Original Posted By AccretiaStriker►

Bagus kalau Anda mau menyalahkan kalangan dari partai Islam dulu. Tetapi kenapa hanya dibawa ke internal? Anda menyalahkan tokoh lain dengan metode dibawa ke publik, pada masa pemilu yang bisa membawa dan menggiring opini, sedangkan nasehat Anda untuk internal Islam Anda sendiri tidak pernah Anda tampilkan ke publik. Bagi saya ini menunjukkan Anda tendensius, menutupi kesalahan partai Islam.

Saya toh tidak mempermasalahkan metode Anda. Kalau Anda berimbang, tentu secara time series pun akan tampil partai-partai lain yang menolak Islam selain PDIP. Coba Anda buat time series sendiri : cukup dua kasus saja yang dua-dua nya ada di Kementerian Agama : kasus Al-Quran dan kasus korupsi dana haji. Bayangkan bila orang serupa ada lagi di tubuh pemerintahan/keagamaan, kerusakan apa lagi yang timbul?



Yang Anda maksudkan disini adalah Anda "memasukkan" kebenaran versi ajaran Islam ke dalam hukum negara. Ingat lagi, dasar kenegaraan Indonesia ialah Pancasila, dimana Pancasila ini tidak memberikan endorsement kepada agama manapun, hanya memberikan endorsement kepada theist.

Dan Pancasila tidak dapat Anda rubah. Karena toh bila Muslim ingin memasukkan "aturan" agamanya ke dalam hukum negara, akhirnya kita menjadi negara berbasiskan agama, bukan negara berbasiskan Bhinekka Tunggal Ika. Kita semua sudah tahu bahwa frasa "syariat Islam bagi pemeluknya" sudah ditolak dari dulu.

Anda tentu tahu friksi antar agama lebih kuat di negara-negara yang berbasiskan syariat Islam. Kasus terkenal terakhir ialah masalah di Sudan dimana seorang wanita hamil dihukum mati karena "murtad" dari Islam, masalahnya ialah tidak jelas apakah wanita ini memang murtad atau dari dulunya sudah Kristen. Anda juga tahu friksi antara orang Kristen dan Islam di Malaysia, atau bahkan di Aceh.

Kembali lagi ke topik. Kenapa akan ada friksi? Karena adanya aturan-aturan agama yang "mengatur" hubungan antara satu agama dengan agama yang lain. Ambil contoh ekstrim saja : pernikahan antara orang Muslim dengan orang Katolik. Saat ini tidak ada masalah, di sisi kemungkinan bisa diberkati di gereja Katolik dengan izin Vatikan. Nah, bagaimana bila nanti ada aturan dari syariat yang melarang pernikahan ini?

Contoh ekstrem lain : pemurtadan. Kalau orang Kristen pindah ke Muslim, no problem, orang Muslim pindah ke Kristen, no problem. Bagaimana bila nanti bila orang Muslim dihukum mati kalau pindah ke Kristen? Bagaimana nanti kalau ada orang Kristen pindah ke Muslim, bolehkah orang Kristen melarang?

Contoh ekstrem lain : Bagaimana tentang di Aceh, seringkali orang-orang Muslim "ditangkap" dan dibawa ke kantor polisi karena tidak mengenal pakaian Islami, padahal yang bersangkutan bukan Muslim. Kalau terjadi sesekali tidak apa-apa, tetapi bukankah bagi yang tertangkap ini adalah suatu tekanan?

Contoh ekstrem lain : Bagaimana dengan orang Muslim yang tidak mau hidup 100% seperti ajaran Muslim? Misalnya kaum wanita masih ingin bergaul dengan pria di tempat umum? Haruskah mereka murtad? Atau bolehkah mereka murtad?

Kedamaian Indonesia saat ini tercipta bukan karena adanya suatu aturan yang mengikat, tetapi karena pihak-pihak yang ada, sebagian besar, memahami tentang Bhinekka Tunggal Ika. Syariat Islam tidak memiki masalah konseptual, namun dalam ranah praktis seringkali membawa kesulitan.

Dan Anda juga tahu, bahwa kebanyakan penganut Islam di Indonesia ini, terutama di kota besar, adalah Islam-KTP alias Islam sekuler/liberal, yang cenderung menolak UU semacam ini.




Ini Dia Fakta Kebijakan Gerindra Anti Islam
Gerindra Tolak RUU Jaminan Produk Halal