- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
MENGINTIP DESA WIRUN INDUSTRI GAMELAN DI SUKOHARJO


TS
alvinfsm
MENGINTIP DESA WIRUN INDUSTRI GAMELAN DI SUKOHARJO
ASSALAMU'ALAIKUM WR WB
SELAMAT DATANG DI THREAD SAYA
JANGAN LUPA KOMEND
DAN

DAN



Agan semua pastinya tau kan yg namanya gamelan, sedikit penjelasan tentang gamelan bisa agan cek di bawah ini
------------------CEKIBROT------------------
------------------CEKIBROT------------------

Spoiler for GAMELAN:
Gamelan adalah seperangkat alat musik dengan nada pentatonis, yang terdiri dari : Kendang, Bonang, Bonang Penerus, Demung, Saron, Peking (Gamelan), Kenong & Kethuk, Slenthem, Gender, Gong, Gambang, Rebab,, Siter, Suling. Komponen utama alat musik gamelan adalah : bambu, logam, dan kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi tersendiri dalam pagelaran musik gamelan. Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa “gamel” yang berarti memukul / menabuh, diikuti akhiran “an” yang menjadikannya sebagai kata benda. Sedangkan istilah gamelan mempunyai arti sebagai satu kesatuan alat musik yang dimainkan bersama.
gamelan diperkirakan lahir pada saat budaya luar dari Hindu – Budha mendominasi Indonesia. Walaupun pada perkembangannya ada perbedaan dengan musik India, tetap ada beberapa ciri yang tidak hilang, salah satunya adalah cara “menyanyikan” lagunya. Penyanyi pria biasa disebut sebagai wiraswara dan penyanyi wanita disebut waranggana. Menurut mitologi Jawa, gamelan diciptakan oleh Sang Hyang Guru pada Era Saka. Beliau adalah dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa, dengan istana yang berada di gunung Mahendra di daerah Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu). Alat musik gamelan yang pertama kali diciptakan adalah “gong”, yang digunakan untuk memanggil para dewa. Setelah itu, untuk menyampaikan pesan khusus, Sang Hyang Guru kembali menciptakan beberapa peralatan lain seperti dua gong, sampai akhirnya terbentuklah seperangkat gamelan. Pada jaman Majapahit, alat musik gamelan mengalami perkembangan yang sangat baik hingga mencapai bentuk seperti sekarang ini dan tersebar di beberapa daerah seperti Bali, dan Sunda (Jawa Barat).
Bukti otentik pertama tentang keberadaan gamelan ditemukan di Candi Borobudur, Magelang Jawa Tengah yang berdiri sejak abad ke-8. Pada relief-nya terlihat beberapa peralatan seperti suling bambu, lonceng, kendhang dalam berbagai ukuran, kecapi, alat musik berdawai yang digesek dan dipetik, termasuk sedikit gambaran tentang elemen alat musik logam. Perkembangan selanjutnya, gamelan dipakai untuk mengiringi pagelaran wayang dan tarian. Sampai akhirnya berdiri sebagai musik sendiri dan dilengkapi dengan suara para sinden. Gamelan yang berkembang di Jawa Tengah, sedikit berbeda dengan Gamelan Bali ataupun Gamelan Sunda. Gamelan Jawa memiliki nada yang lebih lembut apabila dibandingkan dengan Gamelan Bali yang rancak serta Gamelan Sunda yang mendayu-dayu dan didominasi suara seruling. Menurut beberapa penelitian, perbedaan itu adalah akibat dari pengungkapan terhadap pandangan hidup “orang jawa” pada umumnya.
Pandangan yang dimaksud adalah : sebagai orang jawa harus selalu “memelihara keselarasan kehidupan jasmani dan rohani, serta keselarasan dalam berbicara dan bertindak”. Oleh sebab itu, “orang jawa” selalu menghindari ekspresi yang meledak-ledak serta selalu berusaha mewujudkan toleransi antar sesama. Wujud paling nyata dalam musik gamelan adalah tarikan tali rebab yang sedang, paduan seimbang bunyi kenong, saron kendang dan gambang serta suara gong pada setiap penutup irama. Penalaan dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses yang sangat kompleks. Gamelan menggunakan empat cara penalaan, yaitu “sléndro”, “pélog”, ”Degung” (khusus daerah Sunda, atau Jawa Barat), dan “madenda” (juga dikenal sebagai diatonis), sama seperti skala minor asli yang banyak dipakai di Eropa.
gamelan diperkirakan lahir pada saat budaya luar dari Hindu – Budha mendominasi Indonesia. Walaupun pada perkembangannya ada perbedaan dengan musik India, tetap ada beberapa ciri yang tidak hilang, salah satunya adalah cara “menyanyikan” lagunya. Penyanyi pria biasa disebut sebagai wiraswara dan penyanyi wanita disebut waranggana. Menurut mitologi Jawa, gamelan diciptakan oleh Sang Hyang Guru pada Era Saka. Beliau adalah dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa, dengan istana yang berada di gunung Mahendra di daerah Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu). Alat musik gamelan yang pertama kali diciptakan adalah “gong”, yang digunakan untuk memanggil para dewa. Setelah itu, untuk menyampaikan pesan khusus, Sang Hyang Guru kembali menciptakan beberapa peralatan lain seperti dua gong, sampai akhirnya terbentuklah seperangkat gamelan. Pada jaman Majapahit, alat musik gamelan mengalami perkembangan yang sangat baik hingga mencapai bentuk seperti sekarang ini dan tersebar di beberapa daerah seperti Bali, dan Sunda (Jawa Barat).
Bukti otentik pertama tentang keberadaan gamelan ditemukan di Candi Borobudur, Magelang Jawa Tengah yang berdiri sejak abad ke-8. Pada relief-nya terlihat beberapa peralatan seperti suling bambu, lonceng, kendhang dalam berbagai ukuran, kecapi, alat musik berdawai yang digesek dan dipetik, termasuk sedikit gambaran tentang elemen alat musik logam. Perkembangan selanjutnya, gamelan dipakai untuk mengiringi pagelaran wayang dan tarian. Sampai akhirnya berdiri sebagai musik sendiri dan dilengkapi dengan suara para sinden. Gamelan yang berkembang di Jawa Tengah, sedikit berbeda dengan Gamelan Bali ataupun Gamelan Sunda. Gamelan Jawa memiliki nada yang lebih lembut apabila dibandingkan dengan Gamelan Bali yang rancak serta Gamelan Sunda yang mendayu-dayu dan didominasi suara seruling. Menurut beberapa penelitian, perbedaan itu adalah akibat dari pengungkapan terhadap pandangan hidup “orang jawa” pada umumnya.
Pandangan yang dimaksud adalah : sebagai orang jawa harus selalu “memelihara keselarasan kehidupan jasmani dan rohani, serta keselarasan dalam berbicara dan bertindak”. Oleh sebab itu, “orang jawa” selalu menghindari ekspresi yang meledak-ledak serta selalu berusaha mewujudkan toleransi antar sesama. Wujud paling nyata dalam musik gamelan adalah tarikan tali rebab yang sedang, paduan seimbang bunyi kenong, saron kendang dan gambang serta suara gong pada setiap penutup irama. Penalaan dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses yang sangat kompleks. Gamelan menggunakan empat cara penalaan, yaitu “sléndro”, “pélog”, ”Degung” (khusus daerah Sunda, atau Jawa Barat), dan “madenda” (juga dikenal sebagai diatonis), sama seperti skala minor asli yang banyak dipakai di Eropa.
INI LHO DESA INDUSTRI GAMELAN DI SUKOHARJO





MARI MASUK KE BAGIAN INDUSTRINYA
Spoiler for PANAS:
Panji Pamungkas adalah satu dari beberapa tempat produksi gamelan yang tersebar di kawasan sentra industri gamelan Wirun, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. Bengkel produksi gamelan yang berada di pojok tenggara Desa Wirun itu adalah usaha milik pribadi dari Muhammad Sahli (48). Dibantu 25 pekerjanya yang bekerja enam hari dalam seminggu, Panji Pamungkas tidak pernah berhenti berproduksi sejak palu pertama kali diayunkan 20 tahun silam.
Sahli dibantu tiga orang pekerjanya tampak sedang mengerjakan bonang yang menjadi bagian dari satu set gamelan yang dipesan seorang konsumen dari Bali. Dengan cekatan menggunakan catut dirinya memutar bonang yang masih merah menyala karena baru saja diangkat dari perapian untuk ditempa oleh seorang pemalu. Dari proses itu, mereka ingin merapikan tepi bonang yang belum tampak bulat sempurna sebelum nantinya akan dikikir dan kemudian diperhalus.
Proses penempaan bonang seperti itu hanyalah bagian kecil dari proses panjang dalam membuat satu set gamelan yang biasa memakan waktu normal empat bulan. Proses produksi itu bisa semakin lama jika banyak pekerja yang tidak masuk dan pastinya membuat jumlah perapian yang bisa digunakan berkurang.
Sahli belajar memproduksi gamelan dengan bekerja pada seorang maestro gamelan di desanya sebelum akhirnya mendirikan bengkel produksinya sendiri. Tepat pada 14 April 1994 dirinya mendirikan usaha kerajinan gamelan yang diberi nama Panji Pamungkas dan kini telah berkembang dengan memiliki tiga bengkel dengan tiga perapian juga alat-alat tradisional hingga alat bermesin yang digunakan untuk membuat gamelan.
Panji Pamungkas berada satu atap dengan rumah Sahli yang beralamat di Desa Wirun Mojolaban RT 01 RW 05, kawasan yang juga dikenal sebagai Desa Wisata Wirun salah satu desa wisata di Solo Raya. Tiga perapian dan tiga bengkel yang tampak usang oleh jelaga pembakaran menjadi tempat pembuatan gamelan, mengerjakan pesanan-pesanan gamelan yang datang dari berbagai pelosok negeri bahkan penjuru dunia.
Dari perapian dan bengkel itu juga Sahli mengaku pesanan tidak pernah sepi meskipun krisis menghantam ekonomi dan mempengaruhi harga bahan baku. “Pasti ada pemesan meskipun harga bahan melonjak, gamelan itu kan terkenal di dunia,” terang Sahli yang juga menjelaskan bahwa selain negara-negara Timur Tengah hampir pasti semua mengenal dan memesan gamelan.
Bahan baku utama dari pembuatan satu set gamelan adalah Gongso atau campuran tembogo dan rejoso atau tembaga dan timah. Tembaga mudah didapatkan dari Pasar Besi Semanggi yang tak seberapa jauh dari rumahnya, sedangkan timah harus didatangkan dari Bangka. Untuk bagian rancakan (bagian penopang gamelan yang terbuat dari kayu) Sahli menggunakan kayu Nangka atau Jati tergantung dari permintaan pemesan.
Satu set gamelan biasanya dihargai Rp 300 juta hingga Rp 400 juta. Harga itu bisa saja naik jika pemesan menginginkan bagian tertentu dibuat secara khusus seperti berat gamelan ditambah atau rancakan dibuat dengan kayu kualitas terbaik. Jika ada pesanan seperti itu maka harga satu set gamelan bisa naik hingga Rp 1 milyar.
Selain harga bahan baku yang tinggi, proses lama serta ketelitian yang dibutuhkan dalam membuat alat musik tradisional itu menjadi penentu mahalnya harga gamelan. Sahli yang mendapatkan pengetahuannya dari bimbingan Reso Dakir, maestro pembuat gamelan di sentra industri gamelan Wirun, masih menyimpan keinginan untuk mengembangkan usahanya setelah 20 tahun berjalan.
Meskipun dua anaknya tidak menuruni keterampilan yang dimilikinya, Sahli tetap memiliki keinginan besar untuk meningkatkan kapasitas produksi bengkelnya. Dirinya mengaku ingin mengembangkan usahanya termasuk dengan mengembangkan alat produksi yang berarti mengikuti perkembangan jaman.
Sahli mengatakan bahwa dirinya tidak takut jika dianggap merusak tradisi oleh perajin gamelan lainnya. Mengikuti perkembangan jaman diartikannya sebagai mengembangkan gamelan dengan tetap menjaga nilai-nilai tradisi yang telah dipelajarinya selama ini. Tentang perkembangan gamelan itu pula dirinya mencontohkan bagaimana gong berkembang dari alat musik menjadi alat terapi kesehatan di Eropa.
Apapun yang dipilihnya Sahli membuktikan bahwa Panji Pamungkas tidak pernah berhenti berproduksi, padahal usaha yang digelutinya hanya akan berjalan ketika pesanan datang. Menyangkut soal pemasaran Sahli bahkan tidak ambil pusing. Hanya dari pemberitaan dan cerita mulut ke mulut, pemesan selalu datang kepadanya.
Ketika ditanya soal tidak inginkah dia mendirikan toko atau semacam outlet untuk memasarkan karyanya Sahli menjawab, “Itu tidak perlu, gamelan itu tidak usah dipamerkan semua orang tahu,” dan kembali lagi dirinya menegaskan, “Gamelan itu kan terkenal di dunia.”
Sahli dibantu tiga orang pekerjanya tampak sedang mengerjakan bonang yang menjadi bagian dari satu set gamelan yang dipesan seorang konsumen dari Bali. Dengan cekatan menggunakan catut dirinya memutar bonang yang masih merah menyala karena baru saja diangkat dari perapian untuk ditempa oleh seorang pemalu. Dari proses itu, mereka ingin merapikan tepi bonang yang belum tampak bulat sempurna sebelum nantinya akan dikikir dan kemudian diperhalus.
Proses penempaan bonang seperti itu hanyalah bagian kecil dari proses panjang dalam membuat satu set gamelan yang biasa memakan waktu normal empat bulan. Proses produksi itu bisa semakin lama jika banyak pekerja yang tidak masuk dan pastinya membuat jumlah perapian yang bisa digunakan berkurang.
Spoiler for PIC:

Sahli belajar memproduksi gamelan dengan bekerja pada seorang maestro gamelan di desanya sebelum akhirnya mendirikan bengkel produksinya sendiri. Tepat pada 14 April 1994 dirinya mendirikan usaha kerajinan gamelan yang diberi nama Panji Pamungkas dan kini telah berkembang dengan memiliki tiga bengkel dengan tiga perapian juga alat-alat tradisional hingga alat bermesin yang digunakan untuk membuat gamelan.
Panji Pamungkas berada satu atap dengan rumah Sahli yang beralamat di Desa Wirun Mojolaban RT 01 RW 05, kawasan yang juga dikenal sebagai Desa Wisata Wirun salah satu desa wisata di Solo Raya. Tiga perapian dan tiga bengkel yang tampak usang oleh jelaga pembakaran menjadi tempat pembuatan gamelan, mengerjakan pesanan-pesanan gamelan yang datang dari berbagai pelosok negeri bahkan penjuru dunia.
Dari perapian dan bengkel itu juga Sahli mengaku pesanan tidak pernah sepi meskipun krisis menghantam ekonomi dan mempengaruhi harga bahan baku. “Pasti ada pemesan meskipun harga bahan melonjak, gamelan itu kan terkenal di dunia,” terang Sahli yang juga menjelaskan bahwa selain negara-negara Timur Tengah hampir pasti semua mengenal dan memesan gamelan.
Spoiler for PANAS:

Bahan baku utama dari pembuatan satu set gamelan adalah Gongso atau campuran tembogo dan rejoso atau tembaga dan timah. Tembaga mudah didapatkan dari Pasar Besi Semanggi yang tak seberapa jauh dari rumahnya, sedangkan timah harus didatangkan dari Bangka. Untuk bagian rancakan (bagian penopang gamelan yang terbuat dari kayu) Sahli menggunakan kayu Nangka atau Jati tergantung dari permintaan pemesan.
Satu set gamelan biasanya dihargai Rp 300 juta hingga Rp 400 juta. Harga itu bisa saja naik jika pemesan menginginkan bagian tertentu dibuat secara khusus seperti berat gamelan ditambah atau rancakan dibuat dengan kayu kualitas terbaik. Jika ada pesanan seperti itu maka harga satu set gamelan bisa naik hingga Rp 1 milyar.
Selain harga bahan baku yang tinggi, proses lama serta ketelitian yang dibutuhkan dalam membuat alat musik tradisional itu menjadi penentu mahalnya harga gamelan. Sahli yang mendapatkan pengetahuannya dari bimbingan Reso Dakir, maestro pembuat gamelan di sentra industri gamelan Wirun, masih menyimpan keinginan untuk mengembangkan usahanya setelah 20 tahun berjalan.
Spoiler for PIC:

Meskipun dua anaknya tidak menuruni keterampilan yang dimilikinya, Sahli tetap memiliki keinginan besar untuk meningkatkan kapasitas produksi bengkelnya. Dirinya mengaku ingin mengembangkan usahanya termasuk dengan mengembangkan alat produksi yang berarti mengikuti perkembangan jaman.
Sahli mengatakan bahwa dirinya tidak takut jika dianggap merusak tradisi oleh perajin gamelan lainnya. Mengikuti perkembangan jaman diartikannya sebagai mengembangkan gamelan dengan tetap menjaga nilai-nilai tradisi yang telah dipelajarinya selama ini. Tentang perkembangan gamelan itu pula dirinya mencontohkan bagaimana gong berkembang dari alat musik menjadi alat terapi kesehatan di Eropa.
Apapun yang dipilihnya Sahli membuktikan bahwa Panji Pamungkas tidak pernah berhenti berproduksi, padahal usaha yang digelutinya hanya akan berjalan ketika pesanan datang. Menyangkut soal pemasaran Sahli bahkan tidak ambil pusing. Hanya dari pemberitaan dan cerita mulut ke mulut, pemesan selalu datang kepadanya.
Spoiler for PIC:

Spoiler for PIC:

Ketika ditanya soal tidak inginkah dia mendirikan toko atau semacam outlet untuk memasarkan karyanya Sahli menjawab, “Itu tidak perlu, gamelan itu tidak usah dipamerkan semua orang tahu,” dan kembali lagi dirinya menegaskan, “Gamelan itu kan terkenal di dunia.”
Spoiler for TAMBAHAN:
THREAD INI ANE PERSEMBAHKAN UNTUK PARA PEMUDA INDONESIA, LESTARIKANLAH ALAT MUSIK TRADISIONAL DALAM NEGERI, ORANG LUAR AJA BANYAK YG SEKOLAH DI INDONESIA BUAT PELAJARIN MUSIK TRADISIONAL DI INDONESIA TERMASUK GAMELAN.
KALIAN HARUS BISA MENJAGA DAN MENERUSKAN WARISAN NENEK MOYANG KITA.
SEMANGAT BROOOOO
KALIAN HARUS BISA MENJAGA DAN MENERUSKAN WARISAN NENEK MOYANG KITA.
SEMANGAT BROOOOO



Spoiler for BONUSNYA GAANS:
Spoiler for 1:

Spoiler for 2:

Spoiler for 3:

Spoiler for SUMUR:
SEKIAN THREAD DARI ANE GAN
BILA BERKENAN BISA BAGI BAGI

JANGAN LUPA
BILA BERKENAN BISA BAGI BAGI


JANGAN LUPA


Diubah oleh alvinfsm 29-05-2014 19:50
0
5.2K
Kutip
31
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan