- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kabar dari Kampung Hoeya; Si Hitam Wangi Dari Papua PTFI


TS
samouth
Kabar dari Kampung Hoeya; Si Hitam Wangi Dari Papua PTFI

‘Tanah yang Subur, tanah yang Kaya.’ Ungkapan ini terasa sangat tepat untuk mengungkapkan betapa melimpahnya sumber daya alam di Tanah Papua ini. Alam menyediakan semua yang dibutuhkan oleh manusia yang tinggal di tanah ini. Siapapun yang mau berusaha pasti mendapatkan hasil yang memuaskan.
Hal inilah yang menjadi salah satu motivasi dan yang terus dikembangkan oleh SLD (Social Local Development-PTFI) melalui programnya yaitu Highland Agriculture Development (HAD). Salah satu program HAD di daerah pedalaman yaitu di Kampung Jaba di Hoeya adalah pertanian Kopi. Program pertanian kopi di Jaba sudah dimulai sejak tahun 2000 dan secara terus menerus di dampingi oleh SLD melalui program HAD-nya. Hingga saat ini terdapat sekitar 15.000 pohon produktif yang menghasilkan rata-rata 800 kg parchment per tahun. Adapun jenis pohon Kopi yang ditanam adalah jenis Arabica.
Spoiler for Hoeya:
Sudah tentu bukan hal yang mudah untuk mengelola dan mengembangkan pertanian di daerah pegunungan terpencil dengan terbatasnya transportasi. Satu-satunya sarana transportasi yang bisa menjangkau area ini adalah helikopter. Meskipun bisa dijangkau lewat darat tetapi hal ini sangat sulit dan memakan waktu sampai berhari-hari. Faktor geografi alam inilah yang menjadi salah satu kendala utama dalam mengelola pertanian kopi di Jaba. “Karena sulitnya medan sehingga kurangnya perawatan, dan juga keterlambatan pengiriman hasil pertanian ke kota, dan bahkan tidak bisa sama sekali melakukan pengiriman sehingga biji kopi yang sudah di panen itu kadang kualitasnya jadi menurun.” Kata Oktopianus Yawame koordinator lapangan petani kopi di Hoeya. “Petani kopi di Hoeya harus memikul hasil panen nya (biji kopi merah) melalui medan yang berat ke Jaba untuk proses pulping (pengupasan_Red).” Oktopianus menambahkan.
Spoiler for Biji Kopi:
Pengelolaan hasil pertanian kopi Arabika di Jaba dan Hoeya dilakukan oleh Koperasi Amungme Gold, salah satu bidang usaha koperasi yang juga dibina oleh SLD. Herry Aibekob dari SLD PT Freeport Indonesia sebagai pembina Pertanian Kopi dan Koperasi Amungme Gold menjelaskan,
“Terdapat dua cabang Koperasi Amungme Gold yaitu di Tsinga dan Hoeya dengan 109 orang anggota petani kopi, luas lahan kebun kopi yang dikelola kira-kira 42 ha tersebar di empat wilayah dataran Tinggi (Tsinga, Aroanop, Opitawak dan Hoeya). Namun diakui bahwa yang baru berproduksi dengan baik yaitu di Tsinga dan Hoeya.” Jelasnya.
“Di Jaba terdapat dua puluhan orang petani kopi, sepuluh orang diantaranya baru memulai membuka lahan. SLD melalui HAD memberikan pendampingan kepada petani, menyediakan peralatan seperti sekop, parang, sepatu, polybag dan sebagainya. Serta satu unit mesin pulper. Jenis bibit kopi arabika yang ditanam di Jaba awalnya didatangkan dari Wamena dan Australia. Sekarang petani sudah mampu menyediakan bibit sendiri.” Aibekob menambahkan.
Informasi yang di peroleh dari masyarakat dan dari pengamatan langsung SLD, lokasi kelompok petani - petani kopi ini berada di beberapa tempat yang berjauhan, yaitu di Jaba (kebun lama); Lokasi Klaten, Wamkinagam, Jakanomber, Pugutarama, Babukologom dan ada beberapa lokasi baru yang sedang disiapkan.
“Pekerjaan membuka lahan kebun baru, pembersihan dan perawatan kebun serta panen selalu dilakukan bersama-sama. Proses pengupasan buah kopi yang berwarna merah dilakukan di Jaba. Sedangkan proses pembakaran (roasting), pengepakkan serta management dan pemasaran masih ditangani di Timika, di basecamp oleh Yayasan Jayasakti mandiri. Saat ini sedang dalam proses alih pengetahuan kepada pengurus Koperasi, nantinya semua proses akan ditangani sendiri oleh Koperasi Amungme Gold.” Jelas Aibekop.
Dalam pemasarannya, produksi kopi hasil pertanian pada ketinggian diatas 1500 dpl ini cukup bagus, hal ini dijelaskan oleh Harony Sedik, officer Marketing & Quality Control kopi Amungme Gold. “Permintaan kopi Amungme gold di lingkungan PTFI cukup tinggi, sementara bahan baku nya masih sangat terbatas. Saat ini kemasan yang disediakan yaitu berukuran 250/gr. Dalam waktu dekat akan di layani kemasan 100/gr juga. Kami terus mendorong masyarakat Amungme di dataran tinggi agar terus membudidayakan dan mengembangkan tanaman kopi jenis arabika. Selama ini respon dari warga sangat positif.” Jelasnya.
As long as there was coffee in the world, how bad could things be?

Spoiler for Amungme Love Kaskus:
Sumber
foto atas Klinik Kopi
0
2.3K
8


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan