalau bulan ramadhan ini masih ditemukan praktek serangan fajar atau 'money politics', itu berarti manusia pelakunya melebihi makhluk setan lagi, sebab setan asli saja tak akan bisa melakukan hal itu. Dasr setan!

Selasa, 22/04/2014 10:19 WIB

Q: Apa Pertimbangan KPU memilih waktu Pelaksanaan PILPRES yang kemungkinan besar bertepatan dengan Bulan Puasa? Bukankah itu bisa membuat orang males ke TPS? Apalagi para petugas TPS di lapangan pasti haus dan lapar.
A: Proses penentuan Tahapan Pemilu termasuk Tahapan pilpres disesuaikan dengan kegiatan yang ada dalam UU. Hitungan waktunya sudah ditentukan mulai dari tahapan pemutakhiran, kampanye, pencalonan dan kegiatan pemungutan dan Penghitungan suara. Khususnya mengenai pilpres ini tdk boleh melampaui pelantikan presiden dan wakil presiden pada tgl 20 Oktober 2014. Dan hari dalam Penyelenggaraan Pemilu adalah hari kalender bukan hari Kerja
Komisioner KPU,
Ferry Kurnia Rizkiyansyah
http://news.detik.com/pemilu2014/rea...n-dengan-puasa
Waspadai “Money Politics” Bermodus THR
June 1, 2014
Meski Pemilihan Presiden (Pilpres) tidak sesemarak Pemilihan Legislatif (Pileg), namun semua pihak berharap agar Pilpres dengan dua kandidat pasangan masing-masing Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta ini bisa berjalan lancar. Untuk itu, Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kutim menggelar sosialisai terkait itu dengan menghadirkan narasumber Iptu M Arifin dari Polres Kutim, Sekretaris Badan Kesbang Linmas Syahril, Kabid Ideologi Wawasan Kebangsaan dan Kewaspadaan Syafranuddin, serta tiga anggota Panwas Kutim masing-masing Andi Mursalim, Syahrul, dan Nirmala Sari Idawijaya.
Dalam sosialisasi ini, Syarul berharap Kesbangpol bisa melakukan sosialisasi agar dalam Pilpres PNS tetap menjaga independensinya. Di sisi lain agar angka golput berkurang serta pelanggaran yang terjadi dalam Pileg terutama politik uang (money politics) tidak terjadi secara masif lagi.
Terkait masalah independensi PNS, Syahril mengakui memang ada aturan bahwa PNS itu independen dalam pemilihan baik Pileg, maupun Pilpres. Karena memang dilarang berpolitik praktis. Hanya saja tidak dapat dipungkiri, kalau mungkin saja ada oknum yang memberikan dukungan terhadap salah satu kanidat yang akhirnya terbaca sebagai bentuk dukungan. “Mungkin saja ada oknum yang memihak, namun semua itu ada aturan, ada sanksi kalau itu dia lakukan,” katanya.
Terkait dengan antisipasi golput, diakui itu mungkin tidak dapat dihindari. Sebab ini merupakan hak. Hanya saja menurutnya Kesbang terus melakukan sosialisasi di seluruh kecamatan dalam berbagai acara agar masyarakat menggunakan hak pilihnya. Sebab ini merupakan saat di mana masyarakat menggunakan hak pilihnya untuk menentukan pemimpin mereka.
Sementara menurut Syafranuddin politik uang berdasarkan analisis yang dilakukannya di Kesbang modusnya nanti bisa berbeda dengan Pileg. Sebab saat Pilpres bertepatan dengan bulan puasa sehingga diperkirakan nantinya politik uang akan dibungkus dengan nama Tunjangan Hari Raya (THR). “Ini harus diwaspadai. Ini mungkin saja dilakukan oleh simpatisan atau pihak tim sukses,” katanya.
Terkait masalah ini, Nirmala Sari Idawijaya dari Panwas mempertanyakan jeratan hukum terkait dengan simpatisan yang mungkin nantinya terbukti melakukan suap agar jagoannya terpilih. Untuk ini Arifin mengatakan dalam penindakan hukum bisa dilakukan. “Yang utama adalah ada saksi dan ada barang bukti. Maka orang yang bertanggungjawab itu adalah yang memberikan, meskipun tak ada kaitan dengan kanidat Calon Presiden. Jadi kami berharap kepada masyarakat agar tidak melakukan praktek suap-menyuap dalam Pilpres mendatang untuk menghindari jeratan hukum,” kata Arifin.
http://beritaborneo.co.id/waspadai-m...-bermodus-thr/
Semangat Perang Badar Pilpres
Wednesday, 04 June 2014 04:08
Apakah statement Amin Rais ini secara otomatis berkonsekuensi pada anggapan bahwa Jokowi-JK sebagai bukan Muslim? Tentunya sangat naif jika kita berkesimpulan demikian.
Dua pasangan Capres/Cawapres pascapendaftaran ke Komisi Pemilihan Umum (KPU), Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK terus bergerilya mencari dukungan dan simpati publik. Alhasil, dukungan dari berbagai pihak pun mengalir kepada kedua pasangan tersebut dengan dideklarasikannya sejumlah dukungan di berbagai daerah. Menariknya lagi, seiring dengan penggalangan dukungan yang dilakukan kedua pasangan, kampanye hitam (black compaign) pun bermunculan bak jamur di musim hujan.
Kampanye hitam tersebut menyerang kedua kubu Capres secara bersamaan. Kondisi semakin tidak fair, ketika “aib” para Capres yang dibumbui dengan berbagai pemutarbalikan fakta oleh pihak-pihak tertentu dijadikan sebagai komoditi politik yang saban hari disodorkan kepada publik.
Pernyataan Amin Rais
Di tengah badai black compaign yang terus berhembus tak tentu arah, sebagian publik mengaku “tercengang” dengan pernyataan Amin Rais dalam acara perayaan Isra’Miraj di Masjid Kebayoran Baru yang mengajak para pendukung Prabowo-Hatta untuk mewarisi semangat perang badar dalam Pilpres mendatang. Amin Rais juga menekankan bahwa untuk memenangkan Pilpres tidak boleh terjebak dalam drama perang Uhud.
Sayangnya statement yang dilontarkan oleh Amin Rais ini mendapat tanggapan keras dari Gus Sholah, salah seorang tokoh Nahdatul Ulama (NU). Menurut Gus Sholah, pernyataan tersebut tidak pantas diucapkan oleh Amin Rais, karena perang Badar merupakan perang suci untuk menegakkan agama, sedangkan Pilpres tidak bertujuan untuk menegakkan salah satu agama manapun.
Lantas apa yang salah dengan pernyataan Amin Rais? Sebagai umat Islam tentunya kita bisa memahami apa yang menjadi substansi statement Amin Rais. Namun sayangnya, statement tersebut telah ditafsirkan secara keliru oleh sebagian pihak sehingga muncul tuduhan bermuatan SARA. Padahal jika dicermati secara bijak, statement itu hanyalah sebuah analogi-metaforis, sehingga tidak perlu ditaggapi secara “lebay” sehingga melahirkan kesimpulan yang keliru. Kata perang Badar tidak bisa dimaknai secara leksikal, tapi harus dipahami secara kontekstual.
Substansi dari statement Amin Rais adalah mengajak semua pihak, khususnya tim pemenangan Prabowo-Hatta agar bekerja dengan maksimal dan ikhlas dalam memenangkan pasangan tersebut. Spirit perang Badar akan melahirkan sikap ikhlas dalam melakukan perjuangan sehingga tujuan akan tercapai. Dalam konteks politik, spirit perang Badar sama halnya dengan jargon “kerja tanpa syarat”, di mana perjuangan (pemenangan) yang kita lakukan tidak dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan pragmatis.
Berbeda halnya dengan mental perang Uhud, di mana konsentrasi pasukan terpecah akibat disibukkan dengan harta rampasan perang (kepentingan pragmatis) sehingga harus menerima kekalahan. Adalah wajar jika Amin Rais mencoba menanamkan mental perang Badar agar kaum Muslimin, khususnya tim Prabowo-Hatta tidak terjebak dalam mental perang Uhud demi tercapainya kemenangan. Dengan demikian, menurut penulis, analogi yang dibuat oleh Amin Rais sudah sangat tepat.
Mungkin akan timbul pertanyaan, kenapa harus memakai semboyan perang Badar? Sebagai seorang Muslim tentunya hal tersebut adalah lumrah dan sah-sah saja mengingat dalam semboyan tersebutterkandung aspek historis sehingga mampu menumbuhkan semangat tim sukses Prabowo-Hatta yang mayoritasnya adalah Muslim. Mungkin akan muncul pertanyaan lain, bukankah pasangan Jokowi-JK juga muslim?
Jawabannya tentu mereka juga Muslim. Namun apakah statement yang disampaikan oleh Amin Rais secara otomatis akan berkonsekuensi pada timbulnya anggapan bahwa pasangan Jokowi-JK sebagai bukan Muslim? Tentunya sangat naif jika kita berkesimpulan demikian. Lantas bagaimana jika ada orang yang mengajak agar kita mewarisi sifat-sifat kenabian, apakah secara otomatis kita akan menjadi nabi hanya karena mewarisi sifat-sifat kenabian? Tentu tidak.
Sikap Umat Islam
Terlepas dari berbagai isu yang berkembang akhir-akhir ini, namun di satu sisi koalisi yang dibangun oleh Prabowo-Hatta didominasi oleh partai-partai berbasis Islam, seperti PPP, PAN, PKS dan PBB sehingga sangat wajar ketika jargon-jargon Islam menjadi dominan dalam setiap perbincangan yang dilakukan oleh timses Prabowo-Hatta. Sebagai umat Islam, kita tidak perlu phobi dengan statement tersebut sehingga memunculkan kecurigaan bahwa pasangan tersebut telah memainkan isu SARA.
Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Rhoma Irama dalam sebuah wawancara di sebuah stasiun televisi, bahwa setiap agama memiliki subjektivitas masing-masing. Apalagi pernyataan Amin Rais disampaikan di masjid yang pendengarnya umat Islam, tentu statement tersebut tidak menjadi aneh. Jika memang penyampaian konsep-konsep agama dianggap sebagai SARA, maka yakinlah bahwa hak-hak agama akan terabaikan.
Di sisi lain, koalisi pengusung Jokowi-JK didominasi oleh partai-partai berbasis nasionalis, seperti PDI-P, Nasdem, PKB dan Hanura. Adapun PKB, meskipun berbasis Islam, namun ideologi partai yang dipimpin oleh Muhaimin Iskandar tersebut berazaskan kebangsaan sehingga dapat digolongkan ke dalam barisan nasionalis. Dengan demikian, sangat wajar ketika jargon-jargon berbau Islam menjadi minim terdengar karena didominasi dengan isu-isu kebangsaan.
Penulis bukannya ingin mempertentangkan antara Islam dan nasionalis, tetapi timbulnya berbagai perbedaan dalam setiap tindakan dan statement di masing-masing pasangan Capres adalah hal yang wajar disebabkan komposisi koalisi yang berbeda. Di samping itu, tidak menjadi aneh ketika ada sebagian pihak yang justru menganalogikan Pilpres 2014 bak pertarungan idiologis antara PNI dan Masyumi di masa lalu. Meskipun tak persis sama, namun kedua kubu pasangan yang akan bertarung pada Pilpres mendatang memiliki keterkaitan historis dengan kubu-kubu politik di masa lalu.
Di akhir tulisan ini, penulis mengajak kita semua untuk berpikir jernih dan tidak terjebak dalam kepentingan pragmatis sehingga masa depan Indonesia ke depan menjadi suram. Ajang Pilpres adalah panggung demokrasi yang harus kita sikapi dengan bijak, bukan arena perang yang membuat kita saling serang satu sama lain.
Namun satu hal perlu diingat, bahwa umat Islam memiliki kontribusi besar dalam mendirikan negeri ini, tentunya dengan tidak menafikan keterlibatan umat agama lain.Dengan demikian, kepentingan umat Islam ke depan harus menjadi prioritas dan parameter dalam menentukan pilihan pada Pilpres mendatang. Mari bergandeng tangan menuju Indonesia yang Baladatun Thaiyyibatun Warabbun Ghafur. Wallahul Musta’an.
http://www.waspadamedan.com/index.ph...ini&Itemid=215
Amien Sebut Semangat Perang Badar, Jubir Jokowi JK : Ini Provokasi
Kamis, 29 Mei 2014, 14:25 WIB
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Ketua Majelis Pertimbangan Pusat Partai Amanat Nasional Amien Rais dituding melakukan provokasi dengan menggunakan sentimen agama terkait pernyataannya tentang perlunya semangat "Perang Badar" untuk memenangkan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dalam Pilpres 2014.
"Itu adalah provokasi yang tak pantas karena menggunakan sentimen agama, sebab kontestasi dalam pilpres ini bukanlah perang yang harus ada yang kalah dan terbunuh, lalu ada yang menang dan pesta dan hura-hura," kata Juru Bicara Capres-Cawapres Jokowi-JK, Abdul Kadir Karding, melalui pernyataan tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Kamis.
Perang Badar merupakan perang besar pertama antara kaum Muslim yang dipimpin Nabi Muhammad SAW melawan kaum kafir Quraisy di Mekkah pada tahun kedua Hijriah. Kemenangan dalam perang itu menjadi titik tolak perkembangan Islam untuk selanjutnya.
http://www.republika.co.id/berita/pe...-ini-provokasi
INILAH 10 SETAN YANG DIRANTAI DI BULAN RAMADHAN
Jumat, 02 Agustus 2013

Diriwayatkan oleh Bukhari, no1899. Muslim, no. 1079, dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: "Apabila bulan Ramadhan tiba, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu."
Para Ulama berbeda (pendapat) mengenai makna di belenggu nya setan-setan pada bulan Ramadhan, menjadi beberapa pendapat:
Al-Hafidz Ibnu Hajar seraya menukil dari Al-Hulaimy: " Kemungkinan maksudnya adalah para setan tidak bersungguh-sungguh menggoda kaum muslimin, sebagaimana yang mereka lakukan dibulan lainnya, karena kesibukan (manusia beribadah). (Atau) yang dimaksud para setan (yang dibelenggu) adalah sebagian dari mereka, yaitu dari jenis pembangkang di antara mereka, (atau yang dimaksud) dibelenggu adalah dibelenggu dengan puasa yang berfungsi menekan dorongan syahwat, atau dengan bacaan Al-Quran dan Dzikir.
Yang lainnya (selain Al-Hulaimy) berkata, maksud dibelenggu adalah diikat dengan rantai.
Iyadh berkata: Ada kemungkinan maknanya sesuai dzahir dan hakikatnya. Yaitu sebagai tanda bagi para malaikat akan masuknya bulan Ramadhan, agar mereka mengagungkan kesuciannya dan melarang para setan menganggu kaum beriman. Kemungkinan juga (maknanya) sebagai simbol banyaknya pahala dan pengampunan. Dan berkurangnya gangguan setan, sehingga seakan-akan mereka dibelenggu.
Dia berkata, yang menguatkan kemungkinan kedua ini adalah ungkapan dalam riwayat Yunus dari Ibnu Syihab dalam riwayat Muslim, (yaitu ungkapan) 'Pintu-pintu rahmat dibuka.' Dia juga berkata bahwa (makna) dibelenggunya setan adalah simbol dilemahakan nya (setan) dalam menggoda dan menghias syahwat.
Zin bin Munayyir berkata, 'Pendapat pertama (makna dibelenggu secara dzahir) lebih tepat. Lafadz ini tidak perlu dialihkan dari dzhir nya.'
Kesimpulannya, (makna) setan dibelenggu adalah bersifat hakiki, (nyata), Allah yang lebih mengetahui tentang hal tersebut. Dan hal itu tidak harus berarti bahwa kejelekan dan kemaksiatan tidak terjadi diantara manusia.
Berikut ini 10 jenis setan yang dibelenggu pada bulan Ramadhan
- Iblis laknatullah itu sendiri
- Zalitun (anak Iblis), pakar dalam hal menggoda manusia ke arah sifat membazir dan bakhil.
- Wathiin, pendorong manusia berprasangka buruk dan putus asa terhadap Allah.
- A'awan, yang ditugaskan khas dalam menggoda raja / pemimpin besar supaya bersikap sombong dan takabur serta dzalim terhadap rakyatnya.
- Haffah, yang menggoda manusia agar meminum arak/khamr (minuman yang memabukkan).
- Murrah, yang melalaikan manusia dari mengingati Allah dengan musik, hiburan, gossip, dan segala benda yang melalaikan.
- Masuud, yang membinasakan manusia melalui kata-kata fitnah, gossip, umpatan, dan apa saja yang muncul dari lidah dan mulut.
- Daasim, yang merusak rumah tangga manusia dan menggoda ke arah zina dan maksiat.
- Walaahan, yang suka menimbulkan rasa was-was dalam diri manusia khususnya ketika berwudhu, shalat, dan menganggu ibadah kita yang lain.
- Lakhuus, yang menyesatkan akidah manusia dengan menyembah api, berhala, binatang, dan lain-lain.
Mereka inilah adalah 10 jenis setan yang dirantai di bulan puasa dan dicampak kan ke dalam lubang yang paling dalam dan gelap di laut. Mereka ibarat kerabat diraja Iblis berdarah tulen dan mempunyai kedudukan hiraki tertinggi dalam sistem pemerintahan Iblis.
Mereka diberi umur yang panjang sehingga akhirat dan dibawah mereka ada tentara jin dan setan yang bertugas untuk menyesatkan manusia. Bila mereka dirantai, anak buahnya masih bisa bebas di bulan puasa tetapi hilang arah dan tujuan seketika karena tidak ada ketuanya.
Wallahua'lam.
source
------------------------------
Setan saja tak akan menggoda para pemilih Pilpres pada 11 Ramadhan 1435H tahun ini (bertepatan 9 Juli 2014) karena itulah janji Allah yang disampaikan kanjeng nabi kepada ummatnya, bahwa selama bulan ramadhan itu, setan di rantai atau dibelengu atau di 'rumah'kan sementara dari menggoda manusia beriman. Artinya, kelak di akherat, setan akan berlepas tangan bila dia dituduh menggoda manusia untuk melakukan kemaksiatan selama bulan ramadhan atau bulan puasa, karena selama 1 bulan penuh dirinya 'di-PHK-an" dari menggoda manusia.
Makanya kalau bulan ramadhan ini masih ditemukan praktek serangan fajar atau 'money politics', itu berarti manusia pelakunya melebihi makhluk setan lagi, sebab setan asli saja tak akan bisa melakukan hal itu. Dasr setan!

0
3.8K
26


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan