Quote:
Kisah Faradiba, Anak Meninggal dan KJS yang ditolak Rumah Sakit
JAKARTA, KOMPAS.com -
Malang nian nasib pasangan Ali Mugiyanto (30) dan Faradiba (26). Tak hanya harus kehilangan anak bungsu mereka, Ahmad Alfadar (2 bulan) yang meninggal akibat terserang penyakit hepatitis A, namun sampai saat ini keduanya tidak mampu melunasi tagihan perawatan Ahmad sebesar Rp 976.000, akibat Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang mereka miliki ditolak oleh rumah sakit.
Menurut Faradiba,
RSUD Koja menolak pelunasan biaya perawatan dengan KJS karena mereka menilai, Ahmad seharusnya sudah memiliki KJS sendiri. Padahal sebelumnya, pihak Puskesmas Koja memperbolehkan Faradiba menggunakan KJS untuk perawatan anak bungsunya itu.
"Sebelum ke rumah sakit, saya sempat bawa anak saya ke puskesmas. Di sana mereka nanya 'KJS-nya sudah ada, bu?', terus saya bilang belum. Mereka bilang 'Ya sudah pakai punya ibunya saja'.
Tapi begitu di rumah sakit, mereka bilang KJS saya tidak bisa dipakai. Padahal kan anak saya belum terdaftar di KK dan belum ada aktanya," katanya kepada Kompas.com, Sabtu (14/6/2014).
Faradiba berstatus ibu rumah tangga, sedangkan suaminya merupakan petugas harian lepas (PHL) di Dinas Kebersihan DKI. Ahmad merupakan anak ketiga dari pasangan yang tinggal di Kampung Beting Remaja, Kelurahan Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara.
Anak yang sulung berumur 8 tahun, sedangkan yang kedua 4 tahun. Menurut Faradiba, Ahmad lahir pada 13 April 2014. Sejak melahirkan, ia mengaku belum pernah melihat sesuatu yang aneh pada anaknya itu.
Sampai akhirnya pada Selasa (10/6/2014) pagi, Ahmad terlihat kurang sehat dan badannya lemas. Faradiba pun segera membawanya ke pusmesmas terdekat. Pihak puskesmas lalu memberikannya obat. Saat itu, kata dia, Puskesmas belum mendiagnosa sakit yang dialami Ahmad adalah hepatitis A.
"Puskesmas tidak ada bilang itu sakit kuning. Mereka cuma bilang kekurangan cairan. Terus mereka ngasi obat. Kata mereka kalau masih tidak ada perubahan, langsung dibawa ke rumah sakit aja," jelas Faradiba.
Menjelang malam, ternyata kondisi Ahmad tak kunjung membaik. Mengikuti saran pihak puskesmas, Faradiba pun segera membawa anaknya itu ke rumah sakit, tepatnya ke RSUD Koja. Di situlah, baru diketahui ternyata Ahmad mengalami hepatitis A.
Meski menolak KJS yang dimiliki oleh Faradiba dan Ali, pihak RSUD Koja tetap menerima Ahmad, dan memasukannya ke ruang perawatan. Namun takdir berkata lain, Ahmad meninggal pada keesokan harinya, Rabu (11/6/2014) sekitar pukul 05.00 WIB.
Jenazah Ahmad langsung dibawa pulang dan segera dimakamkan di tempat pemakaman umum (TPU) yang berada tak jauh dari kediaman kedua orang tuanya. Namun biaya perawatannya sebesar Rp 976.000 belum dapat dilunasi oleh kedua orang tuanya.
"Karena belum dapat melunasi, sampai sekarang KTP saya masih ditahan pihak runah sakit," tutup Faradiba.
kompas
Nah loh, KJS yg dibangga2kan aja bisa kayak gini, masih mau jelekin BPJS dan mau bikin KIS???
Siap2 aja deh bayi yang baru lahir musti bikin KJS dulu kalo sakit trus ga mau mati

Beda ama Foke dulu, 1 keluarga cukup 1 SKTM aja yg bisa dipake semua, hanya saja emang ada oknum RT yg suka minta duit, tapi harusnya oknum RT itulah yg disalahkan bukan seluruh sistem dan diganti seenaknya, semuanya.... Sampe2 RS pada hampir bangkrut waktu itu, untung ditolong ama Menkes
BTW, ini fakta yah, tetangga ane juga ada koq 1 keluarga mereka bikin setiap anggota keluarga punya KJS
Ini sih proyek pengadaan kartu tuh










