Ini adalah hal utama yang paling mendasar dalam segala hal, komunikasi yang baik dan sehat itu penting dipunyai semua orang, terutama remaja ya (yang lagi kita bahas disini). Tapi seringkali ngerasa nggak sih kalau orang tua itu nggak ngasih komunikasi yang cukup, mungkin ada beberapa dari agan dan sista yang orang tuanya memberikan komunikasi dengan baik. Tapi yang lain? Banyak juga yang di luar sana (Atau bahkan agan dan sista sendiri) yang punya masalah dalam hal komunikasi, entah itu orang tua sibuk, orang tua terlalu cerewet, atau orang tua malah nggak peduli sama sekali.
Kalo agan dan sista ngerasain hal ini, tenang aja. Agan dan sista nggak sendirian, banyak kok dari kita yang ngalamin hal yang sama.
Maka dari itu cobalah perbaiki komunikasi dengan orang tua kita, atau kalau kebetulan agan dan sista adalah orang tua, cobalah berikan komunikasi yang cukup buat anak-anakagan dan sista. Ingat! Mereka diam bukan berarti mereka nggak peduli, mereka diam karena mereka nggak tahu gimana sih cara buat ngungkapin apa yang ada dipikiran mereka.
So, bangunlah komunikasi yang baik di rumah. Karena komunikasi itu dasar dari hubungan yang sehat.

Untuk point yang satu ini nggak semua remaja ngalamin kok.
Tapi nggak sedikit juga yang merasakan perceraian orang tua, pasti sakit kan rasanya? (iyalah, aneh TS)
Banyak remaja yang tersakiti karena perceraian orang tua, mereka pengen ngelakuin sesuatu tapi mereka nggak punya kekuatan apa-apa buat ngubah hal tersebut (karena posisinya sebagi anak dan diperburuk sebagai “remaja”). Yang bisa mereka lakukan Cuma melihat dan memendam sendiri.
Tau nggak sih kalau dalam perceraian itu yang paling terluka adalah anak, mereka nggak salah apa pun tapi harus ngerasain hal yang nggak adil kayak gini. Diperburuk lagi kalau anak harus memilih ayah atau ibu mereka? Keputusan yang berat buat anak, bagaimana pun anak membutuhkan figur ayah dan ibu secara seimbang. Jadi jangan salahkan anak kalau banyak dari mereka yang mengalami keterpurukan dan akhirnya melampiaskan dengan masuk ke dalam pergaulan yang buruk.
Dalam hal ini, orang tua harus dewasa mengambil keputusan untuk bercerai. Apalagi dengan alasan “udah nggak cocok”. Kalau memang nggak cocok, kenapa harus nikah coba? Kasihan anak yang nggak salah apa-apa harus ikut terlibat dan keegoisan orang tua.
Buat agan dan sista yang mengalami perceraian orang tua, jangan sampai deh kalian terlarut dalam kesedihan. TS Cuma bisa bilang sabar, kalian juga nggak perlu ngerusak diri kalian karena hal ini. Yang bisa kalian lakuin adalah menjalani hidup dengan baik dan jangan sampai mengulangi kesalahan yang sama seperti orang tua kalian. Oke?

Wah, kalo ini mah jangan ditanya lagi.
Kepercayaan memang hal yang mahal buat semua orang, apalagi sebagai remaja. Orang tua seringkali menganggap remaja itu cuma anak kecil yang belum tahu apa-apa dan bertindak sembarangan (walau bener juga sih), tapi apa salahnya sih kalau sebagai orang tua memberikan kepercayaan yang lebih buat anaknya (di sini masih dalam pengawasan juga tentunya).Tau nggak, sebuah kepercayaan yang dikasih sama orang tua itu bisa jadi semacam spirit tersendiri loh buat anak.

Semua orang pasti punya harapan, entah harapan yang dalam jangka waktu deket atau yang jangka waktunya jauh (masa depan). Begitu pula sama remaja, kita juga punya banyak harapan yang ada di angan kita. Nah, peran orang tua di sini itu sebagai pendamping remaja buat mengejar harapan mereka. Remaja juga butuh orang yang dipercaya buat nampung dan lari bareng kepada setiap harapan yang dimiliki.
Buat para remaja, coba deh kalian bicarakan harapan-harapan kalian sama orang tua. Mereka pasti mau denger kok (kecuali orang tua yang nggak sayang anaknya) dan buat orang tua, cobalah dengerin apa sih harapan anak kalian. Kalau anak mau menceritakan harapan mereka sama orang tua, itu artinya agan dan sista adalah orang tua yang dipercaya sama anak. Good job! Yang jadi masalah itu mau nggak orang tua dan remaja lari bareng buat ngejarnya?

Well, ini masalah klasik buat remaja tapi seringkali orang tua malah nyepelein hal ini.
Tuntutan temen sebaya itu berpengaruh banget dalam perkembangan remaja, karena remaja itu butuh pengakuan dan diterima sama temen-temen mereka. Jadi seringkali remaja akan ngelakuin apa aja buat diterima sama temen-temennya, inilah yang membuat remaja tersesat dan masuk ke dalam pergaulan yang buruk.
Orang tua sudah selayaknyamemantau dengan siapa anaknya bergaul dan remaja juga jangan ngeluh karena orang tua kalian ikut campur. Mereka Cuma mau kita nggak salah jalan, kalo buat remaja yang orang tuanya sibuk?
Remaja-remaja di sini pasti remaja yang cerdas kok, kalian bisa milih kan pergaulan mana yang baik dan yang nggak? Jangan takut dianggap aneh dan dijauhi kalau kalian nggak mau ikutan “nakal”, kesenangan dan penerimaan teman kalian saat ini bisa jadi bom di masa depan loh.

Siapa sih yang nggak pernah tertarik sama lawan jenisnya? (kecuali orang yang sedikit berbeda), tapi intinya semua orang pernah lah ngalamin suka-sukaan. Mulai sekedar naksir, suka, mengagumi, dan sebagainya. Itu sangat wajar kok (kalo nggak malah nggak wajar)
Tapi apa semua remaja mau cerita ke orang tua mereka? Jawabannya jelas nggak.
“Jangan pacaran kamu masih terlalu kecil”. Inilah kalimat keramat yang diucapin orang tua buat anaknya, tapi sebenernya kalimat ini juga yang menjadikan anak nggak mau terbuka sama orang tua mereka. Oke, di sini kita berpikiran terbuka ya. Jujur aja deh, sebagai remaja walaupun ada larangan pacaran, apa semuanya nurutin? (jawaban dihati masing-masing)
Bukannya kalau ada larangan itu malah kayak tantangan ya buat remaja?
Sudahlah, pokoknya intinya sebagai orang tua terbukalah dengan anak kalian. Kalau seorang anak malah pacaran diem-diem itu lebih bahaya. Orang tua harus memberikan bimbingan dan pengawasan kepada setiap anak. Trus buat remaja, naksir itu wajar kok tapi kalian harus cerdas untuk memilih mana yang baik dan nggak.

Akhir-akhir ini kayaknya seks itu udah jadi hal yang lumrah bagi sebagian orang.
Tapi harusnya kita tahulah kalau seks itu bukan perkara mainan yang bisa dilakuin sebelum menikah. Perlu kedewasaan pikiran untuk melakukannya.
Yang jadi pertanyaan “apa semua orang tua memberikan sex education kepada anaknya?”, kayaknya kalau dilihat dari budaya bangsa kita membicarakan maslaah seks dengan orang tua itu hal yang tabu ya? Padahal pendidikan seks dari usia dini itu penting banget loh buat anak (usia remaja khususnya). Gini aja deh, kalau bukan dari orang tua sendiri yang ngajarin, dengan siapa remaja akan belajar? Internet? Temen? Lingkungan? Nah, otodidak malah lebih bahaya kan?
Mulai dari sekarang cobalah buat remaja dan orang tua membiasakan untuk membiacarakan hal ini, jadi para remaja tau apa yang boleh dan nggak boleh dilakuin sama mereka.

Hampir sama kayak seks sih sebenernya, pokoknya orang tua itu penting banget dehngajarin anaknya tentang hal-hal kayak gini. Daripada mereka cari tau sendiri trus malah salah jalan, sangat lebih baik kalau orang tua ikut andil dalam memreikan pengetahuan buat para remaja biar nggak salah jalan.
And finally, buat remaja jangan malu atau nggak enak tanya sama orang tua kalian. Karena kalau orang tua yang baik nggak akan membawa anaknya ke jalan yang sesat, mereka akan mengarahkan anaknya ke ajlan yang benar kok.