- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Penemuan Ikan Purba di Manado Gegerkan Peneliti Dunia


TS
pvtraganteng
Penemuan Ikan Purba di Manado Gegerkan Peneliti Dunia

Ya Allah, Maafkan bila diriku Repsol

Spoiler for No Repost!:







Quote:

Dua nelayan asal Kelurahan Bahu Kecamatan Malalayang, Manado, Yustinus Lahama dan Delfie, tidak menyangka ikan hasil tangkapannya pada 7 tahun lalu tepatnya tgl 19 Mei 2007di perairan Teluk Manado cukup menggegerkan dunia.
Pasalnya, ikan yang diketahui para ilmuwan dunia itu sejenis Latimeria menadoensis atau Coelacanth merupakan ikan purba yang sebenarnya sudah dianggap punah sejak 65 juta tahun lalu.
Spoiler for Jadi Gini Ceritanya...:
Yustinus dan anaknya pada hari itu, pergi kelaut untuk memancing ikan untuk dikonsumsi sendiri. Setelah sekitar 5 menit menenggelamkan umpan ikan malalugis dikedalaman kira-kira 70 meter, mereka merasa kail tersangkut sesuatu yang besar. Setelah diangkat, mereka melihat ikan besar dengan panjang lebih kurang satu meter dan berat 30 kg berwarna gelap disertai bintik-bintik putih tersangkut pada mata kail. Diceritakan oleh Yustinus "Saat tersangkut, ikan tersebut tampak tidak melakukan perlawanan, tetapi setelah diangkat dan ditaruh dalam perahu ikan itu berontak hingga merusak beberapa barang dalam perahu".

Yustinus awalnya tidak mengetahui jenis ikan apa yang baru saja ia peroleh, bahkan ia sempat akan memotong dan mengkonsumsi ikan tersebut.
Secara kebetulan Darwin Papendeng karyawan di Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi datang dan berhasil mencegah ikan itu dipotong. Darwin Papendeng mengenali ikan coelacanth itu, dengan segera ia menghubungi Dinas Perikanan Propinsi, Dinas Pariwisata dan media massa di Sulawesi Utara untuk mengabarkan penemuan coelacanth.

Yustinus awalnya tidak mengetahui jenis ikan apa yang baru saja ia peroleh, bahkan ia sempat akan memotong dan mengkonsumsi ikan tersebut.

Sekarang ikan tersebut telah dipajang dan membuat gempar peserta dari berbagai negara yang ikut dalam ajang World Ocean Conference (WOC) dan Coral Triangle Initiative (CTI) Summit, 11-15 Mei 2009.
Yustinus mengatakan, ikan purba tersebut ditangkap ketika tersangkut kail miliknya.

Menurut data berbagai sumber, Coelacanth diartikan sebagai “duri yang berongga” berdasarkan kata Yunani coelia (berongga) dan acanthos (duri). Ini merujuk pada fisiknya yang berduri pada sirip yang berongga.
Coelacanth adalah ikan yang berasal dari sebuah cabang evolusi tertua yang masih hidup dari ikan berahang. Diperkirakan, sudah punah sejak akhir masa Cretaceous 65 juta tahun lalu, sampai sebuah spesimen ditemukan di timur Afrika Selatan, di perairan Sungai Chalumna tahun 1938.
Namun, sejak itu Coelacanth ditemukan di Komoro, perairan Pulau Manado Tua di Sulawesi, Kenya, Tanzania, Mozambik, Madagaskar, dan Taman Llaut St Lucia di Afrika Selatan.
Di Indonesia, khususnya di sekitar Manado, spesies ini oleh masyarakat lokal dinamai ikan raja laut.

“Hingga tahun 1938, ikan yang berkerabat dekat dengan ikan paru-paru ini dianggap telah punah semenjak akhir masa Cretaceous, sekitar 65 juta tahun yang silam,” kata Dekan Fakultas Kelautan dan Perikanan Unsrat Manado, Prof KWA Masengie.
Menurut dia, ada seorang iktiologis (ahli ikan), Dr JLB Smith kemudian mendeskripsi ikan tersebut dan menerbitkan artikelnya di jurnal Nature pada tahun 1939.
Ia memberi nama Latimeria chalumnae kepada ikan jenis baru tersebut, untuk mengenang sang kurator museum dan lokasi penemuan ikan itu.

Coelecanth sejak 18 Januari 1980 telah dimasukkan dalam Appendix I CITES(Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna), yang menyatakan ikan ini tidak boleh diperdagangkan antarnegara. Coelacanth berasal dari kata-kata Yunani; coelia (berongga) dan acanthus (duri), yang berarti ikan dengan duri berongga dan tergolong ke dalam ordo Coelacanth hiformes. Dipaparkan oleh Ika Rachmatika S., dkk., dari Pusat Penelitian Biologi LIPI ada perbedaan karakter morfologi dan genetika antara Coelecanth latimeria chalumnae yang ditemukan di Kepulauan Komoro dan Coelecanth latimeria menadoensis yang ditemukan di Manado.
Quote:

Jenis Perbedaan Latimeria Chalumnae(Kepulauan Komoro) & Latimeria Menadoensis (Manado)
1. Latimeria chalumnae (Kepulauan Komoro)
Spoiler for Bahwasanya:

1. Morfologi dan Genetika : Berwarna kebiruan dengan noda putih yang tidak beraturan pada sisiknya
2. Karakter Fisik : Memiliki jumlah jari-jari pada sirip punggung kedua yang banyak, namun memiliki jumlah jari-jari sirip ekor tambahan sedikit.
Spoiler for Bahwasanya:

1. Morfologi dan Genetika : Berwarna kecokelatan dengan noda putih yang tidak beraturan pada sisiknya
2. Karakter Fisik : Memiliki jumlah jari-jari pada sirip punggung kedua sedikit, namun memiliki jumlah jari-jari sirip ekor tambahan yang banyak.
Pencarian lokasi tempat tinggal ikan purba itu selama belasan tahun berikutnya kemudian mendapatkan perairan Kepulauan Komoro di Samudera Hindia sebelah barat sebagai habitatnya, di mana beberapa ratus individu diperkirakan hidup pada kedalaman laut lebih dari 150 meter.
Di luar kepulauan itu, sampai tahun 1990-an beberapa individu juga tertangkap di perairan Mozambik, Madagaskar dan juga Afrika Selatan. Namun semuanya masih dianggap sebagai bagian dari populasi yang kurang lebih sama.

Pada tahun 1998, enam puluh tahun setelah ditemukannya fosil hidup Coelacanth Komoro, seekor ikan raja laut tertangkap jaring nelayan di perairan Pulau Manado Tua, Sulawesi Utara.
Ikan ini sudah dikenal lama oleh para nelayan setempat, namun belum diketahui keberadaannya di sana oleh dunia ilmu pengetahuan. Ikan purba itu secara fisik mirip Coelacanth Komoro, dengan perbedaan pada warnanya.
Ketika ikan itu ditangkap dengan jenis yang lain oleh dua nelayan di Manado, informasinya langsung menghebohkan warga hingga terdengar oleh Gubernur Sulut SH Sarundajang. Gubernur Sulut SH Sarundajang selaku penggagas pelaksana WOC, langsung mencari ikan tersebut dengan mengundang sejumlah peneliti dari berbagai akademisi, baik dalam negeri maupun luar negeri.
Ikan tersebut langsung diamankan di Dinas Kelautan dan Perikanan Sulut, disimpan di cold storageagar bisa terus bertahan hingga pelaksanaan WOC dan kepentingan ilmiah.
Quote:
Nah kita baru tahukan kalau laut Indonesia masih ada yang natural tanpa terjamah tangan usil manusia. Maka dari itu, ayo jaga selalu alam bumi kita ini! 

Berikan rate
bila agan merasa perlu appreciate terhadap TS

Berikan segelas atau duagelas cendol bila anda puas!
,
Tapi tolong banget jangan di
, karena yang ngebata itu


Jangan lupa budayakan meninggalkan jejak



Berikan segelas atau duagelas cendol bila anda puas!




