zhouxianAvatar border
TS
zhouxian
Melihat Warga Singkawang Merayakan Duan Wu Jie, Mandi di Sungai, Pulang Makan BakCang
Ada yang berbeda kemarin. Tak seperti biasa, saat memasuki siang warga Tionghoa di Singkawang yang mandi di sungai. Beramai-ramai. Mulai anak kecil hingga dewasa. Ya, begitulah tradisi setahun sekali saat mereka merayakan Duan Wu Jie. Pulang ke rumah, santapan yang dinamakan kue bakcang sudah menanti.

FAHROZI, Singkawang


PANGANAN bakcang yang menjadi buruan warga Tionghoa saat perayaan Duan Wu Jie sebenarnya nyaris sama dengan kue tradisional yang terbuat dari ketan. Mirip pengkang atau lemang. Bahan bakunya ketan yang kemudian dicampur kacang merah. Kemudian di dalamnya diisi daging. Kue ini menjadi nikmat saat dimakan bersama keluarga. Tradisi lainnya, yang selalu dilakukan bertepatan dengan perayaan Bakcang, yakni mandi di sungai.
Warga Tionghoa merayakan hari Bakcang, sesuai namanya kue Bakcang akan ada di setiap rumah yang memperingatinya. Beberapa warga yang merayakan, diantaranya mengaku tidak membuat sendiri kue yang wajib ada saat perayaan Duan Wu Jie atau biasa disebut Hari Bakcang. Diantaranya membeli di pasar, dan ini menjadi rezeki tersendiri bagi para pedagang yang menjajakan makanan khas tersebut.
Warga Singkawang, Rio Dharmawan misalnya. Pada pagi hari pergi ke Pasar Turi untuk membeli Kue Bakcang. Kue tersebut dibelinya dengan harga dua ribu Rupiah per buahnya. Biasanya, paling sedikit warga membeli sepuluh kue.
“Pagi beli ke pasar Turi, banyak yang jualan kue Bakcang,” katanya.
Kue Bakcang juga terdiri beberapa jenis, disebutkan Rio, untuk yang biasa atau tidak menggunakan campuran daging serta telur. Per kuenya dijual harga Rp4 ribu. Kalau yang ada daging serta telurnya antara harga Rp5- Rp 15 ribu. Setelah membeli Rio mengaku akan makan bersama dengan anggota keluarganya.Diakui Lin Kaw, di rumahnya pada perayaan Bakcang juga ada kue Bakcang. Kalau jumlahnya banyak akan dibagikan kepada anggota keluarga yang lain atau dimakan secara bersama-sama. “Biasanya ibu saya membuat banyak kemudian dibagi-bagikan ke anggota keluarga yang lain,” katanya.
Kue Bakcang terdapat empat sudut, yang dipercaya memiliki makna setiap sudutnya. Pertama pengharapan antara suami istri saling mencintai. Kedua dalam keluarga akan selalu terbina kedamaian kesejahteraan, kesehatan. Sudut ke tiga bermakna adanya semua rezeki tidak ketinggalan di dapatkan dan sudut ke empat setiap usaha yang dijalaninya sukses kemudian kariernya meningkat.
Sejarah Fuan Wu Jie atau biasa di sebut festival Twan Yang, dari berbagai sumber menyebutkan, dirayakan pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek. Hari Raya ini dinamai Duan Wu. Wu artinya saat antara pukul 11.00 hingga 13.00 WIB, jadi perayaan ini tepatnya pada saat tengah hari.

Sehingga warga Singkawang, setelah makan Bakcang. Biasanya warga yang merayakan akan mengisi hari tersebut dengan mandi di sungai. Mandi ini akan dimulai sekitar pukul 11.00 WIB. “Pukul 11.00 WIB, nanti akan mandi di sungai bersama anggota keluarga yang lain,” kata warga lainnya, Atet.
Kemudian warga lainnya, yang juga Anggota DPRD Kota Singkawang, Sumberanto Tjitra menyebutkan perayaan ini berawal ketika seorang sastrawan dan pejabat Negara Chu yang bernama Qu Yuan (Periode Negara Berperang/Zhan Guo atau "Can Ket"). Qu Yuan sangat berdedikasi dan berintegritas bagi negara atau kekaisaran pada saat itu.Namun dirinya difitnah sekelompok pejabat yang iri kepadanya. Atas perlakuan ini, dirinya mengasingkan diri ke negeri lain. Setelah mendengar Chu jatuh ke tangan Qin, lanjut Sumberanto, dia merasa berdosa bila masih tinggal di negeri lain sementara negeri sendiri telah hancur. Beliau ingin pulang, tetapi oleh penguasa Qin, diharuskan tunduk. Lantaran tidak kuasa melakukan perebutan kembali.
Kemudian karena rasa bersalah nya meninggalkan negerinya, Qu Yuan memutuskan bunuh diri dengan melompat ke sungai. "Rakyat yang cinta kepadanya berusaha menemukan jenazahnya, ada yang menggunakan perahu berkeliling, Tapi tidak berhasil ditemukan," katanya.Kawatir jenazahnya dimakan ikan. Maka warga memutuskan memasak nasi dari ketan yang kemudian ditaburkan ke sungai agar dimakan ikan sehingga tidak memakan jenazah Qu Yuan.
"Dari tradisi tersebut turun temurun sampai sekarang ini. Makanya ada juga yang namanya Dragon Festival (Lomba Perahu Naga)," katanya.Sumberanto menyebutkan yang harus dipahami adalah nilai keteladanan dan semangat kecintaan yang sangat kuat kepada bangsa dan negara. "Perayaan bakcang bukan sekadar makan-makan, tetapi kandungan nilai yang harus mendapat tempat bagi kita. Disitu ada semangat nasionalisme, kebersamaan, solidaritas, pengharapan akan lebih baik setelah merayakan perayaan ini," katanya. (*)

http://www.pontianakpost.com/pro-kal...g-bersama.html

begitu tradisinya ganemoticon-Cendol (S)
0
3.5K
32
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan