Senin, 2 Juni 2014 19:52 WIB
Energi Migas Hilang 70 Tahun Lagi, Prabowo Tolak Nuklir

JAKARTA, Jaringnews.com - Dalam paparannya, tim pemenagan calon presiden dan wakil presiden dari poros Gerindra, Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa, selalu menyinggung detail soal ketahanan energi. Tak lama lagi energi minyak bumi dan gas di Indonesia akan habis.

Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra, sekaligus Juru Bicara Tim Pemenangan Prabowo-Hatta Hashim Djojohadikusumo mencatat dalam 25 tahun Indonesia tidak akan mempunyai gas bumi. Sementara batu bara akan habis 70 tahun lagi.

"Prabowo dan Gerindra sangat prihatin dengan sektor energi. Berdasarkam ilmu yang ada saat ini, dalam waktu 25 tahun gas alam akan habis. Selain itu 70 tahun lagi Indonesia akan kehabisan batubara," kata Hashim dalam diskusi 'Kedaulatan Energi Syarat Mutlak Ketahanan Bangsa' di Hotel Grand Sahid Jakarta, Senin (2/6).

Maka itu menurut adik Prabowo itu, Indonesia perlu membuat energi alternatif untuk mengatasi kelangkaan energi. Di antara pilihan energi alternatif itu adalah energi geotermal dan panas matahari.

Selain itu, energi lain yang mejadi alternatif adalah energi nuklir. Namun pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia masih kontroversi. Ini pernah didiskusikan dengan Prabowo. Namun menurut Hashim, ini ditolak oleh Prabowo.

"Orang Jepang yang paling teliti, ulet, dan cermat memperhatikan perawatan. Kalau orang Jepang tidak bisa menjaga, maaf bangsa Indonesia. Salah satu titik lemah bansa Indonesia adalah memelihara. Gedung, bandara, apalagi pusat tenaga nuklir. Kita lihat saja toilet di bandara saja tidak dirawat dengan baik," jelasnya.

Maka itu jika Prabowo terpilih, dia akan mendorong produksi energi ramah lingkungan. "Solusinya ini tidak lain memanfaatkan energi geotermal dan pohon aren, dan pohon-pohon lain," paparnya.
http://jaringnews.com/ekonomi/umum/6...o-tolak-nuklir

--------------------------



Kalau masih ada panas bumi, batubara, energi matahari tropis sepanjang tahun, tenaga angin pantai dari 81.000 km panjang pantai di Indonesia, kenapa harus pakai nuklir?