Tapi tolong banget jangan di





Jangan lupa budayakan meninggalkan jejak




U P D A T E !
Quote:
Dikarenakan timbul pertanyaan ini diantara kaskuser semua :

Ikan Raja Laut atau coelacanth di perairan Manado berada dalam kondisi mengkhawatirkan. Hasil pembedahan menunjukkan ada aneka sampah plastik di dalam perut ikanpurba tersebut.
TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Angelique Batuna, aktivis lingkungan hidup sekaligus anggota Dewan Pengelola Taman Nasional Bunaken mengaku prihatin. Melalui email, Senin (28/5/2012), ia mengirimkan foto ikan purba coelacanth yang ditangkap nelayan dan terlihat ada paparan sisa sampah. Angelique mengatakan ikan di foto tersebut dikirim temannya Masamitsu Iwata, peneliti dari Marine Aquarium Fukushima, Jepang.
"Kata Masa, foto ini dari tahun lalu, dia baru kasih ke saya kemarin (Minggu, 27/5/2012). Ikan tersebut dipancing nelayan di Tetapaan dekat Wawontulap. Kalau sampai daerah sana saja masih ada sampah seperti ini sampai dimakan Raja Laut, bagaimana di Teluk Manado?" katanya.
Menurut Angelique habitat ikan ini ada di sepanjang Malalayang - Kalasey sampai perairan Amurang. Sekitar 5 tahun lalu peneliti dari Jepang sudah melakukan penelitian tentang Coelacanth Latimeria Menadoensis bekerjasama dengan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) dan Fakultas Kelautan Unsrat.
Selama ini peneliti telah memfilmkan coelacanth di Teluk Manado, sepanjang pesisir Malalayang - Kalasey. "Mereka juga punya footage segunung sampah plastik di kedalaman 200 meter di Malalayang pas di samping goa yang ada ikan coelacanth-nya," imbuh Angelique.
Ia menduga sampah plastik dimakan ikan ini. Coelacanth masuk daftar CITES Appendix 1 atau binatang yang paling dilindungi PBB karena keberadaannya dianggap hampir punah. "Bagaimana dengan reklamasi pantai Malalayang - Kalasey? Bagaimana dampaknya terhadap kehidupan ikan-ikan ini? Selamatkan Raja Laut, selamatkan habitatnya dari sampah dan reklamasi," tegasnya.
Prof Dr Alex Masengi, Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unsrat yang menjadi koordinator penelitian tersebut, bekerjasama Fukushima Aquamarine Jepang, membedah Ikan Raja Laut yang ditemukan di Amurang Kamis (24/5/2012) di laboratorium Dinas Kelautan dan Perikanan Sulut.
Dengan temuan ini pemerintah daerah harus segera membuat perubahan kebijakan, satu di antaranya membuat wilayah perlindungan laut. Wilayah laut yang ditengarai menjadi tempat bernaungnya ikan ini diberi tanda dan dibuat payung hukum untuk perlindungan bagi coelacanth. "Selain sampah, ikan langka ini juga terancam karena tertangkap tak sengaja. Kita sudah survei sejak tahun 2004, sepanjang Teluk Manado hingga Amurang itu merupakan lokasi Ikan Raja Laut," jelasnya.
Selain itu perairan di dua pulau seperti Pulau Bangka dan Talise Kabupaten Minahasa Utara juga ditemukan tempat-tempat coelacanth. Masamitsu Iwata, peneliti dari Fukushima Aquamarine Jepang bahkan pernah merekam anak coelacanth yang lincah bergerak di perairan Talise. Masa menemukan ikan tersebut pada kedalaman 155 meter menggunakan wahana bawah laut tanpa awak (remotely operated vehicle/ROV) yang dipasang dengan kamera perekam video. Setelah penemuan tersebut bahkan Tribun Manado ikut dalam ekspedisi penelitian tersebut bersama Masa dan kru juga beberapa dosen Unsrat.
Penemuan ini diharapkan menjadi kajian pemerintah, apalagi di Pulau Bangka akan dilakukan eksploitasi tambang bijih besi. "Kalau jadi dilakukan penambangan harus diatur baik-baik jangan sampai penambangan bisa merusak habitat Ikan Raja Laut, lebih bagus tak ada penambangan," kata Masengi.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulut, HTR Korah mengaku telah mengetahui hal ini dari stafnya. Ia mengatakan, penelitian tersebut membuktikan bahwa di laut banyak sampah plastik. DKP Sulut telah mengkampanyekan kebersihan, bahkan tiga kali setahun DKP mengadakan acara bersih laut.
Tentang wilayah laut yang perlu diberikan tanda untuk penyelamatan ikan ini masih dikoordinasikan, karena meliputi wilayah beberapa kabupaten kota.Wilayah lain yang juga habitat coelacanth di perairan Pulau Bangka juga menjadi perhatian. Menurutnya rencana tambang bijih besi di Pulau tersebut masih melewati proses panjang.
"Perusahaan tambang harus mengikuti aturan main berbagai instansi terkait, instansi terkait tentu tak akan dengan mudah meloloskannya, selain itu masih harus melibatkan masyarakat," ujarnya.
Quote:
Original Posted By chiloGG►beritanya udah lama banget nih gan
untuk perkembangannya sekarang gimana tuh ?
ada kabar yang menggembirakan kah ?
untuk perkembangannya sekarang gimana tuh ?
ada kabar yang menggembirakan kah ?
Jawabannya adalah; SEBALIKNYAkarena lagi-lagi tangan jail orang Indonesia menghancurkan semuanya! 

Quote:
Spoiler for Pict:

Ikan Raja Laut atau coelacanth di perairan Manado berada dalam kondisi mengkhawatirkan. Hasil pembedahan menunjukkan ada aneka sampah plastik di dalam perut ikanpurba tersebut.

TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Angelique Batuna, aktivis lingkungan hidup sekaligus anggota Dewan Pengelola Taman Nasional Bunaken mengaku prihatin. Melalui email, Senin (28/5/2012), ia mengirimkan foto ikan purba coelacanth yang ditangkap nelayan dan terlihat ada paparan sisa sampah. Angelique mengatakan ikan di foto tersebut dikirim temannya Masamitsu Iwata, peneliti dari Marine Aquarium Fukushima, Jepang.
"Kata Masa, foto ini dari tahun lalu, dia baru kasih ke saya kemarin (Minggu, 27/5/2012). Ikan tersebut dipancing nelayan di Tetapaan dekat Wawontulap. Kalau sampai daerah sana saja masih ada sampah seperti ini sampai dimakan Raja Laut, bagaimana di Teluk Manado?" katanya.
Menurut Angelique habitat ikan ini ada di sepanjang Malalayang - Kalasey sampai perairan Amurang. Sekitar 5 tahun lalu peneliti dari Jepang sudah melakukan penelitian tentang Coelacanth Latimeria Menadoensis bekerjasama dengan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) dan Fakultas Kelautan Unsrat.
Selama ini peneliti telah memfilmkan coelacanth di Teluk Manado, sepanjang pesisir Malalayang - Kalasey. "Mereka juga punya footage segunung sampah plastik di kedalaman 200 meter di Malalayang pas di samping goa yang ada ikan coelacanth-nya," imbuh Angelique.
Ia menduga sampah plastik dimakan ikan ini. Coelacanth masuk daftar CITES Appendix 1 atau binatang yang paling dilindungi PBB karena keberadaannya dianggap hampir punah. "Bagaimana dengan reklamasi pantai Malalayang - Kalasey? Bagaimana dampaknya terhadap kehidupan ikan-ikan ini? Selamatkan Raja Laut, selamatkan habitatnya dari sampah dan reklamasi," tegasnya.
Prof Dr Alex Masengi, Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unsrat yang menjadi koordinator penelitian tersebut, bekerjasama Fukushima Aquamarine Jepang, membedah Ikan Raja Laut yang ditemukan di Amurang Kamis (24/5/2012) di laboratorium Dinas Kelautan dan Perikanan Sulut.
Quote:
"Hasil pembedahan Ikan Raja Laut ada sampah plastikdi dalam perut, ada semacam kain-kain warna putih dan tisu dengan serat yang kenyal," kata Masengi. Fakta tersebut mencengangkan karena selama ini menurutnya coelacanth merupakan ikan jenis karnivora atau pemangsa ikan lain, namun karena laut yang terkontaminasi sampah plastik sehingga ikan ini berubah menjadi pemakan segala. 

Dengan temuan ini pemerintah daerah harus segera membuat perubahan kebijakan, satu di antaranya membuat wilayah perlindungan laut. Wilayah laut yang ditengarai menjadi tempat bernaungnya ikan ini diberi tanda dan dibuat payung hukum untuk perlindungan bagi coelacanth. "Selain sampah, ikan langka ini juga terancam karena tertangkap tak sengaja. Kita sudah survei sejak tahun 2004, sepanjang Teluk Manado hingga Amurang itu merupakan lokasi Ikan Raja Laut," jelasnya.
Selain itu perairan di dua pulau seperti Pulau Bangka dan Talise Kabupaten Minahasa Utara juga ditemukan tempat-tempat coelacanth. Masamitsu Iwata, peneliti dari Fukushima Aquamarine Jepang bahkan pernah merekam anak coelacanth yang lincah bergerak di perairan Talise. Masa menemukan ikan tersebut pada kedalaman 155 meter menggunakan wahana bawah laut tanpa awak (remotely operated vehicle/ROV) yang dipasang dengan kamera perekam video. Setelah penemuan tersebut bahkan Tribun Manado ikut dalam ekspedisi penelitian tersebut bersama Masa dan kru juga beberapa dosen Unsrat.
Penemuan ini diharapkan menjadi kajian pemerintah, apalagi di Pulau Bangka akan dilakukan eksploitasi tambang bijih besi. "Kalau jadi dilakukan penambangan harus diatur baik-baik jangan sampai penambangan bisa merusak habitat Ikan Raja Laut, lebih bagus tak ada penambangan," kata Masengi.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulut, HTR Korah mengaku telah mengetahui hal ini dari stafnya. Ia mengatakan, penelitian tersebut membuktikan bahwa di laut banyak sampah plastik. DKP Sulut telah mengkampanyekan kebersihan, bahkan tiga kali setahun DKP mengadakan acara bersih laut.
Tentang wilayah laut yang perlu diberikan tanda untuk penyelamatan ikan ini masih dikoordinasikan, karena meliputi wilayah beberapa kabupaten kota.Wilayah lain yang juga habitat coelacanth di perairan Pulau Bangka juga menjadi perhatian. Menurutnya rencana tambang bijih besi di Pulau tersebut masih melewati proses panjang.
"Perusahaan tambang harus mengikuti aturan main berbagai instansi terkait, instansi terkait tentu tak akan dengan mudah meloloskannya, selain itu masih harus melibatkan masyarakat," ujarnya.




Quote:
Quote:
[BULAN PEMILU]Democracy? But Looks like Demo-Crazy!
[NEW] Sweeptakes, Kapal Karam tercantik didunia
Misteri Waktu yang Berputar Kembali

[INDONESIA

Oscar Setiawan, Salah satu Fotografer TERBAIK di Chicago (asal Indonesia)
[HOT] Teman Babeh ane ternyata seorang PEMBUNUH!
5 Manfaat Karaoke yang gak Agan Sadari
Indonesia, Kini tak lagi Kaya
Obrolan BASI Anak Sekolahan [Nostalgia Time]
5 Fakta Unik dibalik komik "Donald Duck"
5 Master Sumo Terhebat Sepanjang Sejarah
8 Karya Takeshi Yamada, The Master Of Visual Art
10 Kontruksi TERGILA yang pernah diusulkan
Beberapa Cara Hebat Ilmu Pengetahuan Mempermudah Polisi di Masa Depan
9 Icon Dunia yang Terlupakan
10 Tempat yang sama "Misteriusnya" dengan Segitiga Bermuda
Kumpulan Hewan Purba Terganas Sepanjang Masa
Ketsuekigata-kun, Anime Bertokohkan Golongan Darah
Legenda El Chupacabra, Anjing Penghisap Darah
8 Cara Ilmuwan Menggunakan Smartphone Untuk Menyelamatkan Dunia
10 Sniper Terhebat Sepanjang Masa HT #1 TS
10 Hal yang bisa membuat Laki-laki Menangis HT #2 TS
Diubah oleh pvtraganteng 27-05-2014 08:08


tien212700 memberi reputasi
1
41.9K
Kutip
219
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan