- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Jokowi VS Prabowo (Penilaian debat para pendukung di Mata Najwa 28 Mei 2014)


TS
AsvanTypography
Jokowi VS Prabowo (Penilaian debat para pendukung di Mata Najwa 28 Mei 2014)
Quote:
Mata Najwa adalah salah satu program pendidikan politik dari Metro TV yang saya nanti-nantikan tayangannya setiap rabu jam 20.00 WIB. Sang pemandu adalah presenter terkenal Najwa Shihab, merupakan putri kedua dari Quraisy Shihab, Menteri Agama era Kabinet Pembangunan VII pada masa Order Baru. Program Mata Najwa pada tanggal 28 Mei 2014 baru-baru ini menampilkan debat antar pendukung Jokowi VS pendukung Prabowo dalam tiga ronde. Berikut adalah penilaian debat para pendukung tersebut, menurut pengamatan amatir saya.

Quote:
Ronde 1: Anies Rasyid Baswedan Ph.D yang mewakili kubu Jokowi VS Prof. Dr. Mohammad Mahfud M.D., S.H., S.U yang mewakili kubu Prabowo
Kesimpulan dari debat ronde pertama ini adalah: Pendukung Jokowi 1 vs Pendukung Prabowo 0.
Spoiler for Ronde 1:
Pak Mahfud membuka ronde pertama ini dengan menjelaskan kegalauan yang dialami olehnya selama 3 hari 3 malam dan juga ditambah tangisan hingga berujung pada keputusannya untuk memilih Prabowo. Disitu Mahfud mengakui bahwa ia memilih Prabowo karena kecewa dengan ketua PKB: Muhaimin Iskandar yang ’seakan-akan’ bermain di dua kaki tanpa berusaha untuk memajukan dirinya sebagai cawapres dari salah satu kandidat capres.
Disisi lain, Anies Baswedan dengan tegas menjawab bahwa ia memilih untuk mendukung Jokowi karena tidak ada beban moral yang menyertainya, beban moral dalam hal dijelaskan oleh Anies sebagai ketiadaan tekanan moral karena Indonesia membutuhkan pemimpin yang bisa melakukan pendekatan penyelesaian masalah secara nyata. Anies menggaris bawahi, bahwa jika seorang pemimpin ingin memimpin maka lakukan sesuatu yang nyata bagi rakyat daripada cuma beriklan selama bertahun-tahun.
Lagi, menurut Anies, kita harus memilih meskipun kemungkinan kita akan berbeda pandangan satu sama lain. Tidak memilih memang lebih aman, namun hal tersebut tidak konsisten untuk pembelajaran politik bangsa yang diembannya. Ditekankan pula bahwa berbeda itu tidak masalah dan bukan sesuatu yang luar biasa, teman debat adalah teman berpikir, teman bulu tangkis adalah teman berolahraga.
Disisi lain, Anies Baswedan dengan tegas menjawab bahwa ia memilih untuk mendukung Jokowi karena tidak ada beban moral yang menyertainya, beban moral dalam hal dijelaskan oleh Anies sebagai ketiadaan tekanan moral karena Indonesia membutuhkan pemimpin yang bisa melakukan pendekatan penyelesaian masalah secara nyata. Anies menggaris bawahi, bahwa jika seorang pemimpin ingin memimpin maka lakukan sesuatu yang nyata bagi rakyat daripada cuma beriklan selama bertahun-tahun.
Lagi, menurut Anies, kita harus memilih meskipun kemungkinan kita akan berbeda pandangan satu sama lain. Tidak memilih memang lebih aman, namun hal tersebut tidak konsisten untuk pembelajaran politik bangsa yang diembannya. Ditekankan pula bahwa berbeda itu tidak masalah dan bukan sesuatu yang luar biasa, teman debat adalah teman berpikir, teman bulu tangkis adalah teman berolahraga.
Kesimpulan dari debat ronde pertama ini adalah: Pendukung Jokowi 1 vs Pendukung Prabowo 0.
Spoiler for Kesimpulan Ronde 1:
Mahfud MD sebagai seorang akademis, tidak mampu menyembunyikan kekecewaan perasaannya terhadap PKB dan ia memilih untuk mendukung Prabowo hanya dikarenakan tidak ingin sekubu dengan ketua PKB. Anies Baswedan di sisi lain, menjelaskan dukungannya dengan penjelasan akademis dan statusnya sebagai pendiri Indonesia Mengajar, mengajarkan kepada kita bahwa berpihak dan berbeda pandangan adalah sesuatu yang biasa dan ada inti penting dari perdebatan, yakni untuk mempertahankan ide masing-masing individu serta rasa untuk saling belajar dan bertukar pikiran.
Quote:
Ronde 2: Maruarar Sirait yang mewakili kubu Jokowi (Ara) VS Fadli Zon yang mewakili kubu Prabowo
Spoiler for Ronde 2:
Maruarar membuka ronde kedua dengan menjelaskan mengapa kita harus memilih Jokowi melalui pernyataan yang bertele-tele dan terkesan tidak siap. Ara menjelaskan bahwa Jokowi adalah orang yang sederhana, merakyat, memiliki ketegasan (tidak dijelaskan secara komprehensif), berempati dengan masyarakat, menyatu dengan rakyat. Sementara Fadli Zon, melanjutkan ronde kedua ini dengan lebih elegan dan provokatif (seperti biasanya) dan meminta masyarakat untuk memilih Prabowo karena Prabowo adalah sosok jujur (bicara apa adanya), berani, cerdas, dan melayani masyarakat (agak dipaksakan pendekatannya, karena jujur Prabowo tidak pernah terlibat secara langsung dalam birokrasi kepemimpinan sipil).
Ketika diminta menjelaskan sosok pemimpin yang cocok untuk Indonesia seperti apa, Ara menjelaskan bahwa pemimpin yang dibutuhkan adalah pemimpin yang berproses, maksudnya adalah mengalami peningkatan tanggung jawab yang dimulai dari bawah dan menuju ke atas. Dalam hal ini Jokowi telah melalui proses tersebut dimulai ketika ia menjadi Walikota Solo, Gubernur DKI dan sekarang menjadi Capres Indonesia. Selain itu, Ara berargumen bahwa pemimpin itu butuh tindakan nyata dalam pemerintahan sipil dan Jokowi sudah melakukan tindakan-tindakan nyata tersebut dalam pemerintahan sipil.
Fadli Zon dengan cerdik meng-counter argumen Ara dengan menjelaskan bahwa Indonesia perlu dipimpin oleh seseorang yang tidak ambisius sembari mencontohkan bahwa Jokowi belum menyelesaikan permasalahan di Jakarta namun sudah berambisi untuk menjadi Presiden RI. Memang benar, menurut Fadli, Jokowi telah bertindak nyata dalam pemerintahan sipil sementara Prabowo belum, namun Prabowo turut serta menjadi inisiator Jokowi untuk melakukan tindakan nyata tersebut.
Ketika diminta menjelaskan sosok pemimpin yang cocok untuk Indonesia seperti apa, Ara menjelaskan bahwa pemimpin yang dibutuhkan adalah pemimpin yang berproses, maksudnya adalah mengalami peningkatan tanggung jawab yang dimulai dari bawah dan menuju ke atas. Dalam hal ini Jokowi telah melalui proses tersebut dimulai ketika ia menjadi Walikota Solo, Gubernur DKI dan sekarang menjadi Capres Indonesia. Selain itu, Ara berargumen bahwa pemimpin itu butuh tindakan nyata dalam pemerintahan sipil dan Jokowi sudah melakukan tindakan-tindakan nyata tersebut dalam pemerintahan sipil.
Fadli Zon dengan cerdik meng-counter argumen Ara dengan menjelaskan bahwa Indonesia perlu dipimpin oleh seseorang yang tidak ambisius sembari mencontohkan bahwa Jokowi belum menyelesaikan permasalahan di Jakarta namun sudah berambisi untuk menjadi Presiden RI. Memang benar, menurut Fadli, Jokowi telah bertindak nyata dalam pemerintahan sipil sementara Prabowo belum, namun Prabowo turut serta menjadi inisiator Jokowi untuk melakukan tindakan nyata tersebut.
Kesimpulan dari debat ronde kedua ini adalah: Pendukung Jokowi 1 vs Pendukung Prabowo 1.
Spoiler for Kesimpulan Ronde 2:
Kekurang mampuan Ara untuk mengimbangi kecerdikan Fadly merupakan blunder luar biasa bagi pendukung Jokowi. Namun hal tersebut tidaklah mengagetkan, karena jika ditilik dari pengalamannya, Ara adalah seorang anggota DPR RI yang berpengalaman dan memiliki kekuatan negosiasi serta diplomasi, buah dari perannya sebagai anggota DPR-RI, yang patut diacungi jempol. Namun kekuatan-kekuatan tersebut akan menjadi kartu mati untuk dikompetisikan dengan Fadly yang memiliki latar belakang seorang aktivis. Bagaimana mungkin seorang negosiator dan diplomator mampu menang melawan seorang mantan aktivis yang tidak memiliki pakem untuk berkompromi?
Quote:
Ronde 3: Adian Napitupulu mewakili kubu Jokowi VS Ahmad Yani yang mewakili kubu Prabowo
Spoiler for Ronde 3:
Duel yang tidak seimbang juga terjadi di ronde ketiga, dimana Adian Napitupulu yang berlatar belakang aktivis murni berhadapan dengan Ahmad Yani, seorang legislator yang terbiasa bernegosiasi dan berdiplomasi. Adian membuka ronde ketiga ini dengan pukulan frontal kepada kubu Prabowo bahwa Prabowo merupakan musuh dari umat manusia versi Negara (Komnas HAM), pukulan yang tidak bisa dicounter dengan lugas oleh Ahmad Yani. Pukulan kedua yang dilancarkan oleh Adian adalah analogi kemustahilan tentang bagaimana Panglima Angkatan dari 4 matra (Darat, Laut, Udara dan Kepolisian) nantinya akan dikuasai bahkan diangkat oleh seorang jendral yang dipecat dari tugasnya. Pukulan ketiga Adian adalah penjelasannya tentang perbedaan antara berpikir besar, bertindak besar dan bicara besar. Menurut Adian, Jokowi berpikir dan dan bertindak besar, sementara yang lain bicaranya saja yang besar. Meskipun tidak spesifik menyebutkan yang lain itu adalah Prabowo, namun penjelasan lanjutan Adian merujuk pada Capres Prabowo. Ahmad Yani yang semula tenang akhirnya terpancing emosinya akibat provokasi terstruktur Adian. Tidak perlu dijelaskan bahwa jawaban-jawaban Ahmad Yani cenderung bersifat defensif tanpa ada serangan balik yang terukur.
Ronde ketiga ini ditutup dengan pukulan cantik dan sekaligus mematikan (TKO) dari Adian, ketika ia ditanya tentang kelebihan Prabowo, selain mengatakan bahwa Prabowo adalah pengurus kuda yang baik, Adian juga mengatakan bahwa Prabowo memberikan harapan kepada banyak kaum perempuan karena ia butuh Ibu Negara sebagai pendampingnya nanti.
Ronde ketiga ini ditutup dengan pukulan cantik dan sekaligus mematikan (TKO) dari Adian, ketika ia ditanya tentang kelebihan Prabowo, selain mengatakan bahwa Prabowo adalah pengurus kuda yang baik, Adian juga mengatakan bahwa Prabowo memberikan harapan kepada banyak kaum perempuan karena ia butuh Ibu Negara sebagai pendampingnya nanti.
Kesimpulan dari debat ronde ketiga ini adalah: Pendukung Jokowi 2 vs Pendukung Prabowo 1.
Spoiler for Kesimpulan Ronde 3:
Adian Napitupulu adalah seorang aktivis tulen yang terlibat jauh sebelum tahun 1998 dan kritisinya terhadap pemerintah mencapai puncak pada tahun 1998. Boleh dibilang Adian adalah lawan yang cukup serius bagi Fadly Zon. Keduanya merupakan pelaku baru dalam wajah legislatif (DPR RI) periode ini. Saya sangat berharap dapat melihat aksi keduanya untuk membela rakyat dimasa yang akan datang.
Menurut informasi yang saya baca di Merdeka.Com, awalnya mata najwa telah memasang Maruar Sirait melawan Ahmad Yani, sementara Adian Napitupulu melawan Fadly Zon, ternyata Fadly menolak dengan berbagai alasan untuk melawan Adian, sehingga akhirnya Fadly melawan Maruar sementara Adian melawan Ahmad Yani. Saya berandai-andai, jika tidak terjadi perubahan, mungkin debat para pendukung tersebut akan berakhir 3-0 untuk kemenangan pendukung Jokowi.
Menurut informasi yang saya baca di Merdeka.Com, awalnya mata najwa telah memasang Maruar Sirait melawan Ahmad Yani, sementara Adian Napitupulu melawan Fadly Zon, ternyata Fadly menolak dengan berbagai alasan untuk melawan Adian, sehingga akhirnya Fadly melawan Maruar sementara Adian melawan Ahmad Yani. Saya berandai-andai, jika tidak terjadi perubahan, mungkin debat para pendukung tersebut akan berakhir 3-0 untuk kemenangan pendukung Jokowi.
Source
0
5.6K
Kutip
23
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan