duniafiksiAvatar border
TS
duniafiksi
Mengapa Sebuah Tulisan Enak Dibaca?
Spoiler for Penulis fav. ane: Jhumpa Lahiri:



Membaca bisa menjadi sesuatu yang mengasikkan atau malah berubah menjadi sesuatu yang membosankan. Tentu saja setiap menulis memiliki kiat tersendiri supaya pembaca betah membaca tulisannya dan tulisan-tulisan terbaik selalu dibayar dengan apresiasi, baik itu dalam bentuk penghargaan maupun best seller.

Berkaitan dengan judul di atas, sebaiknya kita bedakan dulu antara tulisan bagus dengan tulisan enak dibaca. Tulisan bagus belum tentu enak dibaca, dan begitu juga tulisan yang enak dibaca yang belum tentu juga disebut bagus. Tulisan bagus itu sangat erat dengan penilaian subjektifitas (tema, fakta, logika, tata bahasa, referensi, dsb), sementara penilaian enak-tidaknya bacaan malah tergantung dari objektifitas (penuturan dan irama). Dan untuk menghasilkan tulisan sempurna pastinya dengan cara menggabungkan keduanya.

Menulis sebuah tulisan yang enak dibaca memang sangat tergantung pada cara bertutur dan terutama irama. Sebut saja puisi (syair). Kenapa puisi begitu enak dibaca? Jawabannya adalah karena puisi bisa dilagukan. Jadi kalau ingin mengetahui enak-tidaknya tulisan kita, maka bacalah tulisan itu lebih keras. Sekarang simak kutipan sebuah puisi karya Asmara Hadi bawah ini:

Kuingat padamu bila fajar
Merahkan langit sebelah timur
Kuingat padamu bila senja
Mencium bunga yang ‘kan tidur.


Indah bukan?

Lalu, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana membuat tulisan (cerpen atau novel) yang enak dibaca.

Tentu saja tidak mungkin kita membuat sebuah cerpen atau novel dengan akhiran huruf yang sama seperti dalam puisi. Untuk membuat sebuah cerita yang enak dibaca perlu feeling, gambaran yang kuat akan objek, serta pemilihan kata yang tepat. Hal ini bisa dilatih dan dipelajari dari tulisan-tulisan yang sudah ada. Kita bisa mengambil salah satu penulis idola kita, mengikuti gayanya menulis hingga pada akhirnya kita memiliki gaya sendiri.

Di sini saya akan memberikan beberapa contoh dari tulisan yang enak dibaca dari beberapa penulis favorit saya. Kita akan mulai dari pembukaan.

Pembukaan sebuah cerita bisa dimulai dari sebuah kalimat yang menarik, kemudian berkembang menjadi sebuah pragraf yang baik dan sebuah bab yang enak dibaca sehingga memancing rasa ingin tahu pembaca akan bab-bab berikutnya.

Berikut saya kutip pembukaan dari novel Oeroeg karya Hella S. Haasse terbitan Gramedia Pustaka Utama yang sangat nendang.

Oeroeg kawanku. Bila kukenang lagi masa kecil dan tahun-tahun remajaku, sosok Oeroeg langsung muncul dalam benakku bagai salah satu gambar ajaib yang biasa kami beli, tiga lembar seharga sepuluh sen: lembar-lembar kekuningan mengilap berlapis kertas yang harus digosok keras dengan pensil agar gambar tersembunyinya muncul. Begitulah juga cara Oeroeg muncul kembali dalam ingatanku saaat aku mengenang masa lalu.

Sekarang mari kita analisa.

Di awal kalimat penulis hanya menulis dua kata, Oeroeg kawanku. Kalimat ini merupakan sebuah pernyataan singkat yang kemudian diikuti dengan penjelasan di kalimat kedua. Penulis memperkenalkan Oeroeg, lalu mengenang masa lalu mereka dengan benda yang biasa mereka mainkan. Kita juga bisa melihat ada dua koma, lalu titik dua yang menjelaskan benda tersebut. Tanda koma, kata dan, hingga titik sangat memengaruhi irama. Biasanya penulis menulis membatasi dua-tiga koma sebelum diikuti kata dan, atau dilanjutkan dengan kata lalu, sebelum mengakhiri kalimatnya.
Apabila si penulis berteman dengan Oeroeg hingga dewasa, maka penulisannya akan sebagai berikut:

Oeroeg kawanku. Bila kukenang lagi masa kecil, tahun-tahun remaja dan masa-masa dewasaku, …

Seperti itulah. Jadi apa yang bisa disimpulkan dari contoh di atas adalah keterkaitan antara satu kata dengan kata lain, kalimat dengan kalimat lain hingga membentuk irama yang indah, sebagaimana penulis tadi menjelaskan dua kata Oeroeg kawanku.

Simak juga pembukaan jenius dari Jhumpa Lahiri dalam cerpennya Masalah Sementara (Penerjemah Luka, Gramedia Pustaka Utama).

MENURUT PEMBERITAHUAN, ini hanya masalah sementara: selama lima hari aliran listrik akan dimatikan satu jam, mulai jam delapan malam. Ada kabel yang rusak gara-gara badai salju terakhir, dan para tukang reparasi memilih memperbaikinya pada malam hari karena cuacanya bagus. Perbaikan itu hanya akan memengaruhi rumah-rumah di jalan sepi dengan barisan pohon di sisi-sisinya, dekat sekali dengan deretan toko-toko bertembok bata dan halte trem, empat yang ditinggali Shoba dan Shukumar selama tiga tahun.

Selain saling keterkaitan antar kalimat, Jhumpa menutup paragraf dengan memperkenalkan kedua tokoh utamanya. Namun yang lebih dari itu, masalah sementara memiliki arti lain selain masalah mati listrik, yaitu masalah antara Shoba dan Shukumar yang menjadi inti cerita. Indah bukan?


Sumber: duniafiksi.com

Quote:



Quote:


Diubah oleh duniafiksi 17-01-2016 00:37
0
14.6K
101
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan