Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

soiponAvatar border
TS
soipon
Buku Detik-detik yang Menentukan: Alasan Habibie Copot Prabowo dari Pangkostrad
Kamis, 12/06/2014 13:59 WIB
Buku Detik-detik yang Menentukan
Alasan Habibie Copot Prabowo dari Pangkostrad

Elvan Dany Sutrisno - detikNews

Buku Detik-detik yang Menentukan: Alasan Habibie Copot Prabowo dari Pangkostrad
Jakarta - Beredarnya surat rekomendasi pemecatan Prabowo yang dikeluarkan Dewan Kehormatan Perwira (DKP) memanaskan peta politik jelang pilpres. Sebelum diberhentikan dari TNI, Prabowo terlebih dahulu dicopot dari posisi Pangkostrad oleh Presiden BJ Habibie.

Buku 'Detik-detik Yang Menentukan: Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi' karya BJ Habibie mencatat sejarah penting di era transisi pemerintahan menuju reformasi itu.

Dikutip detikcom dari buku tersebut, Kamis (12/6/2014), pada 21 Mei 1998 secara resmi Presiden Soeharto menyatakan berhenti dari jabatan. Wakil Presiden BJ Habibie pun memegang kendali pemerintahan.

Pada tanggal 22 Mei 1998 tepatnya pukul 06.10 WIB BJ Habibie menelepon Jenderal TNI Wiranto dan menunjuknya sebagai Menhankam/Panglima ABRI dalam kabinet yang baru saja dibentuk. Tak sampai 3 jam kemudian Wiranto melaporkan hal penting ke Habibie.

"Hanya sekitar tiga jam kemudian, saya menerima laporan mengenai gerakan pasukan Kostrad. Oleh karena itu kepada Pangab saya beri perintah untuk segera mengganti Pangkostrad, dan kepada Pangkostrad baru diperintahkan untuk mengembalikan pasukan Kostrad ke basis masing-masing pada hari ini juga sebelum matahari terbenam," kata Habibie dalam buku tersebut.

Panglima Divisi Siliwangi Mayjen Djamari Chaniago ditunjuk sebagai Pangkostrad dan baru dilantik 23 Mei 1998 keesokan harinya. Sementara itu Asisten Operasi Pangab Letjen Johny Lumintang menjadi Pangkostrad sementara dengan tugas segera mengembalikan semua pasukan ke basis masing-masing sebelum matahari terbenam.

Habibie menegaskan kebijakan ini berlaku pula bagi tiap gerakan pasukan tanpa sepengetahuan dan koordinasi Pangab. "Komandan yang bertanggungjawab akan segera saya ganti," kata Habibie.

"Mengapa Prabowo tanpa sepengetahuan Pangab telah membuat kebijakan menggerakkan pasukan Kostrad? Sebagai seorang militar profesional, Pangkostrad sudah harus memahami Sapta Marga dan sumpah prajurit. Dengan mengambil kebijakan tanpa koordinasi dan tanpa sepengetahuan Pangab, Pangkostrad telah melanggar sumpah prajurit. Mengapa? Mau ke mana?" tanya Habibie kala itu.


Tak lama setelah itu Prabowo meminta waktu izin menghadap presiden. Habibie pun menerima. Apa yang dibicarakan Habibie dan Prabowo? Ikuti ulasan selanjutnya.

Source


Kamis, 12/06/2014 15:27 WIB
Buku Detik-detik yang Menentukan
Perdebatan Habibie dan Prabowo Pasca Dicopot dari Pangkostrad

Elvan Dany Sutrisno - detikNews


Jakarta - Pangkostrad Letjen Prabowo Subianto dicopot tak lama setelah Presiden Soeharto lengser pada 21 Mei 1998 silam. Prabowo sempat memohon kepada Habibie agar masa jabatannya diperpanjang. Perdebatan panas pun terjadi.

Buku 'Detik-detik Yang Menentukan: Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi' karya BJ Habibie mencatat sejarah penting di era transisi pemerintahan menuju reformasi itu.

Seperti dikutip detikcom dari buku tersebut, Kamis (12/6/2014), pada tanggal 22 Mei 1998 tepatnya pukul 06.10 WIB BJ Habibie menelepon Jenderal TNI Wiranto dan menunjuknya sebagai Menhankam/Panglima ABRI dalam kabinet yang baru saja dibentuk. Tak sampai 3 jam kemudian Wiranto melaporkan hal penting ke Habibie.

Yang dilaporkan Wiranto adalah pergerakan Kostrad di bawah komando Pangkostrad Letjen Prabowo Subianto yang tanpa sepengetahuannya. Habibie pun langsung mencopot Prabowo Subianto.

Panglima Divisi Siliwangi Mayjen Djamari Chaniago ditunjuk sebagai Pangkostrad dan baru dilantik 23 Mei 1998 keesokan harinya. Sementara itu Asisten Operasi Pangab Letjen Johny Lumintang menjadi Pangkostrad sementara dengan tugas segera mengembalikan semua pasukan ke basis masing-masing sebelum matahari terbenam.

Sebelum Pangkostrad baru dilantik, Prabowo meminta waktu bertemu Habibie di Wisma Negara. Habibie pun memberikan waktu untuk menantu Soeharto itu.

"Ketika Prabowo masuk ke ruang saya, melihat bahwa Prabowo tidak membawa senjata apa pun, saya merasa puas. Hal ini berarti pemberian 'eksklusivitas' kepada Prabowo tidak dilaksanakan lagi," kata Habibie dalam buku yang terbit perdana tahun 2006 silam itu.

Habibie lantas mengungkap dialog antara dirinya dan Pangkostrad Letjen Prabowo. Kepada Habibie, Prabowo memakai bahasa Inggris. "Ini suatu penghinaan bagi keluarga saya dan keluarga mertua saya Presiden Soeharto, Anda telah memecat saya sebagai Pangkostrad," kata Prabowo, dikutip di buku tersebut.

Saya menjawab, "Anda tidak dipecat, tetapi jabatan Anda diganti," kata Habibie. "Mengapa?" tanya Prabowo.

Habibie pun menyampaikan bahwa dirinya mendapatkan laporan dari Pangab terkait gerakan pasukan Kostrad menuju Jakarta, Kuningan, dan Istana Merdeka.

"Saya bermaksud untuk mengamankan Presiden," kata Prabowo.

Habibie lantas menegaskan bahwa tugas pengamanan presiden ada di Pasukan Pengaman Presiden yang bertanggungjawab langsung pada Pangab.

"Presiden apa Anda? Anda naif," jawab Prabowo dengan nada marah, seperti tertulis di buku tersebut.

"Masa bodoh, saya presiden dan harus membereskan keadaan bangsa dan negara yang sangat memprihatinkan," jawab Habibie.


Prabowo kemudian meminta masa tugasnya sebagai Pangkostrad diperpanjang. "Atas nama ayah saya Prof Soemitro Djojohadikusumo dan ayah mertua saya Presiden Soeharto, saya minta Anda memberikan saya tiga bulan untuk tetap menguasai pasukan Kostrad," mohon Prabowo.

Habibie pun menjawab dengan nada tegas "Tidak, sampai matahari terbenamm Anda sudah harus menyerahkan semua pasukan kepada Pangkostrad yang baru," katanya.


Namun Prabowo tetap memohon meminta waktu tiga minggu atau tiga hari saja untuk tetap menguasai pasukannya. Lagi-lagi Habibie menjawab tidak.

"Sebelum matahari terbenam semua pasukan sudah harus diserahkan kepada Pangkostrad yang baru. Saya bersedia mengangkat Anda menjadi duta besar di mana saja," tawar Habibie.

"Yang saya kehendaki adalah pasukan saya," jawab Prabowo.

Habibie pun menegaskan sikapnya yang tak bisa ditawar lagi. "Ini tidak mungkin, Prabowo," tegas Habibie.

Tak lama kemudian asistennya, Letjen Sintong Panjaitan membuka pintu. "Jenderal, bapak Presiden tidak punya waktu banyak dan harap segera meninggalkan ruangan," katanya.

Habibie memang sudah kedatangan tamu lain yakni Gubernur BI dan Menko Ekuin Ginandjar Kartasasmita. Setelah berpelukan dengan Prabowo, Habibie pun mengucap salam perpisahan.

Lalu seperti apa kisah selanjutnya sampai Panglima TNI Jenderal Wiranto membentuk Dewan Kehormatan Perwira?

Source


Jumat, 13/06/2014 11:19 WIB
Buku Detik-detik yang Menentukan
Kegalauan Habibie Setelah Copot Prabowo dari Pangkostrad

Elvan Dany Sutrisno - detikNews


Jakarta - Pangkostrad Letjen Prabowo Subianto dicopot tak lama setelah Presiden Soeharto lengser pada 21 Mei 1998 silam. Presiden BJ Habibie sempat galau saat Prabowo meminta waktu bertemu, di saat-saat akhir menjabat Pangkostrad.

Dikutip detikcom dari buku 'Detik-detik Yang Menentukan: Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi' karya BJ Habibie, Jumat (13/6/2014) pada tanggal 22 Mei 1998 tepatnya pukul 06.10 WIB BJ Habibie menelepon Jenderal TNI Wiranto dan menunjuknya sebagai Menhankam/Panglima ABRI dalam kabinet yang baru saja dibentuk. Tak sampai 3 jam kemudian Wiranto melaporkan hal penting ke Habibie.

Yang dilaporkan Wiranto adalah pergerakan Kostrad di bawah komando Pangkostrad Letjen Prabowo Subianto yang tanpa sepengetahuannya. Habibie pun langsung mencopot Prabowo Subianto.

Panglima Divisi Siliwangi Mayjen Djamari Chaniago ditunjuk sebagai Pangkostrad dan baru dilantik 23 Mei 1998 keesokan harinya. Sementara itu Asisten Operasi Pangab Letjen Johny Lumintang menjadi Pangkostrad sementara dengan tugas segera mengembalikan semua pasukan ke basis masing-masing sebelum matahari terbenam.

Tak lama setelah telepon ditutup, Habibie mendapat laporan dari ADC bahwa Pangkostrad Letjen Prabowo Subianto minta waktu bertemu. Habibie sempat galau.

"Apakah perlu saya bertemu? Apa gunanya bertemu? Letjen Prabowo adalah menantu Presiden Soeharto. Pak Harto baru 24 jam meletakkan jabatannya. Pak Harto yang telah memimpin negara dan bangsa selama 32 tahun tentunya memiliki pengaruh dan prasarana yang besar dan kuat," kata Habibie dalam buku tersebut.

Habibie memikirkan bagaimana sikap dan tanggapan Pak Harto mengenai kebijakannya menghentikan Prabowo dari jabatannya sebagai Pangkostrad. "Apakah beliau tersinggung dan menugaskan menantunya untuk bertemu dengan saya?" tanya Habibie.

Menurut peraturan yang berlaku, siapa saja yang menghadap presiden tidak diperkenankan membawa senjata. Mereka sebelumnya diperiksa dengan alat-alat yang canggih.

"Tentunya itu berlaku pula untuk panglima Kostrad, namun bagaimana halnya dengan menantu Pak Harto, apakah Prabowo juga akan diperiksa, apakah pengawal itu berani?" ujar Habibie.

Namun Habibie kemudian memutuskan untuk menerima Prabowo. "Apa akibatnya jikalau saya tidak menerima Pangkostrad? Bukankah Pangkostrad memiliki hak untuk didengar pendapatnya? Dialog adalah dasar untuk lebih saling mengerti dan pengertian adalah hasil dari dialog. Pengertian adalah awal dari toleransi. Toleransi adalah salah satu elemen perdamaian dan ketentraman. Bukankah ini maksud tujuan reformasi, perdamaian dan ketentraman bumi?" kata Habibie.

Dalam pertemuan itulah berlangsung perdebatan panas antara Habibie dan Prabowo.

Source


Jumat, 13/06/2014 12:03 WIB
Buku Detik-detik yang Menentukan
Cerita Habibie Soal Eksklusivitas Letjen Prabowo

Elvan Dany Sutrisno - detikNews


Jakarta - Letjen Prabowo Subianto dicopot dari jabatan Pangkostrad pada Mei 1998 karena menggerakkan Konstrad tanpa sepengetahuan Pangab. Selama berkarier di militer, Prabowo dekat dengan eksklusivitas sebagai menantu Presiden Soeharto yang baru lengser 21 Mei 1998.

Habibie menulis kisah eksklusivitas Prabowo dalam Buku 'Detik-detik Yang Menentukan: Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi'. Seperti dikutip detikcom dari buku tersebut, Jumat (13/6/2014), pada tanggal 22 Mei 1998 tepatnya pukul 06.10 WIB BJ Habibie menelepon Jenderal TNI Wiranto dan menunjuknya sebagai Menhankam/Panglima ABRI dalam kabinet yang baru saja dibentuk.

Tak sampai 3 jam kemudian Wiranto melaporkan hal penting ke Habibie. Yang dilaporkan Wiranto adalah pergerakan Kostrad di bawah komando Pangkostrad Letjen Prabowo Subianto yang tanpa sepengetahuannya. Habibie pun langsung mencopot Prabowo Subianto.

Tak lama setelah telepon ditutup, Habibie mendapat laporan dari ADC bahwa Pangkostrad Letjen Prabowo Subianto minta waktu bertemu. Dalam pertemuan itu Prabowo meminta masa jabatannya ebagai Pangkostrad diperpanjang, namun Habibie menolaknya. Habibie sendiri memahami kesalahan Prabowo itu bisa jadi karena eksklusivitas yang melekat pada dirinya.

"Karena Prabowo adalah menantu Presiden Soeharto di mana budaya feodal masih sangat subur, maka dalam gerakan dan tindakannya sering terjadi konflik antara disiplin militer dan disiplin sipil. Apapun yang dilakukan akan ditolerir dan tidak pernah mendapat teguran dari atasannya," kata Habibie dalam buku tersebut.

"Kebiasaan pemberian eksklusivitas kepada Prabowo adalah mungkin salah satu penyebab gerakan pasukan Kostrad tanpa tanpa konsultasi, koordinasi, dan sepengetahuan Pangab terjadi," lanjut Habibie.

Menurut Habibie, kebiasaan tersebut mungkin terjadi bukan karena kehendak Presiden Soeharto. Tetapi lingkungan feodal lah yang memperlakukannya demikian.

"Walaupun saya sangat akrab dan dekat dengan Prabowo, ia menganggap saya sebagai salah satu idolanya, kebiasaan tersebut tidak boleh saya tolerir dan biarkan ini satu pelajaran bagi semu abahwa dalam melaksanakan tugas, pemberian eksklusivitas kepada siapa saja, termasuk kepada keluarga dan teman, tidak dapat dibenarkan," katanya.

Habibie pun lega saat menemuinya Prabowo tak lagi mengenakan senjata apapun. Meskipun pertemuan Habibie pasca melepas jabatan Pangkostrad dari Prabowo berlangsung panas.

"Kemudian ketika Prabowo masuk ke ruang saya, melihat bahwa Prabowo tidak memakai senjata apa pun, saya merasa puas. Hal ini berarti pemberian eksklusivitas kepada Prabowo tidak dilaksanakan lagi," katanya.

Source


Ternyata sebelum dibentuknya DKP, Habibie telah memecat Prabowo karena mengerahkan pasukannya tanpa sepengetahuan dan ijin Pangab. Sepertinya buku ini bakal jadi best seller dan bisa jadi bakal dibuat filmnya sebagai sekuel "Habibie & Ainun" yaitu "Habibie & Prabowo".
emoticon-Matabelo
Diubah oleh soipon 13-06-2014 06:29
alexanderrs
alexanderrs memberi reputasi
1
26.4K
46
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan