- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Prabowo Subianto mewujudkan Indonesia Baru dengan Gerakan Indonesia Raya
TS
gorockz
Prabowo Subianto mewujudkan Indonesia Baru dengan Gerakan Indonesia Raya
Sahabatku sekalian, dimanapun engkau berada.
Assalamualaikum Wr. Wb. Shalom. Om Swastiastu. Namo Buddhaya. Salam Indonesia Raya.
*** Mewujudkan Indonesia Baru dengan Gerakan Indonesia Raya ***
Saudara-saudara sekalian, kita telah sepakat sebagai sebuah bangsa untuk menjalankan sistim politik demokrasi. Dibandingkan dengan sistim politik kerajaan, monarki, aristokrasi, plutokrasi atau diktator, kita sadar bahwa sistim yang terbaik adalah demokrasi.
Demokrasi adalah suatu sistim politik dimana mereka yang bersedia untuk berkuasa, harus meminta mandat dari rakyat. Mandat ini diberikan oleh rakyat melalui proses pemilihan umum. Proses ini sudah menjadi kesepakatan kita sebagai bangsa.
Namun, kita pun menyadari kalau demokrasi kita masih penuh dengan kekurangan. Sebuah demokrasi yang matang, demokrasi yang sebenar-benarnya demokrasi, menuntut bahwa proses pemilihan harus benar-benar bersih, transparan, dilaksanakan dengan jujur, dengan adil, tanpa kecurangan.
Disinilah letak ujian yang paling menentukan dari proses demokrasi itu. Kalau proses pemilihannya penuh kecurangan, tidak transparan, maka demokrasi itu berarti demokrasi yang cacat.
** Berjuang, Berjuang dan Terus Berjuang **
Saudara-saudara sekalian, jika saudara-saudara ingin Indonesia menjadi negara yang modern, negara yang benar-benar demokratis, dimana semua warga negara hidup di bawah lindungan hukum, dimana hukum tidak bisa diperjual belikan, dimana aparat penegak hukum benar-benar melindungi dan mengayomi rakyat banyak dan bukan hanya mereka yang punya uang.
Jika saudara ingin Indonesia yang sejahtera, dimana setiap warga negara punya kesempatan yang sama untuk mencari kehidupan yang layak. Dimana setiap pemuda bisa berharap, bisa mendapat pendidikan dan kemudian pekerjaan yang terhormat. Dimana setiap pemudi bisa memiliki kesempatan, punya pekerjaan yang baik, atau menjadi istri dalam suatu keluarga yang baik, dan tidak harus menjadi pembantu rumah tangga di negara asing ribuan kilometer dari rumah dengan segala pengorbanan dan resiko yang harus dihadapi hanya untuk mendapat dua ratus, tiga ratus dollar sebulan.
Jika saudara ingin suatu Indonesia yang berdiri di atas kaki sendiri, dan bukan menjadi jongos, bukan menjadi kacung bangsa lain. Jika saudara ingin Indonesia yang terdiri dari sebuah masyarakat dimana rakyatnya bisa berharap, bisa memiliki cita-cita menjadi dokter, insinyur, menjadi manager, pemilik perusahaan, tidak hanya menjadi buruh upah harian. Tidak hanya menjadi tukang sapu. Tidak hanya menjadi kuli pelabuhan.
Jika saudara ingin mewujudkan Indonesia yang sejahtera, atau yang saya selalu katakan: Aman, damai, adil, sejahtera, berdaulat ekonomi dan berdaulat politik, berdikari – mau tidak mau saudara harus berpihak, saudara harus keluar dari rumah. Saudara harus mengambil langkah. Saudara harus berbuat. Saudara harus ikut berjuang.
Saya teringat kata-kata seorang tokoh, tetapi saya lupa persisnya siapa – kalau tidak salah itu mungkin Ho Chi Minh. Atau mungkin juga ia mengutip penulis lainnya. Kata-kata tersebut adalah: “No man is completely whole before he becomes a part of a cause greater than himself.”
Saya kira sangat benar. Kita belum utuh menjadi seorang manusia, sebelum kita menjadi bagian dari perjuangan yang lebih besar dari diri kita sendiri.
Saya juga pernah membaca bahwa definisi daripada kata politik: Politik adalah upaya memperbaiki kehidupan suatu masyarakat. Kehidupan suatu rakyat. Jadi, kalau kita ingin memperbaiki kehidupan rakyat kita. Kalau kita ingin memperbaiki kehidupan sekitar kita sendiri, anak kita, cucu kita, mau tidak mau kita harus berpolitik. Dan berpolitik itu berarti harus berpihak, harus memilih, harus berjuang.
Dalam berjuang, kalau saudara memperhatikan, saya tidak pernah mengajak sahabat saya, pengikut saya, anggota saya untuk mencaci maki pribadi-pribadi lain atau organisasi-organisasi lain. Saya selalu mengajak saudara-saudara, sahabat saya, pengikut saya, murid saya, untuk berpikir positif, berpikir baik. Itu pelajaran yang sangat berharga yang saya dapat dari salah seorang senior saya. Seorang mantan komandan saya, yang saya anggap orang yang sangat bijak dan sangat bersih sebagai pemimpin yaitu Jendral TNI Wismoyo Arismunandar.
Beliau dahulu adalah komandan group saya, di group 1 KOPPASSANDHA saat saya masih letnan. Saya masih ingat pelajaran beliau setelah sekian puluh tahun: “Berpikir positif, jangan berpikir dan berkata negatif tentang orang lain.”
Pelajaran itu selalu saya ingat. Setiap menghadapi persoalan, setiap harus menilai orang, saya selalu coba berpikir positif. Memang, ada kalanya selalu berpikir positif kita bisa terjebak. Kita tidak dapat menutup kenyataan bahwa di masyarakat kita banyak penipu, banyak orang yang pandai berbohong, pandai bersilat lidah. Bahkan dikatakan oleh sebagian orang, di dalam politik dan di dalam bisnis, bahwa bohong itu suatu senjata perjuangan.
Semangat dan keinginan, dan kebiasaan tipu menipu, sudah lazim di lingkungan kita. Kata-kata “kutipu kau”. Itu adalah kata-kata yang sering kita dengar di sekitar kita. Benarkan ini? Saya kira saudara mengetahuinya.
Semakin pintar, semakin tinggi pendidikan, semakin mampu menipu dan berbohong. Kadang-kadang berbohong-nya pun berlindung di balik kata-kata “Demi Allah” bagi orang Islam, atau “Demi Tuhan Yesus” bagi orang Kristiani. Tetapi ujung-ujungnya menipu. Benarkah ini? Saudara dapat menilai.
Kembali ke masalah inti. Kalau kita ingin memperbaiki kehidupan bangsa, harus ada perjuangan menuju transformasi bangsa. Birokrasi kita harus terdiri dari the best and the brightest, yang paling pintar dan paling baik harus menjadi aparat pemerintahan kita.
Oleh karena itu, kekuatan politik yang ingin mentransformasi bangsa ini harus menang. Tekad saya adalah untuk membangun Indonesia yang kita cita-citakan. Indonesia yang modern, Indonesia yang dihormati karena kesejahteraan rakyatnya. Indonesia yang menjadi negara produsen, tidak hanya negara konsumen barang-barang bangsa lain.
Kalau bangsa lain bisa memproduksi motor, memproduksi mobil, memproduksi kereta api dan kapal – mengapa bangsa Indonesia tidak bisa memproduksi? Jumlah penduduk Korea Selatan hanya 49 juta orang. Jumlah penduduk Malaysia hanya 28 juta orang. Tetapi mereka bisa memproduksi mobil, motor, televisi, serta barang-barang manufaktur lainnya.
Kita negara 250 juta orang, pasti ada diantara kita anak-anak yang pintar-pintar. Saya memanggil insinyur-insinyur ITB, insinyur-insinyur ITS, insinyur-insinyur fakultas-fakultas teknik dimanapun di Indonesia. Dimana karyamu? Bangsa menunggu sumbangsihmu.
Saya percaya insinyur Indonesia dari mana-mana punya kemampuan. Tetapi kemampuan itu harus diorganisir, harus diberi kesempatan, harus diberi sumber daya yang kuat, sehingga karya-karya mereka, sumbangsih mereka dapat terwujud. Saya hakul yakin Indonesia mampu punya produk-produk unggul.
Sekali lagi saya katakan, transformasi bangsa ini harus menjadikan bangsa Indonesia bangsa produsen, tidak hanya bangsa konsumen. Bangsa yang mampu menciptakan mobil nasional, motor nasional, pesawat nasional. Jangan mau hanya menjadi pemasok dan pembeli barang jadi dari luar negeri.
Jika kita hanya menjual sumber alam, bagaimana kalau suatu saat nanti sumber alam itu habis terkuras? Kita harus membangun ekonomi yang berkelanjutkan. Oleh karena itu, saya percaya pertanian dapat menjadi fondasi kuat untuk membangun masa depan Indonesia. Oleh karena itu, kita juga tidak boleh takut bermimpi dan bercita-cita menjadi negara industri.
Apakah saudara cocok dengan suasana Bhinneka Tunggal Ika, berbeda suku, berbeda agama, berbeda ras, berbeda kelompok etnis, tetapi hidup rukun, saling hormat - menghormati dalam suasana yang damai.
Sekali lagi, apakah saudara ingin menjadi bagian dari Indonesia dimana setiap warganya punya pekerjaan yang layak, dimana setiap laki-laki dan setiap perempuan bisa hidup, membina kehidupan yang terhormat?
Apakah saudara menerima keadaan bahwa setengah dari rakyat kita hidup di bawah garis kemiskinan, yang menurut Bank Dunia yaitu kurang lebih Rp. 20.000 rupiah sehari. Apakah saudara menerima kenyataan bahwa 1/3 dari anak-anak balita di Ibukota Republik Indonesia mengalami kurang gizi? Setengah dari balita di NTT mengalami kurang gizi? Apakah saudara menerima itu?
Saudara-saudara, kita harus merubah diri kita. Kita harus melakukan transformasi besar-besaran. Transformasi bangsa. Kita tidak boleh membiarkan bangsa Indonesia terus menjadi seperti ini. Bangsa yang tidak bisa melindungi wilayahnya sendiri. Bangsa yang tidak bisa melindungi rakyatnya sendiri. Kondisi ini harus kita perbaiki.
Kita ingin hidup bersahabat dengan semua bangsa lain di dunia ini, terutama dengan tetangga-tentangga kita. Sifat nenek moyang kita selalu mengajarkan kita rendah hati, tepo seliro, ojo dumeh, ojo adigang adigung adiguno.
Kalau kita punya cita-cita yang sama, ini akan menjadi gelombang yang tidak bisa dibendung. Kalian cukup merekrut lima orang saja setiap bulan. Sesudah lima bulan, gelombang arus perubahan tidak akan bisa dibendung. Tidak bisa dilawan.
Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Kalau bukan kita yang memimpin perubahan dan transformasi bangsa, siapa lagi?
Jangan berharap rejeki jatuh dari langit. Jangan berharap keadilan jatuh dari langit. Jangan berharap ada bangsa lain yang mau membantu bangsa kita. Jangan harap Indonesia bisa sejahtera, jika bukan kita sendiri yang menyelamatkan kekayaan kita sendiri dan mewujudkan Indonesia yang kita cita-citakan. Indonesia yang aman, Indonesia yang damai, Indonesia yang sejahtera, Indonesia yang berdaulat ekonomi dan politik, Indonesia yang berdikari.
Saudara-saudara sekalian, bersatulah bersama saya. Berjuanglah bersama saya. Mari kita wujudkan, cita-cita eyang, nenek kita. Marilah kita bersama-sama membangun Indonesia Raya.
Sekali lagi, kalau bukan sekarang, kapan lagi? Kalau bukan kita, siapa lagi? Selamat berjuang!
Bojong Koneng,
Prabowo Subianto
Selengkapnya: www.tiny*url.com/IndonesiaBaru
Assalamualaikum Wr. Wb. Shalom. Om Swastiastu. Namo Buddhaya. Salam Indonesia Raya.
*** Mewujudkan Indonesia Baru dengan Gerakan Indonesia Raya ***
Saudara-saudara sekalian, kita telah sepakat sebagai sebuah bangsa untuk menjalankan sistim politik demokrasi. Dibandingkan dengan sistim politik kerajaan, monarki, aristokrasi, plutokrasi atau diktator, kita sadar bahwa sistim yang terbaik adalah demokrasi.
Demokrasi adalah suatu sistim politik dimana mereka yang bersedia untuk berkuasa, harus meminta mandat dari rakyat. Mandat ini diberikan oleh rakyat melalui proses pemilihan umum. Proses ini sudah menjadi kesepakatan kita sebagai bangsa.
Namun, kita pun menyadari kalau demokrasi kita masih penuh dengan kekurangan. Sebuah demokrasi yang matang, demokrasi yang sebenar-benarnya demokrasi, menuntut bahwa proses pemilihan harus benar-benar bersih, transparan, dilaksanakan dengan jujur, dengan adil, tanpa kecurangan.
Disinilah letak ujian yang paling menentukan dari proses demokrasi itu. Kalau proses pemilihannya penuh kecurangan, tidak transparan, maka demokrasi itu berarti demokrasi yang cacat.
** Berjuang, Berjuang dan Terus Berjuang **
Saudara-saudara sekalian, jika saudara-saudara ingin Indonesia menjadi negara yang modern, negara yang benar-benar demokratis, dimana semua warga negara hidup di bawah lindungan hukum, dimana hukum tidak bisa diperjual belikan, dimana aparat penegak hukum benar-benar melindungi dan mengayomi rakyat banyak dan bukan hanya mereka yang punya uang.
Jika saudara ingin Indonesia yang sejahtera, dimana setiap warga negara punya kesempatan yang sama untuk mencari kehidupan yang layak. Dimana setiap pemuda bisa berharap, bisa mendapat pendidikan dan kemudian pekerjaan yang terhormat. Dimana setiap pemudi bisa memiliki kesempatan, punya pekerjaan yang baik, atau menjadi istri dalam suatu keluarga yang baik, dan tidak harus menjadi pembantu rumah tangga di negara asing ribuan kilometer dari rumah dengan segala pengorbanan dan resiko yang harus dihadapi hanya untuk mendapat dua ratus, tiga ratus dollar sebulan.
Jika saudara ingin suatu Indonesia yang berdiri di atas kaki sendiri, dan bukan menjadi jongos, bukan menjadi kacung bangsa lain. Jika saudara ingin Indonesia yang terdiri dari sebuah masyarakat dimana rakyatnya bisa berharap, bisa memiliki cita-cita menjadi dokter, insinyur, menjadi manager, pemilik perusahaan, tidak hanya menjadi buruh upah harian. Tidak hanya menjadi tukang sapu. Tidak hanya menjadi kuli pelabuhan.
Jika saudara ingin mewujudkan Indonesia yang sejahtera, atau yang saya selalu katakan: Aman, damai, adil, sejahtera, berdaulat ekonomi dan berdaulat politik, berdikari – mau tidak mau saudara harus berpihak, saudara harus keluar dari rumah. Saudara harus mengambil langkah. Saudara harus berbuat. Saudara harus ikut berjuang.
Saya teringat kata-kata seorang tokoh, tetapi saya lupa persisnya siapa – kalau tidak salah itu mungkin Ho Chi Minh. Atau mungkin juga ia mengutip penulis lainnya. Kata-kata tersebut adalah: “No man is completely whole before he becomes a part of a cause greater than himself.”
Saya kira sangat benar. Kita belum utuh menjadi seorang manusia, sebelum kita menjadi bagian dari perjuangan yang lebih besar dari diri kita sendiri.
Saya juga pernah membaca bahwa definisi daripada kata politik: Politik adalah upaya memperbaiki kehidupan suatu masyarakat. Kehidupan suatu rakyat. Jadi, kalau kita ingin memperbaiki kehidupan rakyat kita. Kalau kita ingin memperbaiki kehidupan sekitar kita sendiri, anak kita, cucu kita, mau tidak mau kita harus berpolitik. Dan berpolitik itu berarti harus berpihak, harus memilih, harus berjuang.
Dalam berjuang, kalau saudara memperhatikan, saya tidak pernah mengajak sahabat saya, pengikut saya, anggota saya untuk mencaci maki pribadi-pribadi lain atau organisasi-organisasi lain. Saya selalu mengajak saudara-saudara, sahabat saya, pengikut saya, murid saya, untuk berpikir positif, berpikir baik. Itu pelajaran yang sangat berharga yang saya dapat dari salah seorang senior saya. Seorang mantan komandan saya, yang saya anggap orang yang sangat bijak dan sangat bersih sebagai pemimpin yaitu Jendral TNI Wismoyo Arismunandar.
Beliau dahulu adalah komandan group saya, di group 1 KOPPASSANDHA saat saya masih letnan. Saya masih ingat pelajaran beliau setelah sekian puluh tahun: “Berpikir positif, jangan berpikir dan berkata negatif tentang orang lain.”
Pelajaran itu selalu saya ingat. Setiap menghadapi persoalan, setiap harus menilai orang, saya selalu coba berpikir positif. Memang, ada kalanya selalu berpikir positif kita bisa terjebak. Kita tidak dapat menutup kenyataan bahwa di masyarakat kita banyak penipu, banyak orang yang pandai berbohong, pandai bersilat lidah. Bahkan dikatakan oleh sebagian orang, di dalam politik dan di dalam bisnis, bahwa bohong itu suatu senjata perjuangan.
Semangat dan keinginan, dan kebiasaan tipu menipu, sudah lazim di lingkungan kita. Kata-kata “kutipu kau”. Itu adalah kata-kata yang sering kita dengar di sekitar kita. Benarkan ini? Saya kira saudara mengetahuinya.
Semakin pintar, semakin tinggi pendidikan, semakin mampu menipu dan berbohong. Kadang-kadang berbohong-nya pun berlindung di balik kata-kata “Demi Allah” bagi orang Islam, atau “Demi Tuhan Yesus” bagi orang Kristiani. Tetapi ujung-ujungnya menipu. Benarkah ini? Saudara dapat menilai.
Kembali ke masalah inti. Kalau kita ingin memperbaiki kehidupan bangsa, harus ada perjuangan menuju transformasi bangsa. Birokrasi kita harus terdiri dari the best and the brightest, yang paling pintar dan paling baik harus menjadi aparat pemerintahan kita.
Oleh karena itu, kekuatan politik yang ingin mentransformasi bangsa ini harus menang. Tekad saya adalah untuk membangun Indonesia yang kita cita-citakan. Indonesia yang modern, Indonesia yang dihormati karena kesejahteraan rakyatnya. Indonesia yang menjadi negara produsen, tidak hanya negara konsumen barang-barang bangsa lain.
Kalau bangsa lain bisa memproduksi motor, memproduksi mobil, memproduksi kereta api dan kapal – mengapa bangsa Indonesia tidak bisa memproduksi? Jumlah penduduk Korea Selatan hanya 49 juta orang. Jumlah penduduk Malaysia hanya 28 juta orang. Tetapi mereka bisa memproduksi mobil, motor, televisi, serta barang-barang manufaktur lainnya.
Kita negara 250 juta orang, pasti ada diantara kita anak-anak yang pintar-pintar. Saya memanggil insinyur-insinyur ITB, insinyur-insinyur ITS, insinyur-insinyur fakultas-fakultas teknik dimanapun di Indonesia. Dimana karyamu? Bangsa menunggu sumbangsihmu.
Saya percaya insinyur Indonesia dari mana-mana punya kemampuan. Tetapi kemampuan itu harus diorganisir, harus diberi kesempatan, harus diberi sumber daya yang kuat, sehingga karya-karya mereka, sumbangsih mereka dapat terwujud. Saya hakul yakin Indonesia mampu punya produk-produk unggul.
Sekali lagi saya katakan, transformasi bangsa ini harus menjadikan bangsa Indonesia bangsa produsen, tidak hanya bangsa konsumen. Bangsa yang mampu menciptakan mobil nasional, motor nasional, pesawat nasional. Jangan mau hanya menjadi pemasok dan pembeli barang jadi dari luar negeri.
Jika kita hanya menjual sumber alam, bagaimana kalau suatu saat nanti sumber alam itu habis terkuras? Kita harus membangun ekonomi yang berkelanjutkan. Oleh karena itu, saya percaya pertanian dapat menjadi fondasi kuat untuk membangun masa depan Indonesia. Oleh karena itu, kita juga tidak boleh takut bermimpi dan bercita-cita menjadi negara industri.
Apakah saudara cocok dengan suasana Bhinneka Tunggal Ika, berbeda suku, berbeda agama, berbeda ras, berbeda kelompok etnis, tetapi hidup rukun, saling hormat - menghormati dalam suasana yang damai.
Sekali lagi, apakah saudara ingin menjadi bagian dari Indonesia dimana setiap warganya punya pekerjaan yang layak, dimana setiap laki-laki dan setiap perempuan bisa hidup, membina kehidupan yang terhormat?
Apakah saudara menerima keadaan bahwa setengah dari rakyat kita hidup di bawah garis kemiskinan, yang menurut Bank Dunia yaitu kurang lebih Rp. 20.000 rupiah sehari. Apakah saudara menerima kenyataan bahwa 1/3 dari anak-anak balita di Ibukota Republik Indonesia mengalami kurang gizi? Setengah dari balita di NTT mengalami kurang gizi? Apakah saudara menerima itu?
Saudara-saudara, kita harus merubah diri kita. Kita harus melakukan transformasi besar-besaran. Transformasi bangsa. Kita tidak boleh membiarkan bangsa Indonesia terus menjadi seperti ini. Bangsa yang tidak bisa melindungi wilayahnya sendiri. Bangsa yang tidak bisa melindungi rakyatnya sendiri. Kondisi ini harus kita perbaiki.
Kita ingin hidup bersahabat dengan semua bangsa lain di dunia ini, terutama dengan tetangga-tentangga kita. Sifat nenek moyang kita selalu mengajarkan kita rendah hati, tepo seliro, ojo dumeh, ojo adigang adigung adiguno.
Kalau kita punya cita-cita yang sama, ini akan menjadi gelombang yang tidak bisa dibendung. Kalian cukup merekrut lima orang saja setiap bulan. Sesudah lima bulan, gelombang arus perubahan tidak akan bisa dibendung. Tidak bisa dilawan.
Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Kalau bukan kita yang memimpin perubahan dan transformasi bangsa, siapa lagi?
Jangan berharap rejeki jatuh dari langit. Jangan berharap keadilan jatuh dari langit. Jangan berharap ada bangsa lain yang mau membantu bangsa kita. Jangan harap Indonesia bisa sejahtera, jika bukan kita sendiri yang menyelamatkan kekayaan kita sendiri dan mewujudkan Indonesia yang kita cita-citakan. Indonesia yang aman, Indonesia yang damai, Indonesia yang sejahtera, Indonesia yang berdaulat ekonomi dan politik, Indonesia yang berdikari.
Saudara-saudara sekalian, bersatulah bersama saya. Berjuanglah bersama saya. Mari kita wujudkan, cita-cita eyang, nenek kita. Marilah kita bersama-sama membangun Indonesia Raya.
Sekali lagi, kalau bukan sekarang, kapan lagi? Kalau bukan kita, siapa lagi? Selamat berjuang!
Bojong Koneng,
Prabowo Subianto
Selengkapnya: www.tiny*url.com/IndonesiaBaru
Diubah oleh gorockz 07-04-2013 21:45
0
4K
21
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan