- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
5 Legenda yang Tidak Pernah Juara Dunia


TS
rezachelsea
5 Legenda yang Tidak Pernah Juara Dunia
WELCOME TO MY THREAD

Tak ada yang menjamin jika status kebintangan mampu membuat seorang pemain sepak bola dengan mudah mendapatkan trofi Piala Dunia. Beberapa bintang bahkan gagal untuk tampil di hajatan 4 tahunan tersebut. Kita bisa menerima alasan logis tatkala bintang tersebut memang berada di tim nasional yang memang tidak memiliki tradisi kuat dalam kancah persepakbolaan dunia, seperti Ryan Giggs di Wales, atau George Best di Irlandia Utara. Lalu bagaimana dengan pemain-pemain yang berada di tim seperti Brazil, Perancis atau Belanda?
Berikut ini ada 5 pemain yang status legendanya sudah tak bisa diragukan lagi. 5 nama tenar yang sudah sangat familiar di kalangan pencinta sepak bola. 5 nama yang memiliki persamaan, yakni: gagal atau nyaris mendapatkan trofi suci yang bernama Piala Dunia.
Quote:
1. Johan Cruyff
Johan Cruyff adalah salah satu pemain paling jenius dalam sejarah tim nasional Belanda. Ia tergabung dalam skuad De Oranje di Piala Dunia 1974 di Jerman Barat, yang terkenal dengan Total Football-nya. Selama bermain untuk Belanda, ia mencetak 33 gol dari 48 pertandingan. Dan timnas Belanda pun tidak pernah kalah jika Cruyff mencetak gol.
Namun dalam Piala Dunia 1974, ia hanya berhasil menyarangkan 3 gol ke gawang Argentina (2) dan Brazil. Walau tim yang diasuh oleh Rinus Michels tersebut berhasil ia bawa sampai ke final melawan Jerman Barat, namun mantan pemain Barcelona tersebut gagal menyumbang gol dan harus rela timnya dikalahkan oleh Gerd Muller dan kawan-kawannya. Satu-satunya hiburan bagi Cruyff di turnamen tersebut mungkin adalah gelar pemain terbaik yang ia dapatkan dari FIFA.
2. Michel Platini
Piala Dunia 1978 di Argentina, menandai debut Michel Platini dalam kejuaran tertinggi sepak bola tersebut. Walau Perancis gagal lolos dari penyisihan grup, namun penampilan gemilang Platini di turnamen tersebut membuat ia mendapatkan apresiasi dari pelatih Italia, Enzo Bearzot.
Pada pagelaran selanjutnya yaitu Spanyol 1982, Platini didaulat untuk menjadi kapten. Secara tak terduga, tim berjuluk Ayam Jantan tersebut berhasil ia bawa ke semi-final dan berjumpa dengan Jerman Barat. Namun sayang, dalam salah satu pertandingan terbaik di Piala Dunia tersebut, Platini terpaksa menelan pil pahit lantaran Perancis kalah adu penalti dengan skor 3-4. Empat tahun kemudian di Meksiko, lagi-lagi Perancis harus disingkirkan dari Jerman Barat di semifinal, walau sebelumnya sempat mengalahkan Brazil di babak perempat -final.
3. Eusebio
Dengan teknik dribbling dan akselarasi yang luar biasa, julukan Black Panther rasanya cocok dialamatkan kepada legenda tim nasional Portugal, Eusebio. Walau lahir di Mozambik, ia membela Seleccao pada Piala Dunia 1966 di Inggris, dan menjadi sosok yang sangat fenomenal. Ia mencetak 9 gol dari 6 penampilan di turnamen tersebut, termasuk menyarangkan 4 gol ke gawang Korea Utara (yang telah unggul 3-0 sebelumnya), sehingga Portugal menang 5-3 dan melangkah ke semi-final.
Melawan tim tuan rumah di Wembley, Eusebio selalu dijaga dengan ketat oleh gelandang bertahan Inggris, Nobby Stiles. Penyerang kelahiran 1942 ini akhirnya berhasil mencetak gol pada menit ke-82 lewat titik penalti. Namun gol tersebut gagal membawa Portugal ke babak final karena adanya dua gol dari Bobby Charlton di menit ke-30 dan 80. Eusebio pun melangkah keluar dari lapangan sambil menangis, dan seluruh Portugal pun larut dalam duka.
4. Ferenc Puskas
Hongaria memang bukanlah tim yang bisa berbicara banyak dalam kancah persepakbolaan dewasa ini. Namun antara tahun 1950-56, tim berjuluk The Magical Magyars ini pernah hanya sekali kalah dari 51 pertandingan yang dijalani. Era keemasan Hongaria ini tak lepas dari peranan Ferenc Puskas, Sandor Kocsis, Jozsef Bozsik dan juga Nandor Hidegkuti. Namun yang paling menyita perhatian tentu saja bintang Real Madrid, Ferenc Puskas yang berhasil mencetak 84 gol dari 85 penampilannya bersama tim nasional Hongaria. Di Piala Dunia 1954 di Swiss, Hongaria melaju layaknya mesin giling dengan melumat Korea Utara 9-0 dan Jerman Barat 8-3 secara berturut-turut di penyisihan grup. Mereka juga menghancurkan Brazil di perempat-final, dan Uruguay di semi-final dengan skor yang sama yakni 4-2.
Di final mereka berhadapan kembali dengan Jerman Barat yang pernah mereka bantai sebelumnya. Namun dalam partai puncak ini, Hongaria harus mengalami keadaan yang kurang menyenangkan. Bintang mereka, Puskas, mengalami cedera engkel dan terpaksa bermain dalam keadaan yang tidak maksimal. Namun begitu, striker asal Budapest ini masih sempat-sempatnya mencetak gol pada menit ke-6, dan Hongaria pun unggul 2-0 sampai menit ke-10. Helmut Rahn kemudian membawa Jerman Barat unggul 3-2 pada menit ke-84, namun lagi-lagi Puskas menyamakan kedudukan di dua menit jelang berakhirnya pertandingan. Namun sayang gol Puskas tersebut harus dianulir oleh wasit karena ia dinyatakan offside. Jerman Barat sebagai tim underdog pada turnamen tersebut, akhirnya berhasil mengakhiri pertandingan dengan kemenangan yang tak diduga sebelumnya. Sementara Hongaria terpaksa mengakhiri rekor tak terkalahkannya, dan menelan kekecewaan yang luar biasa besar.
5. Zico
Sebagai seorang yang mendapat julukan “The White Pele”, Zico tidak berhasil menjuarai Piala Dunia dalam 3 kesempatan yang ia ikuti. Namun hal itu tidak membuat status legendanya memudar. Bahkan Brazil harus bersyukur karena dianugerahi seorang pemain yang memiliki finishing luar biasa, dan tendangan bebas yang spektakuler. Zico adalah pencetak gol terbanyak keempat dalam sejarah tim nasional Brazil, dengan mengoleksi 48 gol dari 71 penampilan.
Argentina 1978 adalah Piala Dunia yang pertama kali diikuti oleh legenda Flamengo tersebut. Dalam pertandingan di babak grup melawan Swedia, Zico berkesempatan untuk mencetak gol pertamanya bagi tim Samba. Brazil mendapatkan corner di menit-menit akhir. Dari tendangan sudut tersebut, Zico melepaskan sundulan yang berhasil merobek jala kiper Swedia. Namun gol dari pemain yang mempunyai nama asli Arthur Antunes Coimbra tersebut harus dianulir oleh wasit, karena wasit berpendapat bahwa waktu telah habis ketika bola sedang melayang ke arah Zico.
Pada Piala Dunia 1982 di Spanyol, Zico tergabung dalam skuad fantastis Brazil yang diisi oleh pemain-pemain luar biasa seperti Socrates, Falcao dan Junior. Bisa dibilang ini adalah komposisi terkuat Brazil sejak era emasnya Pele. Namun perjalanan mereka harus terhenti di babak penyisihan grup kedua karena kalah 3-2 dari Italia yang diisi oleh pemain-pemain hebat seperti Paolo Rossi, Marco Tardelli dan Dino Zoff. Di turnamen ini, Zico menjadi pencetak gol terbanyak Brazil dengan mengoleksi 4 gol.
Menjelang Meksiko 1986, Zico mengalami cedera sehingga ia diragukan bisa tampil secara maksimal. Pada babak perempat-final, Brazil harus bertemu dengan Perancis yang diperkuat oleh Michel Platini. Zico masuk di babak kedua ketika skor masih sama kuat 1-1. Brazil berpeluang menutup pertandingan dengan kemenangan tatkala menerima hadiah penalti menjelang berakhirnya pertandingan. Namun sayang eksekusi dari Zico gagal dan membuat pertandingan harus dilanjutkan sampai ke babak adu penalti. Di babak ini, tim asuhan Tele Santana kembali harus tereliminasi karena kalah 3-4. Walaupun Zico berhasil mengeksekusi penalti, sementara Socrates dan Julio Cesar gagal, namun publik Brazil pada umumnya lebih menyalahkan Zico karena kegagalan penaltinya saat babak kedua. Sehingga hal ini sempat membuat ia frustasi. Terlepas dari kegagalan-kegagalannya, tak ada yang menyangkal jika Zico adalah salah satu pesepakbola terhebat yang pernah dimiliki oleh Brazil. Bahkan Pele sendiri pernah berkata, “throughout the years, the one player that came closest to me was Zico.”
Spoiler for pic:

Johan Cruyff adalah salah satu pemain paling jenius dalam sejarah tim nasional Belanda. Ia tergabung dalam skuad De Oranje di Piala Dunia 1974 di Jerman Barat, yang terkenal dengan Total Football-nya. Selama bermain untuk Belanda, ia mencetak 33 gol dari 48 pertandingan. Dan timnas Belanda pun tidak pernah kalah jika Cruyff mencetak gol.
Namun dalam Piala Dunia 1974, ia hanya berhasil menyarangkan 3 gol ke gawang Argentina (2) dan Brazil. Walau tim yang diasuh oleh Rinus Michels tersebut berhasil ia bawa sampai ke final melawan Jerman Barat, namun mantan pemain Barcelona tersebut gagal menyumbang gol dan harus rela timnya dikalahkan oleh Gerd Muller dan kawan-kawannya. Satu-satunya hiburan bagi Cruyff di turnamen tersebut mungkin adalah gelar pemain terbaik yang ia dapatkan dari FIFA.
2. Michel Platini
Spoiler for pic:

Piala Dunia 1978 di Argentina, menandai debut Michel Platini dalam kejuaran tertinggi sepak bola tersebut. Walau Perancis gagal lolos dari penyisihan grup, namun penampilan gemilang Platini di turnamen tersebut membuat ia mendapatkan apresiasi dari pelatih Italia, Enzo Bearzot.
Pada pagelaran selanjutnya yaitu Spanyol 1982, Platini didaulat untuk menjadi kapten. Secara tak terduga, tim berjuluk Ayam Jantan tersebut berhasil ia bawa ke semi-final dan berjumpa dengan Jerman Barat. Namun sayang, dalam salah satu pertandingan terbaik di Piala Dunia tersebut, Platini terpaksa menelan pil pahit lantaran Perancis kalah adu penalti dengan skor 3-4. Empat tahun kemudian di Meksiko, lagi-lagi Perancis harus disingkirkan dari Jerman Barat di semifinal, walau sebelumnya sempat mengalahkan Brazil di babak perempat -final.
3. Eusebio
Spoiler for pic:

Dengan teknik dribbling dan akselarasi yang luar biasa, julukan Black Panther rasanya cocok dialamatkan kepada legenda tim nasional Portugal, Eusebio. Walau lahir di Mozambik, ia membela Seleccao pada Piala Dunia 1966 di Inggris, dan menjadi sosok yang sangat fenomenal. Ia mencetak 9 gol dari 6 penampilan di turnamen tersebut, termasuk menyarangkan 4 gol ke gawang Korea Utara (yang telah unggul 3-0 sebelumnya), sehingga Portugal menang 5-3 dan melangkah ke semi-final.
Melawan tim tuan rumah di Wembley, Eusebio selalu dijaga dengan ketat oleh gelandang bertahan Inggris, Nobby Stiles. Penyerang kelahiran 1942 ini akhirnya berhasil mencetak gol pada menit ke-82 lewat titik penalti. Namun gol tersebut gagal membawa Portugal ke babak final karena adanya dua gol dari Bobby Charlton di menit ke-30 dan 80. Eusebio pun melangkah keluar dari lapangan sambil menangis, dan seluruh Portugal pun larut dalam duka.
4. Ferenc Puskas
Spoiler for pic:

Hongaria memang bukanlah tim yang bisa berbicara banyak dalam kancah persepakbolaan dewasa ini. Namun antara tahun 1950-56, tim berjuluk The Magical Magyars ini pernah hanya sekali kalah dari 51 pertandingan yang dijalani. Era keemasan Hongaria ini tak lepas dari peranan Ferenc Puskas, Sandor Kocsis, Jozsef Bozsik dan juga Nandor Hidegkuti. Namun yang paling menyita perhatian tentu saja bintang Real Madrid, Ferenc Puskas yang berhasil mencetak 84 gol dari 85 penampilannya bersama tim nasional Hongaria. Di Piala Dunia 1954 di Swiss, Hongaria melaju layaknya mesin giling dengan melumat Korea Utara 9-0 dan Jerman Barat 8-3 secara berturut-turut di penyisihan grup. Mereka juga menghancurkan Brazil di perempat-final, dan Uruguay di semi-final dengan skor yang sama yakni 4-2.
Di final mereka berhadapan kembali dengan Jerman Barat yang pernah mereka bantai sebelumnya. Namun dalam partai puncak ini, Hongaria harus mengalami keadaan yang kurang menyenangkan. Bintang mereka, Puskas, mengalami cedera engkel dan terpaksa bermain dalam keadaan yang tidak maksimal. Namun begitu, striker asal Budapest ini masih sempat-sempatnya mencetak gol pada menit ke-6, dan Hongaria pun unggul 2-0 sampai menit ke-10. Helmut Rahn kemudian membawa Jerman Barat unggul 3-2 pada menit ke-84, namun lagi-lagi Puskas menyamakan kedudukan di dua menit jelang berakhirnya pertandingan. Namun sayang gol Puskas tersebut harus dianulir oleh wasit karena ia dinyatakan offside. Jerman Barat sebagai tim underdog pada turnamen tersebut, akhirnya berhasil mengakhiri pertandingan dengan kemenangan yang tak diduga sebelumnya. Sementara Hongaria terpaksa mengakhiri rekor tak terkalahkannya, dan menelan kekecewaan yang luar biasa besar.
5. Zico
Spoiler for pic:

Sebagai seorang yang mendapat julukan “The White Pele”, Zico tidak berhasil menjuarai Piala Dunia dalam 3 kesempatan yang ia ikuti. Namun hal itu tidak membuat status legendanya memudar. Bahkan Brazil harus bersyukur karena dianugerahi seorang pemain yang memiliki finishing luar biasa, dan tendangan bebas yang spektakuler. Zico adalah pencetak gol terbanyak keempat dalam sejarah tim nasional Brazil, dengan mengoleksi 48 gol dari 71 penampilan.
Argentina 1978 adalah Piala Dunia yang pertama kali diikuti oleh legenda Flamengo tersebut. Dalam pertandingan di babak grup melawan Swedia, Zico berkesempatan untuk mencetak gol pertamanya bagi tim Samba. Brazil mendapatkan corner di menit-menit akhir. Dari tendangan sudut tersebut, Zico melepaskan sundulan yang berhasil merobek jala kiper Swedia. Namun gol dari pemain yang mempunyai nama asli Arthur Antunes Coimbra tersebut harus dianulir oleh wasit, karena wasit berpendapat bahwa waktu telah habis ketika bola sedang melayang ke arah Zico.
Pada Piala Dunia 1982 di Spanyol, Zico tergabung dalam skuad fantastis Brazil yang diisi oleh pemain-pemain luar biasa seperti Socrates, Falcao dan Junior. Bisa dibilang ini adalah komposisi terkuat Brazil sejak era emasnya Pele. Namun perjalanan mereka harus terhenti di babak penyisihan grup kedua karena kalah 3-2 dari Italia yang diisi oleh pemain-pemain hebat seperti Paolo Rossi, Marco Tardelli dan Dino Zoff. Di turnamen ini, Zico menjadi pencetak gol terbanyak Brazil dengan mengoleksi 4 gol.
Menjelang Meksiko 1986, Zico mengalami cedera sehingga ia diragukan bisa tampil secara maksimal. Pada babak perempat-final, Brazil harus bertemu dengan Perancis yang diperkuat oleh Michel Platini. Zico masuk di babak kedua ketika skor masih sama kuat 1-1. Brazil berpeluang menutup pertandingan dengan kemenangan tatkala menerima hadiah penalti menjelang berakhirnya pertandingan. Namun sayang eksekusi dari Zico gagal dan membuat pertandingan harus dilanjutkan sampai ke babak adu penalti. Di babak ini, tim asuhan Tele Santana kembali harus tereliminasi karena kalah 3-4. Walaupun Zico berhasil mengeksekusi penalti, sementara Socrates dan Julio Cesar gagal, namun publik Brazil pada umumnya lebih menyalahkan Zico karena kegagalan penaltinya saat babak kedua. Sehingga hal ini sempat membuat ia frustasi. Terlepas dari kegagalan-kegagalannya, tak ada yang menyangkal jika Zico adalah salah satu pesepakbola terhebat yang pernah dimiliki oleh Brazil. Bahkan Pele sendiri pernah berkata, “throughout the years, the one player that came closest to me was Zico.”
Quote:


nona212 memberi reputasi
1
7.7K
Kutip
73
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan