Jakarta - Elektabilitas pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa menggungguli duet Jokowi-Jusuf Kalla (JK) berdasarkan telesurvei yang dilakukan Pusat Data Bersatu (PDB). Menurut PDB, naiknya elektabilitas Prabowo-Hatta karena mendapat dukungan dari kalangan muda perkotaan.

"Yang menyebabkan elektabilitas Prabowo naik adalah karena muncul dan adanya pemilih rasional. Mereka ini, adalah tipikal pemilih yang berasal dari perkotaan dan kebanyakan berasal dari kalangan muda," ujar peneliti senior PDB Agus Herta dalam jumpa pers hasil survei PDB 'Adu Sprint Elektabilitas Capres' di Puri Denpasar, Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (14/6/2014).

Agus mengatakan, tipikal pemilih perkotaan adalah mereka yang menyerap informasi lebih banyak dan cepat dibandingkan pemilih pedesaan. Sementara pemilih Jokowi-JK, menurut dia, kebanyakan berasal dari pemilih pedesaan. Karena blusukan yang dilakukan oleh Jokowi selama ini menjadi simbol dan ikonnya dia.

Prabowo-Hatta, lanjut dia, unggul di pemilih berlatar belakang pendidikan SMA atau sederajat. Sementara Jokowi-JK unggul di pemilih yang berasal dari pendidikan SMP atau sederajat ke bawah.

"Tapi sebelumnya, dari hasil survei yang dilakukan, kita dapat membagi dua kubu pendukung kedua capres ini menjadi dua, yaitu pemilih pedesaan dan perkotaan. Pemilih perkotaan identik dengan Prabowo-Hatta, sementara pemilih pedesaan sudah identik dengan Jokowi-JK," jelasnya.

Hasil telesurvei PDB, elektabilitas pasangan Prabowo-Hatta memimpin dengan 31,8 %, menyalip elektabilitas Jokowi-JK 29,9%.

Sedangkan 1,7% responden memilih tidak memilih. Responden yang belum mempunyai pilihan 17,2%, dan yang masih merahasiakan pilihannya 19,4%.

Survei dilakukan melalui wawancara via telepon pada 6-11 Juni 2014. Responden dipilih secara acak sistematis berdasarkan kan buku petunjuk PT Telkom. Jumlah sampel responden sebanyak 1.200 orang mewakili masyarakat pengguna telepon di 33 provinsi, 170 kota di Indonesia. Margin error +/- 2,8% pada tingkat kepercayaan 95%. Survei ini dilakukan di hampir separuh kota di Indonesia sehingga survei ini menggambarkan masyarakat Indonesia daerah perkotaan yang memiliki telepon residensial.